Kabut Asap Tebal, Sekolah dan Universitas di Pakistan Ditutup

Indeks kualitas udara di Punjab berada di tingkat bahaya

Jakarta, IDN Times - Lembaga pendidikan di provinsi Punjab, Pakistan, termasuk sekolah dan perguruan tinggi, akan tetap ditutup pada Jumat-Sabtu (24-25/11/2023) akibat kabut asap tebal.

Keputusan tersebut diumumkan oleh Ketua Menteri Sementara Punjab Syed Mohsin Naqvi pada Kamis (23/11/2023) di ibu kota Punjab, Lahore. Ia menyebut kebijakan pemerintah itu akan diterapkan di enam kota di provinsi, termasuk Lahore, Gujranwala, Faisalabad, Multan, Sahiwal, Sargodha, dilansir Geo News.

Menurut situs pemantauan kualitas udara IQAir, indeks kualitas udara (AQI) di Lahore pada Kamis tercatat sebesar 362, yang masuk dalam kategori berbahaya bagi pernapasan. Angka tersebut menjadikan Lahore duduk di peringkat teratas dalam daftar kota paling tercemar di dunia.

1. Kantor dan usaha akan buka setengah hari pada Jumat dan Sabtu

Pemerintah juga mengumukan beberapa langkah lainnya untuk meminimalisasi dampak buruk kabut asap terhadap kesehatan. Misalnya, pasar dan restoran akan dibuka pada pukul 3 sore pada Jumat dan Sabtu, namun semua jenis usaha harus tutup pada Minggu.

“Pasar bisa tetap buka sampai malam. Kami tidak ingin ada yang dirugikan, namun mereka harus menyesuaikan diri dengan situasi," kata Navqi.

Sementara itu, kantor tetap beroperasi seperti biasa pada Jumat, namun buka mulai pukul 3 sore pada Sabtu. 

Navqi menambahkan, pemerintah juga akan memberikan subsidi sepeda listrik kepada 10 ribu siswa untuk membatasi penggunaan sepeda motor yang bisa menyebabkan polusi udara, dan akan memasang menara untuk menghilangkan kabut asap di Lahore.

Untuk melindungi kesehatan, ia juga mengimbau masyarakat untuk memakai masker saat beraktivitas di luar ruangan.

Baca Juga: PBB Minta Pakistan Setop Usir Warga Afghanistan selama Musim Dingin

2. Polusi udara sudah menjadi masalah di Pakistan sejak 15 tahun lalu

Darurat kabut asap telah melanda banyak kota di Punjab sejak awal November. Asap ini meningkat ketika para petani Pakistan dan India membakar sisa-sisa pertanian, untuk mempersiapkan ladang guna menanam tanaman berikutnya.

Namun, para pemerhati lingkungan mengatakan, pemerintah masih menyangkal besarnya masalah polusi di Pakistan yang disebabkan oleh bahan bakar berkualitas rendah dan mengandung sulfur tinggi.

“Polusi udara selalu menjadi masalah di kota-kota Pakistan, sejak 15 tahun yang lalu. Kami mempunyai keadaan darurat polusi udara regional selama setahun dan kami cenderung menganggapnya sebagai masalah kabut asap di Lahore,” kata Ahmad Rafay Alam, pengacara lingkungan hidup yang berbasis di Lahore, kepada VOA.

Menurut Indeks Kualitas Udara yang dikembangkan oleh Institut Kebijakan Energi di Universitas Chicago, 98,3 persen masyarakat Pakistan menghirup udara yang berada di bawah standar kualitas udara nasional.

Berdasarkan indeks tersebut, masyarakat Pakistan bisa kehilangan 3,9 tahun harapan hidup karena menghirup udara beracun. Di Lahore dan wilayah Punjab lainnya, penduduknya diperkirakan bakal kehilangan harapan hidup antara 3,7 hingga 4,6 tahun.

3. Kebijakan pemerintah dinilai kurang efektif

Ketika kualitas udara menurun drastis pada bulan ini, pemerintah setempat telah meningkatkan tindakan keras terhadap pabrik-pabrik yang mengeluarkan asap, tempat pembuatan batu bata, dan kendaraan.

Media lokal melaporkan, lebih dari 16 ribu kendaraan ditilang, dan denda lebih dari 100 ribu dolar (sekitar Rp1,5 miliar) dikenakan sejak awal keadaan darurat.

Abid Omar, pendiri Air Quality Pakistan Initiative, mengkritik tindakan administratif seperti itu hanyalah reaksi spontan yang tidak mempunyai dampak jangka panjang.

“Karena penerapannya sangat acak dan ad hoc, maka kebijakan ini tidak akan efektif,” kata Omar.

Pada Mei tahun ini, Kementerian Perubahan Iklim Pakistan memperkenalkan Kebijakan Udara Bersih Nasional. Hal ini bertujuan mengurangi emisi berbahaya dalam 10 tahun ke depan dengan memperkenalkan intervensi di sektor transportasi, industri, pertanian, limbah dan rumah tangga.

Baca Juga: PBB: Migran yang Diusir Pakistan Hadapi Risiko Keamanan di Afghanistan

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya