Aktivis Pro-Palestina Rusak Lukisan Balfour di Universitas Cambridge

Politisi Inggris kecam tindakan tersebut

Jakarta, IDN Times - Seorang aktivis pro-Palestina merusak lukisan Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour yang dipajang di Trinity College Universitas Cambridge pada Jumat (8/3/2024). Hal itu dilakukan lantaran deklarasinya pada 1917 dianggap sebagai penyebab berdirinya negara Israel hingga memicu pengusiran warga Palestina dari tanah air mereka.

Dalam video yang dibagikan oleh kelompok Palestine Action di media sosial, seorang perempuan terlihat menyemprotkan cat merah pada lukisan tersebut, sebelum kemudian menyayatnya berulang kali dengan benda tajam.

“Deklarasi Balfour memulai pembersihan etnis Palestina dengan menjanjikan tanah tersebut akan diambil alih – yang tidak berhak dilakukan oleh Inggris,” kata Palestine Action dalam caption di video tersebut.

Lukisan Balfour dibuat oleh seniman Philip Alexius de Laszlo dan selesai pada 1914.

Baca Juga: Jokowi Angkat soal Palestina di KTT ASEAN-Australia

1. Deklarasi Balfour menyatakan dukungan Inggris terhadap pendirian negara Yahudi di Palestina

Arthur James Balfour menandatangani Deklarasi Balfour pada 1917 saat ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Inggris. Ia sebelumnya juga pernah menjabat sebagai perdana menteri Inggris pada 1902-1905.

Deklarasi Balfour merupakan pernyataan publik yang mengumumkan dukungan Inggris terhadap pendirian rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina. 

Kelompok Palestine Action mengatakan bahwa deklarasi tersebut membuka jalan bagi pembersihan etnis orang-orang di Palestina. Menyinggung perang yang sedang berlangsung di Gaza, mereka mengklaim bahwa dukungan Inggris untuk melanjutkan kolonisasi Palestina belum goyah sejak1917.

Pengawasan Inggris atas Palestina berakhir secara traumatis pada 1947-1948 dengan perang antara Yahudi dan Arab, deklarasi Negara Israel dan eksodus sekitar 750 ribu warga Palestina.

2. Politisi kecam perusakan lukisan Balfour

Sementara itu, tindakan aktivis yang merusak lukisan Balfour menuai kecaman dari sejumlah politisi.

"Ini keterlaluan. Kita tidak boleh menoleransi para pengunjuk rasa yang mengira mereka bisa lolos dengan kerugian yang tidak masuk akal karena mereka menganggap pentingnya tindakan tersebut memberi mereka landasan moral yang tinggi untuk menimbulkan kekacauan," kata Lord Walney, penasihat pemerintah mengenai kekerasan dan gangguan politik, dikutip Sky News.

Trinity College mengatakan bahwa mereka menyesalkan kerusakan yang terjadi pada lukisan Balfour selama jam kerja.

"Polisi telah diberitahu. Dukungan tersedia untuk setiap anggota komunitas kampus yang terkena dampak," kata Trinity College dalam sebuah pernyataan.

Juru bicara Kepolisian Cambridge mengatakan bahwa petugas telah mendatangi lokasi kejadian untuk mengamankan bukti dan melanjutkan penyelidikan, namun belum ada penangkapan yang dilakukan saat ini.

Baca Juga: Nyaris 30 Ribu Warga Palestina Tewas di Jalur Gaza 

3. PM Inggris serukan pengawasan yang lebih ketat terhadap aksi protes

Pekan lalu, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak meminta pihak berwenang untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap aksi protes. Pemerintah menuding adanya perilaku mengancam dan ujaran kebencian dari beberapa orang yang menghadiri gelombang protes terkait serangan Israel di Jalur Gaza.

Sunak mengatakan bahwa masyarakat mempunyai hak untuk melakukan protes, namun dukungan terhadap warga Palestina di Gaza tidak dapat dijadikan alasan untuk mendukung Hamas, gerakan bersenjata yang menguasai Gaza, yang dianggap Inggris sebagai kelompok teroris.

Lebih dari 30 ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah terbunuh dalam serangan militer Israel. Perang terbaru ini meletus pada 7 Oktober, ketika Hamas melancarkan serangan lintas batas ke Israel selatan, yang dilaporkan menewaskan 1.200 orang dan menyandera 253 lainnya.

Baca Juga: Aktivis Lemparkan Sup ke Lukisan Mona Lisa di Museum Prancis

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya