Polisi Pakistan Rekayasa Pembunuhan Dokter Terduga Penista Islam

Keluarga dapat ajukan tuntutan hukum kepada polisi tersebut

Intinya Sih...

  • Pemerintah Pakistan mengatakan polisi merencanakan pembunuhan dokter yang dituduh penista agama di Sindh.
  • Keluarga Nawaz dapat ajukan tuntutan hukum terhadap polisi yang diduga membunuhnya.
  • Penistaan agama di Pakistan dapat memicu kerusuhan dan tindakan anarkis, berujung pada pembunuhan di luar hukum.

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Pakistan pada Kamis (26/9/2024) mengatakan bahwa polisi telah merencanakan pembunuhan seorang dokter yang dituduh melakukan penistaan ​​agama di provinsi Sindh. Para petugas kemudian berbohong tentang penyebab kematiannya, mengklaim bahwa dia terbunuh akibat baku tembak antara polisi dan orang-orang bersenjata.

Shah Nawaz, seorang dokter di distrik Umerkot, menyerahkan diri ke polisi di Mirpur Khas pekan lalu, setelah mendapatkan jaminan bahwa ia akan diberi kesempatan untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah.

Beberapa hari sebelumnya, massa menggelar protes di Umerkot untuk menuntut penangkapannya. Mereka mengklaim bahwa dia telah menghina Nabi Muhammad SAW dan menyebarkan konten penghujatan di media sosial. Mereka membakar klinik Nawaz di kota tersebut.

1. Nawaz dibunuh tak lama setelah menyerahkan diri

Menurut Menteri Dalam Negeri provinsi Sindh, Ziaul Hassan, penyelidikan pemerintah menyimpulkan bahwa Nawaz ditembak mati tak lama setelah ia menyerahkan diri kepada pihak berwenang. Tidak ada baku tembak dengan para pria bersenjata seperti yang diklaim polisi.

Ia mengatakan bahwa keluarga Nawaz dapat mengajukan tuntutan hukum terhadap para polisi yang diduga telah membunuhnya. Pernyataan tersebut mendukung tuduhan keluarga Nawaz pada awal pekan ini. Sementara itu, beberapa jam setelah Nawaz terbunuh, massa merebut jenazahnya yang telah diserahkan kepada keluarga dan membakarnya.

Baca Juga: PM Israel Netanyahu Pidato di PBB, Delegasi Indonesia Walk Out

2. Orang tua Nawaz minta pelaku dihukum sama seperti putra mereka

Dilansir Associated Press, ayah Nawaz menyampaikan terima kasih kepada pemerintah karena telah mendukung keluarganya dan menuntut agar pembunuh putranya diadili berdasarkan hukum Syariah.

“Kami hanya memiliki satu tuntutan: para polisi yang merekayasa pembunuhan putra saya ... harus dibunuh dengan cara yang sama,” kata ayah Nawaz, Mohammad Saleh.

Ia juga berterima kasih atas semua dukungan yang diberikan kepada keluarganya dan kepada semua orang yang mengecam para pemuka agama ekstremis yang telah memprovokasi massa untuk membunuh putranya.

“Mereka yang membunuh anak saya harus segera dihukum sehingga orang lain dapat mengambil pelajaran dan tidak melakukan pembunuhan di luar proses hukum di masa depan,” kata ibu Nawaz, Rehmat Kunbar.

Ia menambahkan bahwa putranya tidak bisa lagi kembali padanya, namun ia ingin menyelamatkan anak-anak lainnya dari tangan para ekstremis.

3. Isu penistaan agama sangat sensitif di Pakistan

Pembunuhan Nawaz adalah kasus pembunuhan di luar hukum kedua yang dilakukan oleh polisi Pakistan bulan ini. Seminggu sebelumnya, Syed Khan, tersangka penistaan agama lainnya, tewas ditembak oleh seorang petugas di kantor polisi di kota Quetta, provinsi Balochistan. Polisi mengatakan bahwa petugas tersebut telah ditangkap. Namun, anggota suku dan keluarga Khan kemudian mengatakan bahwa mereka telah memaafkan petugas tersebut.

Tuduhan penistaan ​​​​agama, meski hanya sekadar rumor, dapat memicu kerusuhan dan tindakan anarkis di Pakistan. Hal ini tak jarang berujung pada pembunuhan.

Menurut undang-undang penistaan agama di negara tersebut, siapa pun yang dinyatakan bersalah menghina Islam atau tokoh agama dapat dijatuhi hukuman mati. Meski begitu, pihak berwenang sejauh ini belum menjatuhkan hukuman mati atas tuduhan tersebut.

Baca Juga: 46 Orang Tenggelam saat Merayakan Festival Hindu di India

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya