Polusi Meningkat, Thailand Diminta Setop Pembakaran Jerami

Asap yang ditimbulkan menyumbang polusi di udara

Jakarta, IDN Times - Kepala badan pertanian Thailand medesak pemerintah untuk melarang petani membakar jerami sisa panen dalam upaya untuk mengurangi polusi udara. Hal itu disampaikan pada Senin (18/9/2023). 

Kualitas udara di Thailand sudah sangat buruk sejak awal tahun ini. Kota Bangkok dan Chiang Mai bahkan masuk dalam deretan kota-kota paling tercemar di dunia selama beberapa hari di April.

Pihak berwenang juga mendesak masyarakat untuk tinggal di dalam rumah dan bekerja work from home (WFH) lantaran konsentrasi PM2.5, partikel kecil yang paling berbahaya, mencapai batas yang tidak aman.

Baca Juga: Thailand Absen KTT ASEAN Dua Kali, Kenapa?

1. Musim pembakaran mencapai puncak pada Desember - April

Salah satu penyebab utama polusi udara di Thailand adalah para petani yang membakar jerami dalam upaya mempersiapkan lahan untuk tanaman berikutnya. Musim pembakaran ini biasa mencapai puncaknya pada Desember hingga April.

Kepala badan pertanian utama di negara itu mengatakan praktik ini harus segera dihentikan.

“Pemerintah harus melarang pembakaran tanaman – metode yang banyak digunakan di kalangan petani di Thailand,” kata Pornsil Patcharintanakul, presiden Asosiasi Pabrik Pakan Thailand (TFMA), yang beroperasi di bawah kementerian perdagangan, dikutip CNA.

Dia mendesak pemerintahan Perdana Menteri baru Srettha Thavisin untuk mengambil tindakan cepat atas masalah ini.

Pemerintahan Srettha sendiri telah berkomitmen untuk mengatasi PM2.5, meski belum memberikan rincian mengenai apa yang akan dilakukan.

Baca Juga: KTT ASEAN Selesai, Polusi Udara Jakarta Terburuk Kedua Dunia

2. Larangan itu perlu diterapkan dalam tiga tahun ini

Pornsil mengatakan Thailand harus mengikuti pedoman peternakan internasional yang melarang pembakaran jerami. Menurutnya, tiga tahun adalah jangka waktu yang realistis untuk melarang praktik tersebut.

Seruannya itu muncul ketika Uni Eropa mulai menerapkan “Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon” (CBAM), yang mengenakan biaya atas emisi yang terkait dengan produksi barang-barang impor.

Tahun ini, lebih dari dua juta orang dilaporkan mencari perawatan medis di Thailand akibat masalah yang berkaitan dengan polusi udara.

3. PM2.5 dapat menyebabkan penyakit jantung

Salah satu kekhawatiran terbesar atas polusi udara yang semakin memburuk adalah PM2.5, yang saking kecilnya dapat menembus jauh ke dalam paru-paru dan bahkan aliran darah.

Menurut IQAir, pada 2022, rata-rata konsentrasi PM2.5 di Thailand adalah 3,6 kali lipat dari batas pedoman kualitas udara tahunan WHO.

“Dalam jangka panjang, ada lebih banyak risiko infeksi pernafasan. Jika seseorang menderita asma yang semakin parah, maka orang tersebut dapat mengembangkan penyakit paru-paru kronis, bahkan kanker paru-paru,” kataJos Vandelaer,  Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Thailand, dikutip France24.

“Yang kurang diketahui adalah bahwa PM2.5 ini dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular… meningkatkan risiko stroke atau serangan jantung.”

Menurut data WHO, polusi udara menjadi salah satu faktor penyebab sekitar 31 ribu kematian di Thailand pada 2019.

Baca Juga: Aktivis Iklim Jerman Semprot Gerbang Brandenburg dengan Cat Oranye

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya