PBB: Lebih dari 30 Ribu Orang di Lebanon Melarikan Diri ke Suriah

Sebagian besar di antaranya merupakan warga Suriah

Intinya Sih...

  • Lebih dari 30 ribu orang di Lebanon menyeberang ke Suriah dalam 72 jam terakhir akibat meningkatnya konflik antara Israel dan Hizbullah.
  • Sebagian besar yang menyeberang adalah warga Suriah, dengan 80 persen dari jumlah tersebut, dan sekitar setengahnya merupakan anak-anak dan remaja.
  • Pemerintah Suriah mengizinkan warga negara Lebanon masuk untuk waktu yang tidak ditentukan, asalkan mereka memiliki dokumen identitas.

Jakarta, IDN Times - Badan pengungsi PBB (UNHCR) pada Jumat (27/9/2024) melaporkan bahwa lebih dari 30 ribu orang di Lebanon menyeberang ke Suriah dalam 72 jam terakhir akibat akibat meningkatnya konflik antara Israel dan Hizbullah.

Gonzalo Vargas Llosa, perwakilan UNHCR di Suriah, menyebutkan bahwa sekitar 80 persen orang yang menyeberang adalah warga Suriah dan sekitar 20 persen lainnya adalah warga Lebanon. Sekitar setengahnya merupakan anak-anak dan remaja.

“Mereka menyeberang dari negara yang sedang berperang ke negara yang telah menghadapi krisis konflik selama 13 tahun,” kata Vargas Llosa pada konferensi pers di Jenewa, menyebutnya sebagai pilihan yang sangat sulit.

“Kita harus melihat dalam beberapa hari ke depan berapa banyak lagi yang melakukan hal serupa," tambahnya.

Lebanon adalah rumah bagi sekitar 1,5 juta warga Suriah yang melarikan diri dari perang saudara di negara mereka.

1. UNHCR dan pemerintah Suriah berusaha tingkatkan mekanisme penerimaan dan pemrosesan pendatang

Vargas Llosa mengatakan, UNHCR telah bekerja sama dengan pemerintah Suriah dan mitra-mitra lainnya untuk meningkatkan mekanisme penerimaan dan pemrosesan bagi para pendatang. Suriah mengizinkan warga negara Lebanon masuk untuk waktu yang tidak ditentukan, asalkan mereka memiliki dokumen yang mencantumkan identitas mereka.

Dilansir Associated Press, Emad al-Salim, yang melarikan diri dari Suriah pada 2014, terpaksa kembali ke negaranya setelah Israel mulai membombardir Lebanon pada Senin (23/9/2024).

“Rumah-rumah hancur di depan saya saat kami keluar. Butuh waktu tiga hari bagi kami untuk sampai ke sini," kata al-Salim, yang mengungsi bersama istri dan enam anaknya dari kota pesisir selatan, Tyre.

Mahmoud Ahmad Tawbeh, warga desa Arnoun di Lebanon selatan, tiba di Suriah bersama keluarga besarnya yang berjumlah 35 orang. Mereka berencana untuk tinggal di sebuah rumah kontrakan di pinggiran kota Damaskus.

“Kami pergi dengan susah payah, ada banyak bom yang jatuh di atas kepala kami,” katanya, seraya menambahkan bahwa lima atau enam rumah di desanya hancur, dan beberapa tetangganya tewas.

Baca Juga: 5 Insiden Mematikan dalam Konflik Israel-Hizbullah Sepekan Terakhir

2. Israel abaikan seruan gencatan senjata dengan Hizbullah

Sementara itu, Israel terus melanjutkan pemboman di Lebanon dan menolak seruan global untuk melakukan gencatan senjata dengan Hizbullah. Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan bahwa lebih dari 700 orang tewas dan lebih dari 5 ribu lainnya terluka di negara itu sejak Senin. Para korban termasuk anak-anak, perempuan, jurnalis hingga tenaga medis.

Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menegaskan kembali bahwa militernya akan terus menargetkan Hizbullah sampai Israel utara aman kembali.

“Kami memukul Hizbullah dengan sangat keras selama setahun terakhir dan khususnya selama beberapa minggu terakhir,” katanya saat berkunjung ke kota Safad di wilayah utara, menurut surat kabar The Times of Israel.

3. Lebih dari 200 ribu orang di Lebanon telah mengungsi

UNHCR mengatakan bahwa lebih dari 90 ribu orang di Lebanon telah mengungsi sejak Senin. Sebelumnya, hampir 112 ribu orang telah meninggalkan rumah mereka sejak Oktober 2023, ketika Hizbullah dan militer Israel mulai saling serang di sepanjang perbatasan.

"Pengungsian massal di Lebanon adalah satu lagi cobaan berat bagi keluarga-keluarga yang telah melarikan diri selama bertahun-tahun akibat perang saudara di Suriah … dan sekarang mereka dibom di negara tempat mereka mencari perlindungan," kata Ketua UNHCR, Filippo Grandi, pekan ini.

“Timur Tengah tidak mampu menghadapi krisis pengungsian baru. Jangan sampai kita menciptakan situasi yang memaksa lebih banyak orang meninggalkan rumah mereka,” tambahnya.

Baca Juga: Palestina Khawatir Serangan Israel di Lebanon Tutupi Situasi di Gaza

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya