PBB: Operasi Kemanusiaan di Gaza Harus Difasilitasi Sepenuhnya

Pemeriksaan konvoi bantuan harus dipercepat

Intinya Sih...

  • Pemeriksaan konvoi bantuan harus dipercepat untuk memastikan pasokan makanan, air, sanitasi, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan dapat sampai ke warga Gaza dengan aman.
  • Inspeksi Israel, pertempuran yang sedang berlangsung, dan penjarahan oleh warga telah menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
  • Militer Israel mengumumkan jeda harian di penyeberangan Karem Abu Salem, namun Perdana Menteri Netanyahu tidak setuju sehingga serangan terus berlanjut di Rafah dan Gaza selatan.

Jakarta, IDN Times - Wakil juru bicara PBB Farhan Haq menegaskan bahwa operasi kemanusiaan di Gaza harus difasilitasi sepenuhnya dan semua hambatan harus dihilangkan.

Dengan serangan Israel di Gaza yang memasuki bulan kesembilan, kata Haq, warga yang mengungsi di wilayah tersebut sangat membutuhkan makanan, air, sanitasi, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan. Banyak dari mereka dilaporkan tinggal di dekat tumpukan sampah padat, sehingga meningkatkan risiko kesehatan.

"Kita harus bisa menyalurkan bantuan dengan aman ke seluruh Gaza," kata Haq kepada Associated Press pada Senin (17/6/2024).

Menurutnya, Israel perlu memastikan bahwa pergerakan konvoi bantuan dan anggota staf melalui pos pemeriksaan dipercepat, semua jalan beroperasi, dan pasokan bahan bakar dapat masuk ke Gaza secara teratur.

Baca Juga: RS Indonesia di Gaza Utara Kembali Beroperasi

1. Jalur Gaza bagai neraka di atas bumi

Kelompok kemanusiaan internasional telah berulang kali mengatakan bahwa inspeksi Israel, pertempuran yang sedang berlangsung, dan penjarahan oleh warga yang putus asa telah menghambat pengiriman bantuan. Militer Israel mulai melancarkan operasi militer di kota selatan Rafah sejak awal Mei. Sejak itu, mereka telah menutup penyeberangan Rafah, yang berbatasan dengan Mesir.

Sebelum invasi Rafah, aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza sudah tidak memadai dengan jumlah truk yang memasuki bagian selatan Jalur Gaza hanya mencapai ratusan. Jumlah ini jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk wilayah di wilayah tersebut yang berjumlah 2,3 juta jiwa.

Dalam opini yang dimuat di The New York Times, kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths menyebut Jalur Gaza telah menjadi “neraka di atas bumi” dengan ancaman kelaparan yang semakin dekat. Dia mengatakan bahwa bantuan kemanusiaan dihalangi dan dipolitisasi, sementara kelaparan dan penyakit menyebar. Akibatnya, pekerja kemanusiaan, petugas kesehatan, dan jurnalis mengalami kerugian yang tidak dapat diterima.

Senada dengan pernyataan itu, Kantor Media Pemerintah Gaza menuduh Israel dan Amerika Serikat (AS) sengaja memperburuk kondisi di Gaza dengan menahan bantuan kemanusiaan sebagai alat untuk tekanan politik.

2. Israel tetap bom Gaza meski sempat umumkan jeda serangan

Dilansir Reuters, ketua badan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini pada Senin mengatakan bahwa peperangan terus berlanjut di Rafah dan Gaza selatan, meskipun militer Israel telah mengumumkan akan menghentikan serangannya untuk sementara waktu demi memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan.

“Ada informasi bahwa keputusan seperti itu telah diambil, namun tingkat politik mengatakan tidak ada keputusan yang diambil. Jadi untuk saat ini, saya dapat memberitahu Anda bahwa permusuhan terus berlanjut di Rafah dan di selatan Gaza. Dan secara operasional, belum ada yang berubah," kata Lazzarini pada konferensi pers di Oslo, Norwegia.

Sebelumnya pada Minggu (16/6/2024), militer Israel mengumumkan jeda harian mulai pukul 05:00-16:00 waktu setempat di sepanjang penyeberangan Karem Abu Salem (Kerem Shalom), hingga Jalan Salah al-Din dan mengarah ke arah utara.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kabarnya tidak setuju terkait rencana militer yang akan menangguhkan serangan ke selatan Gaza, terutama di Rafah. Alhasil, militer kemudian mengklarifikasi bahwa serangan akan terus berlanjut di Rafah untuk memburu pejuang Hamas.

Warga mengatakan bahwa pasukan Israel telah maju lebih jauh ke wilayah tengah dan barat Rafah, dengan suara ledakan dan tembakan terdengar tanpa henti pada Senin. Sementara itu, sayap bersenjata Hamas mengatakan bahwa mereka bertempur dari jarak dekat di dalam kamp Shaboura di jantung Rafah.

Baca Juga: Israel Hentikan Sementara Serangan di Gaza Selatan

3. Norwegia tingkatkan pendanaan untuk UNRWA

Sementara itu, Norwegia pada Senin mengumumkan bahwa mereka akan meningkatkan pendanaannya untuk UNRWA sebesar 100 juta kroner (sekitar Rp153 miliar).

UNRWA mengalami krisis pada Januari, ketika Israel menuduh beberapa karyawannya di Gaza terlibat dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan. Tuduhan tersebut mendorong beberapa negara, termasuk AS, untuk menangguhkan pendanaan kepada badan tersebut. Beberapa negara kini telah mulai melanjutkan kembali pendanaannya

“UNRWA adalah tulang punggung respons kemanusiaan di Gaza. Perang, tuduhan yang dibuat oleh Israel, serangan terus-menerus terhadap organisasi tersebut dan dana yang ditahan oleh donor besar telah menempatkan UNRWA dalam situasi keuangan yang sangat sulit,” kata Menteri Pembangunan Internasional Norwegia Anne Beathe Tvinnereim dalam sebuah pernyataan, dikutip Al Jazeera.

Tinjauan independen terhadap UNRWA, yang dipimpin oleh mantan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna, menemukan beberapa masalah terkait netralitas, namun mengatakan bahwa Israel belum memberikan bukti atas tuduhan utamanya.

Baca Juga: UNICEF Sebut Konvoi Bantuan Tidak Diizinkan Masuk ke Gaza Utara

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya