Korsel Tuding Rusia Gunakan Senjata Korut untuk Serang Ukraina

Menhan Korsel sebut ada banyak bukti yang menguatkan hal itu

Intinya Sih...

  • Menteri Pertahanan Korsel, Shin Won-sik, menyebut Rusia mendapatkan senjata dari Korea Utara untuk menyerang Ukraina.
  • Pentagon melaporkan penggunaan rudal balistik milik Korea Utara dalam perang di Ukraina, yang disebut Shin sebagai kontradiksi dan pengkhianatan ekstrim terhadap komunitas internasional.
  • G7 dan menteri luar negeri negara-negara G7 mengutuk peningkatan kerja sama antara Rusia dan Korea Utara serta meminta mereka untuk menghentikan transfer senjata yang melanggar hukum.

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Korea Selatan, Shin Won-sik, mengatakan ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa Rusia mendapatkan senjata dari Korea Utara untuk menyerang Ukraina, dan membantu program militer rezim Kim Jong-un.

“Hari ini kita melihat lebih banyak bukti bahwa senjata yang digunakan Rusia untuk menyerang Ukraina diimpor secara ilegal dari Korea Utara,” kata Shin pada sidang pleno Dialog Shangri-La di Singapura pada Sabtu (1/6/2024), dikutip The Korea Herald.

"Rusia, meski menjadi anggota tetap Dewan PBB, menerima senjata dari rezim yang melanggar sejumlah resolusi DK PBB yang mereka pimpin,” tambahnya.

Baca Juga: Korsel Luncurkan Badan Antariksa Pertama, Apa Saja Misinya?

1. Kerja sama militer Korut-Rusia tingkatkan ketegangan di Semenanjung Korea dan perang di Eropa

Pentagon, dalam laporannya yang dirilis pada Kamis (30/5/2024), mengatakan bahwa Rusia menggunakan rudal balistik milik Korea Utara dalam perangnya di Ukraina berdasarkan analisis terhadap puing-puing yang ditemukan di wilayah konflik tersebut.

Shin menyebut penggunaan senjata Korea Utara dalam perang melawan Ukraina sebagai sebuah kontradiksi dan pengkhianatan ekstrim terhadap komunitas internasional.

"Terlibat dalam perdagangan senjata juga merupakan pelanggaran nyata terhadap resolusi DK PBB, dan harus segera dihentikan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia tidak hanya meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea, namun juga mempengaruhi medan perang di Eropa.

Pada Jumat (31/5/2024, para menteri luar negeri G7 mengatakan bahwa mereka sangat prihatin terhadap peningkatan kerja sama antara Rusia dan Korea Utara, khususnya transfer senjata dari Pyongyang ke Moskow untuk digunakan di medan perang di Ukraina.

“Kami menyerukan kepada DPRK (Korea Utara) dan Rusia untuk menghentikan transfer senjata yang melanggar hukum,” kata mereka dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh presiden G7 di Italia.

2. Shin minta komunitas internasional untuk ikut mengecam provokasi yang dilakukan Korut

Sepanjang tahun ini, Korea Utara telah belasan kali meluncurkan berbagai jenis rudal dan satelit pengintai. Pyongyang juga menerbangkan lebih dari 260 balon yang berisi sampah ke Korea Selatan dalam beberapa hari terakhir, yang disebut Shin sebagai perilaku remeh dan rendahan.

Menteri pertahanan itu lantas meminta komunitas internasional untuk ikut mengecam peningkatan provokasi yang dilakukan Korea Utara.

“Saya menggunakan kesempatan ini untuk mengutuk keras tindakan tersebut dan mendesak penghentian segera. ... Semua negara harus mengutuk tindakan ilegal Korea Utara dengan satu suara dan dengan setia menerapkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang disepakati oleh komunitas internasional," serunya.

Dia juga menyalahkan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dan ambisinya untuk melanjutkan pemerintahan diktator sebagai penyebab utama dari program nuklir dan rudal di negara tersebut serta krisis hak asasi manusia yang dialami rakyatnya.

Baca Juga: 5 Perkembangan Terkini Perang Rusia-Ukraina

3. China diharap lakukan upaya yang lebih konstruktif untuk stabilkan situasi di Semenanjung Korea

Menanggapi pertanyaan dari para peserta, menteri tersebut menjelaskan bahwa Korea Utara dan Rusia diyakini telah memperdagangkan senjata dan barang-barang lainnya yang cukup untuk mengisi sekitar 10 ribu kontainer pengiriman.

“Korea Utara khususnya diyakini telah menerima teknologi satelit, khususnya teknologi satelit pengintaian militer. Jika pertukaran seperti itu terus berlanjut, kekuatan militer Korea Utara dikhawatirkan akan meningkat dan Korea Selatan serta Amerika Serikat sedang mencermati kemungkinan tersebut," jelasnya.

Ketika ditanya tentang peran China dalam upaya denuklirisasi Korea Utara, Shin berharap Beijing akan melakukan upaya yang lebih konstruktif dan proaktif untuk menstabilkan dan denuklirisasi di Semenanjung Korea.

"Kerja sama antara Korea Utara, Rusia dan China juga sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.

Baca Juga: Korut Gagal Luncurkan Satelit Mata-mata Keduanya

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya