PBB: Seribu Lebih Anak Tewas di Sudan akibat Campak dan Malnutrisi

Rumah sakit kekurangan staf dan obat-obatan

Jakarta, IDN Times - Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan lebih dari 1.200 anak meninggal di kamp pengungsi Sudan, diduga akibat campak dan kekurangan gizi. Sementara itu, ribuan lainnya, termasuk bayi baru lahir, berisiko meninggal sebelum akhir tahun ini.

Fasilitas kesehatan di negara itu telah berada di bawah tekanan besar akibat kekurangan staf, obat-obatan, dan peralatan medis. Serangan langsung terhadap fasilitas kesehatan sejak awal konflik, termasuk terhadap personel, pasien, dan transportasi pasokan medis, juga menyebabkan akses layanan kesehatan terhambat.

Baca Juga: 30 Orang Tewas dalam Serangan Drone di Pasar Sudan

1. Jumlah anak-anak yang tewas dikhawatirkan akan terus meningkat

Allen Maina, kepala kesehatan masyarakat di badan pengungsi PBB (UNHCR), mengatakan bahwa lebih dari 1.200 anak di bawah usia lima tahun telah meninggal di negara bagian White Nile sejak Mei.

“Sayangnya kami khawatir jumlahnya akan terus meningkat,” ujarnya saat pengarahan PBB di Jenewa pada Selasa (18/9/2023).

Sementara itu, Badan Anak-anak PBB (UNICEF) memperkirakan bahwa ribuan di antara 333 ribu bayi yang diketahui akan lahir sebelum akhir tahun ini akan meninggal.

“Bayi-bayi ini dan ibu mereka membutuhkan layanan persalinan yang terampil. Namun di negara di mana jutaan orang terjebak di zona perang atau menjadi pengungsi, dan terdapat kekurangan pasokan medis, layanan seperti itu semakin kecil kemungkinannya dari hari ke hari,” kata juru bicara UNICEF, James Elder.

Ia menambahkan bahwa setiap bulannya, sekitar 55 ribu anak memerlukan pengobatan untuk kondisi malnutri yang parah, namun hanya sedikit pusat nutrisi yang masih berfungsi di ibu kota Khartoum dan Darfur Barat.

Baca Juga: PBB Peringatkan Konflik Sudan Picu Bencana Kemanusiaan Global

2. Lebih dari lima ribu kasus dugaan campak telah dilaporkan

Di seluruh Sudan Selatan, lebih dari 5.770 kasus dugaan campak telah dilaporkan dengan jumlah kematian mencapai 142 orang. Anak-anak di bawah usia 5 tahun merupakan kelompok yang terdampak paling parah. Jumlah mereka mencakup hampir 70 persen dari seluruh kasus dan 76 persen dari seluruh kematian.

Adapun setengah dari anak-anak yang terdampak diketahui tidak menerima vaksinasi campak. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan dalam imunisasi, terutama di antara mereka yang kembali ke kampung halaman dan mengungsi.

Sementara itu, setiap bulannya, rata-rata 103 anak dirawat di fasilitas kesehatan akibat buruk antara bulan Mei dan Juli. Jumlah ini naik dari total 14 anak yang dirawat sebelum konflik.

3. Butuh bantuan segera untuk cegah kematian

UNHCR, WHO dan mitranya telah berupaya memberikan bantuan mendesak di Sudan untuk mencegah lebih banyak kematian. Selain distribusi makanan, vaksinasi juga telah diberikan kepada anak-anak di kamp-kamp di negara bagian Blue Nile dan White Nile 

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga menyerukan bantuan dari para donatur dan mendesak pihak yang bertikai, tentara Sudan dan kelompok paramiliter RSF, untuk melindungi petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya.

“Petugas kesehatan lokal, dengan bantuan WHO dan mitranya, melakukan semua yang mereka bisa, dalam kondisi yang sangat sulit. Namun mereka sangat membutuhkan dukungan komunitas internasional untuk mencegah kematian lebih lanjut dan penyebaran wabah,” kata Ghebreyesus.

“Kami menyerukan kepada para donor untuk bermurah hati dan kepada pihak-pihak yang bertikai untuk melindungi petugas kesehatan dan akses terhadap kesehatan bagi semua yang membutuhkannya.”

Baca Juga: 498 Anak di Sudan Tewas Sejak Perang Saudara Meletus

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya