Nestapa Pengungsi Suriah: Ditolak di Lebanon, Tidur di Jalan

Lebanon prioritaskan pengungsi Palestina dan Lebanon

Jakarta, IDN Times - Beberapa tempat penampungan di Lebanon dilaporkan menolak pengungsi Suriah setelah Israel melancarkan serangkaian serangan udara mematikan di negara tersebut awal pekan ini.

Tempat-tempat penampungan tertentu dikabarkan memprioritaskan pengungsi Lebanon dan Palestina, sehingga membuat sebagian warga Suriah mencari bantuan ke warga lokal yang telah membuka rumah mereka bagi puluhan ribu orang yang melarikan diri Lebanon selatan akibat pemboman yang intens.

“Ketika penembakan dimulai dan roket jatuh di dekat rumah kami, kami melarikan diri ke kota Sidon,” kat Zeina Ammar, seorang pengungsi Suriah yang tinggal bersama keluarganya di desa Ansar di Lebanon selatan.

“Ketika kami tiba, setelah lebih dari tujuh jam perjalanan, kami pergi ke kantor pemerintah setempat, namun mereka tidak mengizinkan kami pergi ke tempat penampungan sekolah mana pun atau mendaftarkan nama kami, dengan mengatakan bahwa prioritas diberikan kepada pengungsi Lebanon,” tuturnya.

Ammar, suaminya, dan ketiga anak mereka akhirnya terpaksa bermalam di Lapangan Martir.

"Ke mana kami akan pergi? Ke mana kami akan tidur? Kami tidak bisa kembali ke Suriah dan saya tidak tahu harus berbuat apa," keluhnya.

1. Kantor pemerintah menolak mendaftarkan nama mereka

Ismail Hamoud, seorang pengungsi Suriah lainnya, mengatakan bahwa para pemuda di Sidon membawanya dan keluarganya ke kantor pemerintah setempat untuk mendaftarkan nama mereka.

"Namun, di kantor pemerintah, mereka mengatakan bahwa warga Suriah tidak bisa mendaftar, dan prioritas diberikan kepada warga Lebanon dan Palestina, serta kami adalah tanggung jawab Caritas (kelompok bantuan)," ujar Hamoud.

Dia mencoba menghubungi Caritas, namun tidak dapat tidak terhubung dengan siapa pun.

"Kami kembali ke kantor pemerintah, dan mereka meminta kami untuk menghubungi Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi, tetapi tidak ada karyawan mereka yang merespons," katanya.

Setelah berulang kali meminta bantuan dari kantor pemerintah, ia dan keluarganya tidak punya pilihan lain selain tidur di jalan.

“Kami berjumlah sepuluh keluarga dan saya mempunyai keluarga beranggotakan enam orang. Kami tidak bisa makan dan tidak ada toilet. Pada saat yang sama, kami tidak bisa kembali ke Suriah karena kami mendukung oposisi," tambah pria tersebut.

Baca Juga: Ukraina Klaim Rusia Rekrut Tentara dari Suriah

2. Tidak ada makanan dan toilet

Rojid Nahsudado tinggal di kota Qasmiyeh di Lebanon selatan selama enam tahun usai melarikan diri dari Suriah. Dia menceritakan bahwa ketika serangan terjadi di dekat Qasmiyeh, ia dan keluarganya melarikan diri dengan berjalan kaki sampai seseorang yang lewat mengantarkan mereka ke Sidon.

“Kami tiba pukul 9 malam pada Senin dan tidur di tempat terbuka. Tidak ada yang mau menerima kami,” katanya.

Dia seraya menambahkan bahwa putranya menderita thalassemia dan memerlukan transfusi darah bulanan, namun saat ini mereka bahkan tidak mendapat makanan atau minuman. 

"Anak saya masih kecil dan sakit. Mereka bilang prioritas diberikan kepada orang-orang Lebanon, tetapi kemanusiaan tidak membedakan antara orang Suriah dan Lebanon," ungkapnya.

Lebanon menampung sekitar 1,5 juta pengungsi Suriah yang meninggalkan negara mereka selama perang saudara yang dimulai pada 2011. Perang tesebut telah menghancurkan infrastruktur penting dan membuat jutaan orang membutuhkan bantuan

3. PBB catat 90.530 pengungsi baru

Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (25/9/2024) menunjukkan bahwa sedikitnya 90.530 orang telah mengungsi di Lebanon sejak Senin (23/9/2024). Sebelumnya, hampir 112 ribu orang telah terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak Oktober 2023, ketika Hizbullah dan Israel mulai saling serang di perbatasan.

Kantor koordinasi bantuan PBB (OCHA) melapprkan bahwa lebih dari 25 ribu orang telah menemukan tempat berlindung di 130 tempat penampungan baru.

“Situasinya berubah-ubah dan PBB bekerja sama dengan otoritas nasional dan mitra untuk melacak dan mendaftarkan pengungsi baru,” kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.

Badan-badan PBB lainnya, termasuk UNICEF, juga telah mengirimkan 100 ton pasokan medis darurat ke beberapa rumah sakit yang membutuhkan. Pihaknya mengatakan akan mengirimkan lebih banyak lagi bantuan

Baca Juga: Menlu AS: Israel Berhak Lawan Hizbullah, Utamakan Diplomasi

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya