Israel Gunakan Ledakan Sonik untuk Teror Warga Lebanon

Suara ledakan tersebut menimbulkan dampak psikologis

Intinya Sih...

  • Israel meluncurkan ledakan sonik di atas Lebanon sejak 7 Oktober, menyebabkan ketakutan dan trauma di kalangan penduduk.
  • Konflik lintas batas antara Israel dan Hizbullah Lebanon semakin meningkat setelah terbunuhnya komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr.
  • Trauma dari ledakan Beirut 2020 dan perang Lebanon-Israel 2006 kembali mempengaruhi kesehatan mental masyarakat, meningkatkan kebutuhan akan dukungan kesehatan mental.

Jakarta, IDN Times - Sejak 7 Oktober, Israel telah meluncurkan ledakan sonik dengan menerbangkan pesawat jet pada ketinggian rendah di atas wilayah Lebanon. Ledakan ini menimbulkan suara yang sangat keras, sehingga membangkitkan kembali ingatan tentang ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut dan menyebarkan ketakutan di kalangan penduduk.

Eliah Kaylough, 26 tahun, pertama kali mendengar ledakan sonik pada 6 Agustus, ketika dia baru saja bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran di Beirut timur. Suara ledakan itu membuatnya sangat ketakutan, sehinggaa dia secara naluriah berlari mencari perlindungan.

“Suaranya sangat menakutkan dan saya benar-benar mengira kami sedang diserang. Saya ingat memakai topi dan mengambil tas saya dan siap untuk menutup toko," kata Kaylouh kepada Al Jazeera.

Namun saat dia berlari keluar dari restoran, seorang pria dari toko terdekat menghentikannya dan menjelaskan bahwa Beirut tidak sedang dibom. Kaylough kemudian mengetahui bahwa suara tersebut adalah ledakan sonik, yaitu bunyi menggelegar yang disebabkan oleh objek yang bergerak lebih cepat dari kecepatan suara.

1. Ledakan sonik menimbulkan ketakutan besar di kalangan warga sipil Lebanon

Israel dan kelompok Hizbullah Lebanon telah terlibat dalam serangan lintas batas sejak meletusnya perang di Gaza pada Oktober. Namun, ketegangan semakin meningkat setelah terbunuhnya komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut dan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di ibu kota Iran, Teheran, akhir bulan lalu.

Israel juga semakin sering melancarkan ledakan sonik di ibu kota Lebanon untuk mengintimidasi dan menakut-nakuti penduduk.

“Kami prihatin dengan laporan penggunaan ledakan sonik oleh pesawat Israel di Lebanon yang telah menimbulkan ketakutan besar di kalangan penduduk sipil. Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik bersenjata tidak boleh menggunakan metode intimidasi terhadap penduduk sipil," kata Ramzi Kaiss, peneliti Human Rights Watch (HRW) Lebanon. 

Adapun ledakan sonik pada 6 Agustus terjadi hanya dua hari setelah peringatan ledakan pelabuhan Beirut pada 4 Agustus 2020 silam, yang menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai ribuan lainnya. Ledakan tersebut dipicu oleh kebakaran di gudang tempat penyimpanan amonium nitrat yang sangat mudah terbakar.

Lawrence Abu Hamdan, pakar suara dan pendiri Earshot, sebuah organisasi nirlaba yang melakukan analisis audio untuk melacak pelanggaran hak asasi manusia dan kekerasan negara, yakin bahwa Israel juga menggunakan ledakan sonik sebagai pengingat bahwa mereka bisa mengubah Lebanon menjadi Gaza kapan saja.

"Terjadi eskalasi dan kita melihat eskalasi itu melalui suara. Tahap berikutnya dari eskalasi ini tentu saja adalah penghancuran material," kata Abu Hamdan.

2. Kebutuhan akan dukungan kesehatan mental meningkat

Meski empat tahun telah berlalu sejak ledakan mematikan di pelabuhan Beirut, insiden tersebut masih membekas di ingatan banyak orang.

Joseph El Khoury, seorang konsultan psikiater, mengatakan bahwa trauma tersebut, ditambah dengan ketakutan akan kemungkinan perang, telah membuat sistem saraf masyarakat Lebanon dalam keadaan waspada terus-menerus. Situasi ini pada akhirnya meningkatkan kecemasan mereka dan memperbesar kebutuhan akan dukungan kesehatan mental.

“Saya dapat memberitahu Anda dari diskusi saya dengan rekan-rekan bahwa klinik di Lebanon saat ini penuh. Sangat sulit untuk mendapatkan ketersediaan psikiater atau psikolog, dan ini menunjukkan kebutuhan yang besar,” kata El Khoury, dikutip The National.

Bahkan, pasien-pasien yang telah menjalani terapi setelah ledakan di Beirut dan melaporkan kemajuan kini mengatakan bahwa mereka mungkin perlu kembali menjalani terapi.

“Saya mulai pulih, tetapi konflik baru ini telah menjadi kemunduran yang signifikan. Ketidakstabilan yang sedang berlangsung membuat saya sangat khawatir dan pemikiran akan terjadinya perang skala penuh sangatlah menakutkan. Ketahanan yang kami pertahankan sepertinya sudah mencapai batasnya," ungkap Rachelle Maksoud, seorang warga Beirut.

3. Warga teringat kembali akan perang Israel-Lebanon pada 2006

Ledakan sonik juga membangkitkan kembali kenangan tentang perang Lebanon-Israel pada 2006. Perang yang berlangsung selama 34 hari itu menewaskan sekitar 1.200 warga Lebanon dan menyebabkan kerusakan signifikan pada negara tersebut, termasuk infrastruktur sipil seperti satu-satunya bandara internasional di Beirut.

“Saya pikir mereka (Israel) menyerang lagi,” kata Ramzi El Habre, saat mengingat kembali ledakan sonik pekan lalu.

Mantan manajer di Westminster Foundation for Democracy yang berbasis di London itu khawatir akan kemungkinan terjadinya perang lagi di Lebanon, yang menurutnya akan jauh lebih buruk.

Kekhawatiran serupa juga diungkapkan oleh Reem Nasra, seorang eksekutif sumber daya manusia, yang telah dilanda kecemasan sejak awal perang Gaza. Ia mengatakan bahwa dia akhir-akhir ini sering mengalami mimpi buruk dan kurang tidur akibat eskalasi konflik.

“Ketakutan terbesar saya adalah bandara yang ditutup sehingga kami tidak dapat melarikan diri jika terjadi sesuatu, persis seperti yang terjadi pada tahun 2006,” ujarnya kepada The National.

Abu Hamdan mengatakan bahwa suara pesawat tempur dan bunyi ledakan lainnya dapat menimbulkan kembali trauma bagi mereka yang selamat dari ledakan dan perang sebelumnya. Dalam jangka panjang, suara-suara ini dapat meningkatkan risiko stroke dan mengurangi kadar kalsium di jantung.

“Setelah Anda terpapar pada suara (jet atau ledakan) yang menimbulkan ketakutan seperti yang terjadi di negara ini, maka setiap kali Anda mendengarnya – bahkan dengan volume rendah – akan memicu respons stres yang sama (pada seseorang)," jelasnya, mengutip sumber medis.

Baca Juga: Israel Gunakan Warga Palestina sebagai Perisai Manusia di Gaza

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya