PBB Minta Belarus Selidiki Penyiksaan dan Kematian Tahanan Politik 

Lima tahanan politik meninggal di balik jeruji besi

Jakarta, IDN Times - Perwakilan khusus PBB untuk hak asasi manusia (HAM) mendesak Belarus untuk menyelidiki penyiksaan dan kematian terhadap tahanan politik.

Menurut laporan yang disusun oleh pelapor khusus PBB untuk Belarus, sedikitnya lima orang yang tewas dalam tahanan di Belarus dihukum atas tuduhan bermotif politik. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa tidak satu pun dari mereka yang menjalani otopsi.

"Fakta bahwa para tahanan meninggal saat berada di penjara menimbulkan dugaan perampasan hidup secara sewenang-wenang oleh otoritas Negara," tulis laporan itu.

Mereka meminta pihak berwenang Belarus untuk segera meluncurkan investigasi yang efektif, tidak memihak dan transparan terhadap semua kematian tersebut.

1. Belarus penjarakan 1.401 tahanan politik

Dilansir Associated Press, para pembela HAM PBB menyatakan bahwa mereka sangat prihatin terhadap beberapa politisi oposisi, pengacara, dan aktivis Belarus yang saat ini dipenjara dan tidak diketahui keberadaannya selama lebih dari setahun.

Menurut laporan kelompok HAM Viasna, saat ini terdapat 1.401 tahanan politik yang mendekam di balik jeruji besi di negara tersebut, termasuk peraih Hadiah Nobel Perdamaian Ales Bialiatski. Sekitar 100 di antaranya disebut memiliki masalah kesehatan yang serius dan mungkin berisiko meninggal di penjara.

Bulan lalu, pakar HAM PBB juga mendesak otoritas Belarus untuk memberikan bantuan medis kepada Pavel Kuchynski, seorang tahanan politik yang didiagnosis mengidap kanker stadium lanjut. Pria berusia 29 tahun itu ditahan pada 2022 dan dijatuhi hukuman 4 tahun 9 bulan penjara karena dituduh menghina presiden dan mengancam akan menggunakan kekerasan.

Baca Juga: Polandia Akan Bangun Zona Penyangga di Perbatasan Belarus

2. Tahanan politik kerap menjadi sasaran penyiksaan

Laporan PBB mengungkapkan bahwa para tahanan politik secara khusus menjadi sasaran penyiksaan dan perlakuan lainnya yang semena-mena. Mereka dipaksa mengenakan tanda kuning khusus, sering ditempatkan dalam sel isolasi, dan tidak diperbolehkan berkomunikasi dengan dunia luar.

Katsiaryna Novikava, salah seorang tahanan politik, mengatakan bahwa dia berulang kali dipukuli oleh pasukan keamanan sejak ditahan pada Juni 2023. Perempuan berusia 38 tahun itu dijatuhi hukuman 6,5 tahun penjara karena dituduh menghasut kebencian dan mengganggu pekerjaan pegawai kementerian dalam negeri. 

“Setiap orang yang ada di kantor memukuli saya. Mereka memukul kepala saya,” tulis Novikava, dikutip The Guardian. Ia menyelundupkan kisahnya melalui selembar tisu toilet.

Kondisi kesehatan Novikava memburuk setelah pemukulan tersebut, namun dia mengaku tidak mendapatkan bantuan medis yang diperlukan.

3. Presiden Lukashenko tindak keras para pengkritiknya usai pemilu 2020

Presiden Alexander Lukashenko memimpin tindakan keras terhadap para pengkritiknya setelah menyatakan diri sebagai pemenang pemilu pada 2020, yang memberinya masa jabatan keenam. Oposisi dan negara-negara Barat menuding pemungutan suara itu dilakukan secara curang.

Laporan PBB mengungkapkan bahwa pihak berwenang telah melakukan pemberantasan yang ditargetkan terhadap masyarakat sipil di Belarus sejak terjadinya sengketa pemilu. Lebih dari 35 ribu orang ditangkap, ribuan orang dipukuli di tahanan polisi, dan ratusan media independen serta organisasi non-pemerintah ditutup.

“Situasi hak asasi manusia di Belarus masih sangat memprihatinkan dan memerlukan perhatian berkelanjutan," tulis laporan PBB.

Baca Juga: PBB Kutuk Serangan Udara Israel ke Sekolah di Gaza

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya