Hamas: Israel Tidak Menginginkan Perdamaian di Gaza

Israel disebut tanggapi proposal Biden dengan sangat negatif

Jakarta, IDN Times - Pejabat senior Hamas pada Minggu (9/6/2024) mengatakan, ada kesenjangan besar antara proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Presiden AS Joe Biden akhir bulan lalu dengan tanggapan Israel mengenai hal itu.

Dalam wawancara eksklusif dengan Al-Araby Al-Jadeed, anggota biro politik Hamas Ghazi Hamad mengatakan bahwa meskipun proposal perdamaian dari Biden diusulkan oleh Israel, namun Tel Aviv menanggapinya dengan sangat negatif.

“Minggu lalu, ada pertemuan antara pimpinan Hamas dan mediator di Doha, dan kami terkejut bahwa pidato Biden ditafsirkan berbeda oleh Israel,” kata Hamad.

“Proposal Israel yang disampaikan kepada kami tidak secara jelas dan tegas menyatakan dukungan terhadap gencatan senjata. Menjadi jelas bahwa tidak ada keselarasan visi di antara semua pihak dan pidato Biden dipahami secara berbeda oleh (Israel),” tambahnya.

1. Israel hambat negosiasi damai

Pada 31 Mei, Biden mengumumkan rencana perdamaian tiga fase yang diusulkan oleh Israel kepada Hamas. Kesepakatan itu mencakup gencatan senjata permanen, penarikan penuh tentara Israel dari seluruh Gaza, dan pembebasan semua tawanan Israel yang ditahan di wilayah Palestina tersebut.

Namun, tak lama setelah pengumuman Biden, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mulai menarik diri dari proposal presiden AS tersebut, dengan mengatakan bahwa Israel akan melanjutkan tujuan perangnya untuk menghancurkan Hamas.

Sementara itu, Hamas menanggapi proposal tersebut secara positif. Namun, AS kemudian mulai menyalahkan kelompok Palestina itu atas kurangnya kemajuan dalam negosiasi.

Hamad mengatakan bahwa Hamas menerima semua persyaratan Biden dan Israel dinilai sebagai pihak yang menghambat negosiasi.

“Sejauh ini, kami tidak memiliki posisi Israel yang jelas dan tegas dalam menerima gencatan senjata permanen, yang merupakan hal yang kami tuntut dari para mediator. Kami memberitahu mereka jika ada gencatan senjata permanen dan penarikan penuh dari Gaza, kami siap untuk melanjutkan perundingan," ujarnya.

Baca Juga: PBB Setop Bantuan dari Dermaga AS di Gaza Imbas Serangan Israel

2. Hamad yakin AS berkeinginan untuk mengakhiri perang di Gaza

Meskipun Hamad menyadari bahwa Washington memiliki peran dalam perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza, dia percaya bahwa pemerintahan Biden berkeinginan untuk mengakhiri perang tersebut.

“AS tertarik untuk mengakhiri perang karena banyak perhitungan dan kepentingan, terutama karena kawasan ini sedang meradang di Lebanon, Suriah, Irak, dan Laut Merah, mengingat pemilu Amerika yang akan datang,” kata pejabat Hamas itu.

“AS merasa bahwa dunia telah berbalik melawan Israel, mengisolasinya secara internasional, dan kepentingan mereka di Timur Tengah terancam, hal ini mempengaruhi posisi mereka. Biden dengan jelas menyatakan bahwa perang ini tidak akan menghasilkan apa-apa," ujarnya.

Namun, Hamad yakin bahwa tekanan AS terhadap Israel telah gagal dan perang akan terus berlanjut karena sikap keras kepala Israel.

“Israel, khususnya Netanyahu, tidak ingin perang berhenti. Setelah delapan bulan, Netanyahu belum mencapai apa pun. Netanyahu belum mengambil kembali para tahanan, belum melenyapkan Hamas, dan belum menerapkan realitas baru di Gaza sejauh ini, meskipun Amerika memberinya banyak kesempatan untuk mengakhiri operasi militer,” tambahnya.

3. Sekitar 274 orang tewas dalam serangan di kamp pengungsi Nuseirat

Di kota Rafah di ujung selatan Gaza, warga pada Senin (10/9/2024) mengatakan bahwa tank-tank Israel telah masuk lebih jauh ke arah utara pada awal pagi. Mereka berada di pinggiran Shaboura, salah satu lingkungan terpadat di pusat kota tersebut, yang diklaim sebagai markas Hamas.

Sekitar setengah dari 2,3 juta penduduk Jalur Gaza mencari perlindungan di Rafah sebelum Israel melancarkan serangan di sana bulan lalu. Sejak itu, 1 juta orang terpaksa harus mengungsi lagi.

Sejak pekan lalu, Israel juga telah melancarkan serangan besar-besaran di Gaza tengah, di sekitar kota kecil Deir al-Balah. Pada Senin, warga mengatakan bahwa Israel telah mundur dari beberapa daerah di sana, namun masih melancarkan serangan udara dan penembakan.

Warga di Nuseirat di utara Deir al-Balah masih membersihkan puing-puing setelah setelah Israel membebaskan empat sandera dalam serangan besar-besaran di kamp pengungsian di sana pada Sabtu (8/6/2024). Pejabat Palestina mengatakan bahwa 274 orang, termasuk 64 anak-anak, tewas dalam serangan tersebut.

“Kami kelelahan dan tidak berdaya, sudah cukup,” kata Jehad, yang melarikan diri dari serangan di Nusseirat bersama keluarganya. Mereka sekarang berada di Deir al-Balah. 

Warga lainnya, yang bernama Anas Alya, mengatakan bahwa pasukan komando Israel melepaskan tembakan secara liar di jalan-jalan, sementara F-16 dan quadcopter menembak dari udara.

“Siapa pun yang bergerak di jalan akan dibunuh, siapa pun yang bergerak, atau berjalan, akan langsung dibunuh. Masih ada anak-anak di bawah gedung ini. Kami tidak tahu bagaimana cara mengeluarkan mereka,” katanya sambil menunjuk salah satu reruntuhan.

Baca Juga: Masuk Daftar Hitam PBB, Israel: Tentara Kami Paling Bermoral di Dunia

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman
  • Mohamad Aria

Berita Terkini Lainnya