Erdogan ke Putin: Barat Diam, Bikin Parah Krisis Kemanusiaan di Gaza 

Kebiadaban terhadap Palestina disebut semakin parah

Jakarta, IDN Times - Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon bahwa diamnya negara-negara Barat telah memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza pada Selasa (24/10/2023).

Dalam sebuah pernyataan, pihak kepresidenan Turki mengatakan Erdogan memberitahu kepada Putin bahwa kebiadaban terhadap Palestina telah semakin parah dan warga sipil terus-menerus dibunuh.

Dia juga menegaskan kembali bahwa Turki akan terus berupaya mewujudkan situasi tenang di kawasan tersebut, dilansir Reuters.

Baca Juga: Usai Temui Putin, Erdogan Yakin Rusia Akan Lanjutkan Ekspor Gandum

1. Rusia dan Turki sepakat dalam banyak hal mengenai masalah Israel-Palestina

Kremlin juga mengeluarkan pernyataannya sendiri mengenai diskusi tersebut. Pihaknya mengatakan bahwa Putin memberitahu Erdogan bahwa Rusia dan Turki sepakat dalam banyak hal mengenai masalah Israel-Palestina. Adapun keduanya fokus pada solusi dua negara.

“Posisi Rusia dan Turki… terfokus pada penerapan formula dua negara yang terkenal, yang membayangkan terciptanya Palestina merdeka dan hidup berdampingan dengan Israel dalam perdamaian dan keamanan,” katanya.

Baca Juga: Presiden Putin Tiba di China untuk Hadiri KTT BRI

2. Barat sebut Israel berhak untuk melancarkan serangan demi membela diri

Negara-negara Barat telah menekankan bahwa Israel berhak untuk mempertahankan diri menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober di selatan negara itu. Lebih dari 1.400 orang, sebagian besar warga sipil Israel, tewas dan lebih dari 200 lainnya disandera dalam serangan itu.

Sebagai balasan, Israel terus melakukan pemboman besar-besaran di Gaza yang dikendalikan oleh Hamas. Akibatnya, lebih dari 5.700 warga Palestina tewas di seluruh Jalur Gaza, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut.

Putin pada Senin (23/10/2023) telah menyerukan akses tanpa hambatan bagi bantuan kemanusiaan untuk memasuki Gaza. Pemimpin Rusia itu juga telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu serta para pemimpin Iran dan Arab, dilansir The Moscow Times.

3. Fasilitas medis di Gaza terbatas sementara jumlah korban membludak

Dilansir Associated Press, ketika jumlah korban tewas di Gaza terus bertambah, fasilitas untuk menangani korban semakin berkurang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, sebanyak 46 dari 72 fasilitas layanan kesehatan primer, dan 12 dari 35 rumah sakit, telah berhenti berfungsi.

Kementerian kesehatan di wilayah tersebut juga mengatakan bahwa lima rumah sakit utama di Gaza semuanya terisi melebihi kapasitas. Banyak orang yang terluka terpaksa dibaringkan tanpa intervensi medis, dan lainnya harus menunggu berhari-hari untuk dioperasi karena banyaknya kasus kritis.

Tingginya jumlah korban jiwa juga mempersulit warga Palestina untuk menguburkan mereka. Pihak pemakaman terpaksa menggali dan menggunakan kembali lahan-lahan tua serta menguburkan hingga lima jenazah dalam satu kuburan.

“Ratusan jenazah berdatangan setiap hari. Kami menggunakan setiap inci yang kosong di kuburan. Beberapa jenazah tiba dalam beberapa potongan di dalam tas. Ini mengerikan," kata Abdel Rahman Mohamed, seorang sukarelawan yang membantu memindahkan jenazah ke pemakaman utama Khan Younis

Baca Juga: Erdogan Ancam Tak Jadi Masuk Uni Eropa

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

null

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya