Krisis Air Bersih, Penyakit Kulit Menyebar di Kamp Pengungsian Gaza

Pengungsi kini bahkan tidak bisa mandi seminggu sekali

Intinya Sih...

  • Krisis air bersih di Gaza menyebabkan penyebaran penyakit kulit di zona aman al-Mawasi.
  • Pengungsi tidak bisa mandi seminggu sekali di tengah suhu musim panas karena kekurangan air.
  • Badan PBB untuk Pengungsi Palestina memperingatkan risiko wabah kolera di Jalur Gaza akibat kekurangan air bersih.

Jakarta, IDN Times - Krisis air bersih telah memicu penyebaran penyakit kulit di zona aman di al-Mawasi, Gaza selatan. Dokter mengatakan bahwa warga kini tidak bisa lagi mandi seminggu sekali di tengah suhu musim panas.

“Alasan di balik penyebaran penyakit kulit adalah kekurangan air, yang menyebabkan orang tidak mampu membersihkan diri dengan baik. Saat ini sedang musim panas dan orang-orang biasanya mandi dua kali sehari saat cuaca panas, tapi sekarang mereka bahkan tidak bisa mandi seminggu sekali," kata Hossam Nasser kepada The National.

Nasser dulunya bekerja di Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara, namun kemudian melarikan diri ke selatan sejak pecahnya konflik Israel-Hamas pada Oktober. Sejak itu, ia mendirikan klinik lapangan bagi orang-orang yang tidak dapat mencapai rumah sakit karena mengalami luka atau pecahnya pertempuran.

Baca Juga: Krisis Air Bersih dan Cuaca Panas Picu Penyebaran Penyakit di Gaza

1. Air yang tidak bersih, cuaca panas, dan kepadatan di area pengungsian tingkatkan risiko penyebaran penyakit

Nasser menjelaskan bahwa tempat penampuangan sementara yang digunakan oleh lebih dari 500 ribu pengungsi di kawasan tersebut sebagian besar terbuat dari nilon atau lembaran logam. Material tersebut, menurutnya, tidak cocok untuk tempat tinggal jangka panjang.

“Cuaca panas meningkatkan potensi penyebaran penyakit dan bahan-bahan ini membuat tenda semakin panas," ujarnya.

Selain itu, air yang tidak bersih dan kepadatan di area pengungsian juga semakin memperburuk penyebaran penyakit kulit.

“Penyebaran lalat dan serangga menyebabkan munculnya luka dan bisul ini karena gigitan. Serangga ini berkumpul di sekitar sampah dan tentu saja tidak ada air untuk menjaga kebersihan. Luka ini dimulai dari satu titik di tubuh dan tanpa perawatan yang tepat, mereka tersebar dimana-mana," ungkapnya.

“Kesulitan mendapatkan obat-obatan untuk menangani kasus-kasus ini membuat situasi menjadi lebih buruk. Krim dasar dan antibiotik tidak tersedia, begitu pula obat penurun demam."

2. Warga kesulitan mengakses layanan kesehatan atau obat-obatan

Eed, salah seorang pengungsi di al-Mawasi, mengatakan bahwa tidak ada cara untuk menghindari infeksi.

“Sampah di mana-mana merupakan tempat berkembang biaknya penyakit dan tidak ada layanan kesehatan atau obat-obatan yang tersedia. Tenda saya yang terbuat dari nilon sangat panas sehingga kami tidak tahan untuk tetap berada di dalamnya. Pada saat yang sama, menghabiskan waktu di luar bukanlah pilihan yang baik,” kata pria berusia 40 tahun itu.

Warga lainnya, Umm Omar, mengatakan bahwa putrinya yang berusia 7 tahun, Marwa, menderita kudis yang menjalar di seluruh tubuhnya.

“Anak-anak saya harus berjalan jauh untuk mengambil air bersih dan membawanya kembali ke sini. Penyakit ini menular dan saya tidak bisa mengisolasi putri saya dari saudara-saudaranya karena kami semua tinggal bersama dalam satu tenda. Dia selalu menangis karena kesakitan," kata Umm Omar, yang melarikan diri ke al Mawasi dari Beit Hanoun di Gaza utara.

Dia menambahkan bahwa keluarganya kini kekurangan uang, sehingga tidak lagi mampu membeli obat yang diresepkan dokter untuk Marwa seharga 30 shekel Israel (sekitar Rp130 ribu).

Baca Juga: Gelombang Panas, Ribuan Warga di Vietnam Krisis Air Bersih

3. UNRWA peringatkan risiko wabah kolera di Gaza

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) pada Kamis (6/6/2024) juga memperingatkan tentang risiko wabah kolera di Jalur Gaza di tengah kekurangan air bersih akibat pemboman Israel.

“Dengan minimnya akses terhadap air bersih di Jalur Gaza dan panas terik musim panas yang terus berlanjut, terdapat risiko wabah penyakit dan dehidrasi. Ada kekhawatiran nyata bahwa kolera akan merajalela, sehingga semakin memperburuk kondisi kehidupan yang tidak manusiawi," kata UNRWA dalam sebuah pernyataan, dikutip Anadolu.

Beberapa badan PBB, khususnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), telah memperingatkan tentang tingginya risiko penyakit menular di Gaza di tengah padatnya kamp pengungsi dan kurangnya sanitasi yang layak.

Baca Juga: Jalur Gaza Krisis Air Bersih, Warga Minum dari Keran!

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya