Duka Warga Suriah atas Kematian Pemimpin Hizbullah 

Suriah umumkan masa berkabung nasional selama 3 hari

Intinya Sih...

  • Suriah mengumumkan 3 hari berkabung nasional atas kematian pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, yang tewas dalam serangan udara Israel di Beirut.
  • Nasrallah sangat dihormati di Suriah karena peran Hizbullah dalam membantu tentara Suriah merebut wilayah selama perang saudara, namun intervensi Hizbullah memperburuk hubungan dengan dunia Arab Sunni.
  • Kesedihan juga dirasakan oleh warga Palestina di Gaza atas kehilangan Nasrallah, yang memberikan dukungan tak tergoyahkan kepada mereka dan selalu berdiri melawan Israel.

Jakarta, IDN Times - Masyarakat di ibu kota Suriah, Damaskus, mengaku masih terguncang dengan kabar tewasnya pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, dalam serangan udara Israel di Beirut, Lebanon, pada Jumat (27/9/2024).

Suriah mengumumkan tiga hari berkabung atas kematiannya, dengan bendera-bendera dikibarkan setengah tiang di seluruh negeri. Presiden Bashar al-Assad pada Minggu (29/9/2024) mengatakan bahwa Nasrallah akan selalu dikenang oleh rakyat Suriah.

Pemimpin Hizbullah ini termasuk sosok yang sangat dihormati di Suriah, terutama karena peran kelompoknya dalam membantu tentara Suriah merebut kembali sebagian besar wilayah di negara itu selama perang saudara yang brutal.

"Dia tidak mungkin mati. Dia selalu bermimpi menjadi syahid, dan meskipun ini sesuai, tetap saja sulit untuk diterima. Dia tetap hidup, bukan hanya sebagai syahid, tetapi karena dia hidup di dalam diri kami. Kami tumbuh bersama dia di sini," kata Marwa Barkouka, warga Damaskus, dikutip dari Reuters.

1. Nasrallah dianggap pahlawan oleh sebagian warga Suriah

Konflik Suriah meletus pada 2011 dengan dimulainya protes terhadap rezim al-Assad. Pada  2012, Nasrallah menyerukan reformasi di negara tersebut. Namun, pada tahun berikutnya, ia menyatakan bahwa Hizbullah akan berperang di pihak al-Assad untuk mencegah Suriah jatuh ke tangan jihadis Sunni radikal, Amerika Serikat (AS), dan Israel.

Banyak yang menganggap intervensi Hizbullah tersebut sebagai kunci kemenangan penting, dimulai di sepanjang perbatasan Suriah dengan Lebanon dan kemudian berlanjut di kota-kota lainnya di Suriah.

“Bagi kami, pria ini seperti sebuah bangsa secara keseluruhan. Kami punya martabat, dan sekarang martabatnya hilang,” kata Ibrahim Al-Ahmad, warga Damaskus lainnya.

2. Sosok yang membangkitkan semangat bagi rakyat Suriah

Di sisi lain, intervensi Hizbullah di Suriah semakin memperburuk hubungan kelompok itu dengan dunia Arab Sunni dan memperdalam perpecahan sektarian di seluruh kawasan tersebut.

Al-Assad dijauhi oleh negara-negara Arab selama satu dekade, namun Suriah kembali diterima dalam Liga Arab tahun lalu. Pada saat itu, Liga Arab menyatakan akan berhenti menyebut Hizbullah sebagai organisasi teroris, meskipun hubungan kelompok itu dengan negara-negara Teluk masih tetap tegang.

“Untuk orang sebesar dia, seluruh negara Arab tidak membelanya; mereka meninggalkannya,” kata Baker Haidar Al-Wasiti, warga Damaskus lainnya.

“Kami tumbuh dengan mendengarkan suaranya. Kami selalu berharap padanya untuk membangkitkan semangat kami,” tambahnya.

3. Warga Palestina di Gaza juga berduka

Kesedihan yang sama juga dirasakan oleh banyak warga Palestina di Gaza. Hizbullah memulai serangan lintas batas terhadap pasukan Israel sehari setelah kelompok Palestina Hamas melancarkan serangan di selatan Israel pada 7 Oktober, yang memicu perang di Gaza.

“Saya sangat terpukul ketika mendengar kabar tersebut. Semua orang di sekitar saya, tetangga-tetangga saya – kami semua berharap itu tidak benar," kata Basma al-Helou, seorang perempuan berusia 74 tahun yang tinggal di tenda darurat di Deir el-Balah, Gaza tengah, dikutip dari Al Jazeera.

Sebagai warga Palestina, al-Helou mengungkapkan bahwa dia tidak akan pernah melupakan dukungan Nasrallah yang tak tergoyahkan terhadap bangsanya.

“Nasrallah selalu bersama kami sepanjang hidupnya, selalu menantang Israel. Saya ingat pidato-pidatonya di TV. Mereka menjadi sumber kekuatan. Kehilangannya adahal hal yang sangat besar," tambahnya.

Zaki Sheikh Khalil, 64 tahun, juga mengungkapkan perasaan serupa.

“Nasrallah bersama kami saat orang lain meninggalkan kami. Siapa pun yang berdiri di samping kami, terlepas dari kewarganegaraan atau agama mereka, kami akan merasakan kesedihan atas kehilangan atau kematian mereka," kata Khalil.

Meski demikian, ia mengakui bahwa tidak semua orang di wilayah tersebut merasakan hal yang sama.

“Ada yang mengatakan bahwa Nasrallah adalah Syiah, bukan Sunni, dan dia menyebabkan beberapa perbedaan dan perpecahan di Suriah, tapi apapun perbedaannya, kami akan terus mengingat Nasrallah yang berdiri melawan Israel sebagai pendukung Gaza,” ujarnya.

Baca Juga: Spesifikasi Rudal Qader-1 yang Diluncurkan Hizbullah ke Israel

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Lifelong learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya