Militer Sudan Tolak Seruan AS untuk Negosiasi Damai dengan RSF

Ribuan orang telah tewas akibat konflik di Sudan

Jakarta, IDN Times - Militer Sudan pada Rabu (29/5/2024) menolak seruan untuk kembali melakukan perundingan damai dengan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter, menyusul percakapan antara Jenderal Abdel Fattah al-Burhan dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken sehari sebelumnya.

“Kami tidak akan pergi ke Jeddah (tempat perundingan di Arab Saudi) dan siapa pun yang menginginkan kami harus membunuh kami di negara kami dan membawa jenazah kami ke sana,” kata Malik Agar, mantan pemimpin pemberontak dan orang nomor dua Burhan di Dewan Kedaulatan Transisi negara itu, dikutip Reuters.

1. Blinken berdiskusi dengan Burhan soal perlunya mengakhiri konflik di Sudan

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, Blinken berdiskusi dengan Burhan pada Selasa (28/5/2024) mengenai perlunya mengakhiri konflik di Sudan dan melanjutkan pembicaraan yang disponsori oleh AS dan Arab Saudi di Jeddah. 

"Keduanya membahas perlunya segera mengakhiri konflik di Sudan dan memungkinkan akses kemanusiaan tanpa hambatan, termasuk lintas batas dan lintas batas, untuk meringankan penderitaan rakyat Sudan," kata juru bicara Matthew Miller dalam sebuah pernyataan.

Dalam panggilan telepon berdurasi sekitar 30 menit itu, Blinken juga membahas perlunya meredakan permusuhan di al-Fashir, ibu kota Darfur Utara, yang telah dilanda eskalasi pertempuran sejak 10 Mei.

Baca Juga: 123 Orang Dilaporkan Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Sudan

2. RSF sebut pihaknya terbuka untuk dialog

Pada Rabu, Kementerian Luar Negeri Sudan yang berpihak pada militer menyambut baik undangan Mesir untuk pertemuan puncak kelompok politik sipil, namun pihaknya memberikan persyaratan mengenai jenis kelompok dan aktor asing yang akan diundang.

Dalam pernyataannya, Malik Agar menyatakan bahwa pertemuan puncak terpisah untuk partai politik sipil yang diadakan di Addis Ababa merupakan pengalihan dari tujuan mengakhiri perang.

RSF sebelumnya mengatakan bahwa mereka terbuka untuk berdialog, meskipun kedua pihak tidak mematuhi komitmen yang dibuat dalam perundingan sebelumnya.

3. Sebanyak 145 orang tewas akibat pertempuran di al-Fashir

Ribuan orang tewas dan lebih dari 9 juta lainnya meninggalkan rumah mereka sejak perang antara militer dan RSF meletus pada April 2023. Pertempuran sengit berlanjut di wilayah utara ibu kota Khartoum pada Rabu, dengan penduduk melaporkan adanya pemboman dan tembakan artileri besar-besaran.

Al-Fashir saat ini menjadi pusat konflik antara militer dan RSF yang dibantu oleh milisi Arab "janjaweed". Kota tersebut merupakan benteng terakhir yang masih dikuasai militer di wilayah Darfur.

Warga mengatakan bahwa proyektil dari kedua belah pihak jatuh dan menghancurkan rumah-rumah penduduk, sementara hanya sedikit orang yang dapat mencapai rumah sakit. Layanan air dan listrik justru terputus.

Menurut kelompok bantuan Medecins Sans Frontieres (MSF), sedikitnya 145 orang tewas dan lebih dari 3.600 keluarga telah mengungsi sejak pertempuran meningkat di al-Fashir pada 10 Mei.

Baca Juga: Human Right Watch: Paramiliter Sudan Musnahkan Etnis di Darfur

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya