Kunjungan Menteri Keamanan Israel ke Masjid Al-Aqsa Dikecam Global

Ben Gvir ingin orang Yahudi diperbolehkan beribadah di sana

Intinya Sih...

  • Menteri Keamanan Israel ingin orang Yahudi diizinkan beribadah di kompleks Masjid Al-Aqsa, bertentangan dengan aturan yang berlaku.
  • Kunjungan Ben Gvir ke kompleks tersebut disertai pengawalan polisi dan menyebabkan reaksi keras dari Palestina, Yordania, AS, dan Prancis.
  • Ben Gvir menegaskan kebijakannya untuk memungkinkan kebebasan beribadah bagi orang Yahudi di semua tempat, namun mendapat teguran dari kantor Perdana Menteri Israel.

Jakarta, IDN Times - Menteri Keamanan Israel, Itamar Ben-Gvir, melakukan kunjungan kontroversial ke kompleks Masjid Al-Aqsa, atau yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, pada Selasa (13/4/2024). Ia mengatakan bahwa orang-orang Yahudi seharusnya diizinkan untuk beribadah di sana, yang bertentangan dengan aturan yang telah lama berlaku.

Terletak di Yerusalem Timur, Masjid Al-Aqsa adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam karena diyakini sebagai tempat Nabi Muhammad melakukan perjalanan Isra Mi'raj. Situs ini juga merupakan tempat tersuci bagi umat Yahudi karena merupakan lokasi dua kuil yang disebutkan dalam Alkitab.

Berdasarkan status quo, hanya umat Muslim yang diizinkan untuk beribadah di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa, sementara Israel mengendalikan keamanan dan akses ke tempat tersebut.

1. Kantor Netanyahu sebut tindakan Ben Gvir dengan status quo

Saat mengunjungi kompleks tersebut dengan pengawalan polisi, Ben Gvir mengatakan bahwa kemajuan besar telah dicapai dalam pemerintahan dan kedaulatan Israel di sana.

“Kebijakan kami adalah mengizinkan orang-orang Yahudi beribadah di sini,” lanjutnya.

Dalam video yang dibagikan di media sosial, tampak sekelompok warga Yahudi Israel menyanyikan lagu kebangsaan mereka. Beberapa di antaranya membawa bendera Israel, sementara yang lainnya berdoa tempat suci tersebut.

Belakangan, kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa kunjungan Ben Gvir itu menyimpang dari status quo, dan menegur menteri tersebut atas pernyataan kontroversialnya.

"Tidak ada kebijakan pribadi dari menteri mana pun mengenai Temple Mount—baik Menteri Keamanan Nasional maupun menteri lainnya," kata kantor Netanyahu, dikutip Reuters.

Menanggapi pernyataan tersebut, Ben-Gvir mengatakan bahwa kebijakannya adalah memungkinkan kebebasan beribadah bagi orang Yahudi di semua tempat.

“Tidak ada undang-undang yang mengizinkan terjadinya diskriminasi rasis terhadap orang Yahudi di Temple Mount atau di mana pun di Israel,” ujarnya.

2. Kunjungan Ben Gvir cerminkan desakan pemerintah Israel untuk abaikan hukum internasional

Dilansir BBC, Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut tindakan itu sebagai eskalasi berbahaya yang disebabkan oleh serangan pemukim ekstremis terhadap Masjid Al-Aqsa.

“Kementerian akan melanjutkan upaya politiknya untuk mengatasi provokasi ini di berbagai tingkatan, memperingatkan konsekuensi seriusnya terhadap arena konflik dan kawasan secara keseluruhan,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan.

Yayasan Wakaf Yordania, yang mengelola kompleks Masjid Al-Aqsa, mengatakan bahwa lebih dari dua ribu warga Israel telah memasuki kompleks tersebut, dan meminta umat Islam di seluruh dunia untuk membantu mereka mempertahankan status quo.

Kementerian luar negeri Yordania mengatakan bahwa insiden tersebut mencerminkan desakan pemerintah Israel dan anggota ekstremisnya untuk mengabaikan hukum internasional dan kewajiban Israel sebagai kekuatan pendudukan.

Mesir dan Arab Saudi juga menganggap tindakan itu sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional. Riyadh menambahkan bahwa Ben-Gvir berusaha menggagalkan upaya untuk merundingkan kesepakatan gencatan senjata di Gaza.

3. AS dan Prancis juga kecam kunjungan Ben Gvir

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan bahwa Washington menentang kunjungan Ben-Gvir tersebut, yang menunjukkan pelanggaran terang-terangan terhadap status quo bersejarah sehubungan dengan tempat-tempat suci di Yerusalem.

“Tindakan provokatif ini hanya memperburuk ketegangan pada saat yang penting ketika semua fokus harus tertuju pada upaya diplomatik yang sedang berlangsung untuk mencapai perjanjian gencatan senjata dan menjamin pembebasan semua sandera serta menciptakan kondisi untuk stabilitas regional yang lebih luas,” tambah diplomat AS tersebut.

Prancis juga melayangkan kecaman serupa terhadap Israel, dan mendesak pemerintah Tel Aviv untuk terus menghormati status quo Masjid Al-Aqsa.

"Provokasi baru ini tidak dapat diterima. Prancis menyerukan kepada pemerintah Israel untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memastikan penghormatan terhadap status quo bersejarah tempat-tempat suci di Yerusalem," kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga: AS Sebut Penyerbuan Israel ke Al-Aqsa Tidak Bisa Diterima

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya