CDC Afrika Minta Negara Barat Tingkatkan Pendanaan terkait Mpox

3.160 kasus baru dilaporkan dalam seminggu terakhir

Jakarta, IDN Times - Kepala badan kesehatan Uni Afrika menyerukan negara-negara Barat untuk belajar dari pandemik COVID-19 dan tidak meninggalkan Afrika yang kini sedang berjuang melawan wabah mpox.

Direktur jenderal Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika) Jean Kaseya telah mencatat 3.160 kasus baru dengan 107 kematian dalam seminggu terakhir, hanya seminggu setelah mereka dan Badan Kesehatan Dunia Organisasi (WHO) meluncurkan rencana respons kontinental.

“Dalam satu minggu, kami kehilangan 107 (orang). Ini terlalu banyak. Ini tidak dapat diterima,” katanya pada Kamis (12/9/2024), seraya menekankan perlunya pengawasan lintas batas yang lebih ketat.

1. Negara Barat dituding abaikan Afrika saat COVID-19

WHO telah menyatakan mpox sebagai darurat kesehatan global bulan lalu, menyusul lonjakan kasus jenis baru, clade 1b, di Kongo, yang menjadi pusat wabah tersebut.

Dilansir dari Al Jazeera, CDC Afrika sebelumnya mengatakan bahwa mereka belum mencapai target pendanaan sebesar 600 juta dolar AS (sekitar Rp9 triliun) untuk menangani penyakit yang kini telah menyebar di 14 negara di Afrika. Oleh sebab itu, Kaseya mendesak negara-negara Barat untuk membantu memenuhi target tersebut sebagai bukti bahwa mereka telah belajar dari pengalaman COVID-19.

“Kami tidak ingin kembali lagi besok untuk mengatakan, Anda kembali meninggalkan Afrika,” katanya.

Kritik tersebut ditujukan kepada negara-negara Barat selama pandemik COVID-19, karena dianggap mengabaikan Afrika dengan menimbun vaksin atau memprioritaskan pengirimannya ke negara-negara kaya.

“Seperti yang kita tahu, kepercayaan antara negara-negara Barat dan Afrika telah rusak. Sekarang adalah saatnya untuk menunjukkan solidaritas,” ujar Kaseya.

Baca Juga: Kanada Akan Sumbang 200 Ribu Dosis Vaksin Mpox

2. Ratusan ribu vaksin telah dikirimkan oleh UE dan AS

Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan Kongo, terdapat hampir 22 ribu kasus dan 716 kematian terkait virus mpox sejak awal Januari.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, bulan lalu mengatakan bahwa jumlah kasus meningkat dengan cepat, meskipun angka kematian masih relatif rendah hingga saat ini. 

Sejauh ini, Uni Eropa (UE) telah mengirimkan sekitar 200 ribu dosis vaksin mpox ke Kongo, sementara Amerika Serikat (AS) mengirimkan sekitar 50 ribu dosis. Jepang juga menjanjikan sekitar 3 juta dosis, dan beberapa negara Eropa telah berkomitmen memberikan beberapa ratus ribu dosis tambahan.

Namun, Kaseya mengungkapkan bahwa memindahkan produksi vaksin ke benua Afrika akan jauh lebih ekonomis dan dapat mengurangi harga vaksin hingga 80-90 persen..

Bulan lalu, CDC Afrika mengadakan pembicaraan dengan perusahaan bioteknologi Denmark, Bavarian Nordic, tentang kemungkinan memproduksi vaksin mpox di salah satu negara Afrika.

3. Sumber daya dan pengujian mpox harus ditingkatkan

Mpox adalah infeksi virus yang dapat menyebar melalui kontak dekat dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Virus ini termasuk dalam keluarga virus yang sama dengan cacar, namun menyebabkan gejala yang lebih ringan seperti demam, menggigil, dan nyeri tubuh. Pada kasus yang lebih serius, penderitanya dapat mengalami lesi di wajah, tangan, dada, dan kelamin.

Dalam pengujian penyakit ini, pria menunjukkan tingkat positif tertinggi yaitu 63 persen, sementara anak-anak di bawah usia 15 tahun memiliki tingkat positif sebesar 41 persen.

Kaseya menekankan perlunya peningkatan pengujian dan sumber daya, karena benua Afrika belum melakukan pengujian yang cukup. Ia menegaskan bahwa pengambilan keputusan dan respons terhadap mpox tidak dapat hanya bergantung pada kasus yang terkonfirmasi saja.

Direktur Jenderal itu juga mengumumkan bahwa ia akan melakukan perjalanan ke Kongo untuk menerima vaksin, yang diperkirakan akan diluncurkan pada pada awal Oktober. Hal ini bertujuan menunjukkan kepada masyarakat bahwa vaksin tersebut aman.

Baca Juga: Petani Afrika Selatan Dituduh Bunuh 2 Perempuan, Mayat Diberi ke Babi

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama
  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya