Afrika Umumkan Darurat Kesehatan akibat Wabah Mpox

Lebih dari 15 ribu kasus mpox dilaporkan sejak awal 2024

Intinya Sih...

  • Deklarasi darurat kesehatan di Afrika terkait wabah mpox, dengan lebih dari 15 ribu kasus dan 461 kematian dilaporkan sejak awal 2024.
  • Africa CDC memperingatkan tingkat penyebaran virus yang mengkhawatirkan, menyerukan respons proaktif dan agresif serta koordinasi pemerintah untuk mengatasi ancaman ini.
  • Mpox dapat menyebar baik dari hewan maupun manusia, menimbulkan gejala seperti demam, nyeri otot, dan lesi di seluruh tubuh. Ada tiga jenis vaksin yang tersedia.

Jakarta, IDN Times - Pengawas kesehatan Uni Afrika pada Selasa (13/8/2024) mengumumkan keadaan darurat kesehatan sehubungan dengan meningkatnya wabah mpox di benua tersebut. Penyakit menular yang dulunya disebut dengan cacar monyet ini telah melanda beberapa negara Afrika, terutama Republik Demokratik Kongo.

“Dengan berat hati namun dengan komitmen yang teguh kepada rakyat kami, kepada warga negara kami di Afrika, kami menyatakan mpox sebagai darurat kesehatan masyarakat untuk keamanan benua,” kata Jean Kaseya, kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC), dikutip France24.

"Mpox kini telah melintasi perbatasan, memengaruhi ribuan orang di seluruh benua kami, keluarga telah terpecah, dan rasa sakit serta penderitaan telah menyentuh setiap sudut benua kami," tambahnya.

1. Jumlah kasus mpox meningkat 160 persen dibandingkan tahun lalu

Pekan lalu, CDC memperingatkan bahwa tingkat penyebaran infeksi virus ini sudah sangat mengkhawatirkan. Mereka mengungkapkan bahwa lebih dari 15 ribu kasus mpox dan 461 kematian telah dilaporkan di Afrika sepanjang tahun ini. Angka tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 160 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

“Deklarasi ini bukan sekadar formalitas, namun merupakan seruan nyata untuk bertindak. Ini adalah pengakuan bahwa kita tidak bisa lagi bersikap reaktif. Kita harus proaktif dan agresif dalam upaya menahan dan menghilangkan ancaman ini,” ujar Kaseya.

Dikutip BBC, deklarasi darurat kesehatan ini akan membantu pemerintah dalam mengoordinasikan respons mereka, dan berpotensi meningkatkan aliran pasokan medis serta bantuan ke daerah-daerah yang terinfeksi.

Sementara itu, otoritas kesehatan di luar Afrika juga akan memantau situasi tersebut untuk menilai risiko penyebaran wabah lebih lanjut.

2. Mpox dapat berakibat fatal jika tidak ditangani

Mpox dapat menyebar baik dari hewan maupun manusia yang terinfeksi. Penularan dari hewan dapat terjadi melalui gigitan, goresan, atau kontak langsung dengan cairan tubuh hewan yang sakit. Sementara itu, penyebaran antar manusia terjadi melalui kontak dekat dengan mereka, seperti hubungan seksual, sentuhan kulit, atau berbicara dekat dengan si penderita.

Mpox dapat menimbulkan gejala seperti demam, nyeri otot, dan lesi di seluruh tubuh. Jika tidak diobati, penyakit ini bisa berakibat fatal.

Ada tiga jenis vaksin yang tersedia, namun vaksin tersebut biasanya hanya diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi atau yang telah melakukan kontak dekat dengan mereka yang terinfeksi.

3. Mpox merupakan penyakit endemik di Afrika selama beberapa tahun

Mpox telah menjadi endemik di beberapa wilayah Afrika selama beberapa dekade setelah pertama kali terdeteksi pada manusia di Republik Demokratik Kongo pada 1970.

Virus ini diketahui memiliki dua strain utama. Strain yang lebih ringan menyebar ke lebih dari seratus negara pada 2022, sehingga mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mendeklarasikan darurat kesehatan. Strain kedua, yang lebih mematikan, adalah varian yang baru-baru ini ditemukan di Republik Demokratik Kongo.

Menurut data CDC per 4 Agustus, terdapat 38.465 kasus mpox dan 1.456 kematian di Afrika sejak Januari 2022.

Baca Juga: WHO Rencana Ganti Nama 'Monkeypox' Menjadi 'MPOX'

Fatimah Photo Verified Writer Fatimah

Long life learner

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Siantita Novaya

Berita Terkini Lainnya