Hamas: Sandera Akan Kembali dalam Peti Mati Jika Serangan Berlanjut

Netanyahu disebut menghalangi kesepakatan yang ada

Intinya Sih...

  • Hamas mengancam akan mengirim kembali para sandera ke Israel dalam peti mati jika serangan terus berlanjut.
  • Netanyahu menyatakan bahwa para sandera dieksekusi oleh Hamas setelah militer Israel menemukan enam jenazah sandera di wilayah Rafah, Gaza selatan.
  • Pengunjuk rasa menuntut Netanyahu untuk segera menyepakati perjanjian gencatan senjata dengan Hamas demi memulangkan 101 sandera yang tersisa.

Jakarta, IDN Times - Sayap bersenjata kelompok Palestina Hamas, Brigade Al Qassam, memperingatkan bahwa para sandera yang ditahan di Gaza akan kembali ke Israel dalam peti mati jika serangan Israel terus berlanjut. Pihaknya mengatakan bahwa “instruksi baru” telah diberikan kepada para prajuritnya yang menjaga sandera apabila pasukan Israel mendekat.

“Desakan (Perdana Menteri Israel) Netanyahu untuk membebaskan para sandera melalui tekanan militer alih-alih mencapai kesepakatan berarti mereka akan kembali ke keluarga mereka dalam peti mati. Keluarga mereka harus memilih antara menerima mereka dalam keadaan hidup atau mati,” kata Abu Obeida, juru bicara Brigade Al Qassam, dalam sebuah pernyataan pada Senin (2/9/2024).

“Netanyahu dan tentara bertanggung jawab penuh atas kematian para sandera setelah mereka dengan sengaja menghalangi kesepakatan pertukaran tahanan,” tambahnya.

1. Demonstran di Israel tuntut Netanyahu sepakati gencatan senjata segera dengan Hamas

Pernyataan dari Brigade Al Qassam ini muncul dua hari setelah militer Israel menemukan enam jenazah sandera di sebuah terowongan di wilayah Rafah, Gaza selatan. Netanyahu mengatakan bahwa para sandera dieksekusi oleh Hamas.

"Saya meminta maaf karena tidak dapat mengembalikan mereka dalam keadaan hidup. Kami hampir saja menyelamatkan mereka, namun tidak berhasil. Hamas akan membayar harga yang sangat mahal untuk ini," kata Netanyahu dalam konferensi pers yang disiarkan televisi pada Senin pagi 

Pejabat senior Hamas Izzat al-Risheq mengatakan bahwa enam sandera tersebut tewas akibat serangan udara Israel.

Sementara itu, protes atas kematian terus berlanjut untuk hari kedua pada Senin. Para pengunjuk rasa menuntut Netanyahu untuk segera menyepakati perjanjian gencatan senjata dengan Hamas demi memulangkan 101 sandera yang tersisa.

Baca Juga: Hamas: Israel Bertanggung Jawab Atas Tewasnya 6 Sandera

2. Kemarahan publik tidak akan membuat perbedaan nyata dalam perang di Gaza

Menurut analis politik Akiva Eldar, meningkatnya kemarahan publik dan pemogokan nasional di Israel pada Senin tidak akan membuat perbedaan nyata dalam mengakhiri perang di Gaza maupun membebaskan para sandera.

"Sepertinya bagi Netanyahu, alternatifnya – yaitu kehidupan pribadi, politik, dan pribadi – lebih penting daripada nyawa sandera Israel," kata Eldar.

Ia menambahkan bahwa meskipun ada banyak warga yang berdemonstrasi, kelompok kanan Israel yang mendukung pemerintah tetap berada di atas angin.

Sementara itu, pakar politik Israel, Ori Goldberg, menyebut pemerintah dan perdana menteri kini bersikap defensif.

“Sekarang ini soal momentum," ucapnya.

3. Netanyahu disebut tidak tertarik dengan kesepakatan pembebasan sandera

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa Netanyahu tidak berbuat banyak untuk mencapai kesepakatan pembebasan sandera. Negosiasi selama berbulan-bulan yang dimediasi oleh AS, Qatar dan Mesir sejauh ini gagal mencapai kesepakatan terkait proposal gencatan senjata Gaza yang diajukan oleh Biden pada Mei.

Hamas menginginkan kesepakatan untuk mengakhiri perang dan penarikan pasukan Israel dari Gaza, sementara Netanyahu mengatakan bahwa perang hanya dapat diakhiri setelah Hamas dikalahkan.

Alon Pinkas, mantan duta besar Israel dan penasihat pemerintah, mengatakan bahwa Netanyahu-lah yang sama sekali tidak tertarik pada kesepakatan pembebasan sandera atau gencatan senjata.

“Mereka yang terkejut, hancur, dan marah atas apa yang terjadi tidak perlu terkejut karena hal ini persis seperti yang diperingatkan oleh Menteri Pertahanan (Israel) (Yoav Gallant) dan kami semua,” kata Pinkas kepada Al Jazeera.

“Keengganannya (Netanyahu) untuk terlibat dalam kesepakatan itulah yang membuat semua ini terjadi," tambahnya.

Baca Juga: Netanyahu Tuding Hamas Bunuh 6 Sandera Israel

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya