Tunisia-Libya Desak Uni Eropa Tambah Bantuan untuk Adang Migran

Krisis migrasi timbulkan masalah di Libya dan Tunisia

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Tunisia Ahmed Hachani, pada Kamis (18/7/2024), meminta Uni Eropa (UE) menambah bantuan kepada negaranya untuk mengadang migran ilegal asal Afrika Sub-Sahara. Ia menyebut Tunisia menghadapi masalah dalam menampung migran. 

Pada tahun lalu, UE-Tunisia sudah menyetujui perjanjian untuk membantu menanggulangi krisis migrasi di Italia. Bahkan, Brussels sudah mengumumkan niatnya untuk mengirimkan bantuan senilai 1 miliar euro (Rp15,9 triliun) kepada Tunisia yang mengalami krisis ekonomi. 

1. Tunisia klaim tak sanggup lagi tampung migran ilegal

Hachani mengatakan bahwa migran ilegal asal Afrika Sub-Sahara saat ini terkonsentrasi di Amra dan Jbeniana. Ia meminta agar UE mengirimkan bantuan tambahan untuk mengatasi masalah tersebut. 

"Lebih banyak bantuan harus diberikan UE kepada negara-negara seperti Tunisia. Bantuan yang ada saat ini tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan dan kebutuhan dari para migran," tuturnya, dikutip Reuters.

Ia mengklaim bahwa Tunisia sebenarnya adalah korban dan sedang menghadapi kesulitan finansial dalam rangka menanggulangi krisis migrasi. 

Pada Maret lalu, UE sudah mengirimkan dana sebesar 150 juta euro (Rp2,6 triliun) kepada Tunisia sebagai bantuan stabilitas finansial dan ekonomi. Selain itu, bantuan itu bertujuan membantunya dalam mengadang migran. 

Baca Juga: 23 Orang Hilang di Lepas Pantai Tunisia

2. Libya minta krisis migran diselesaikan hingga ke akarnya

PM Libya, Abdul Hamid Al-Dabaiba, mengatakan bahwa permasalahan migran harus diselesaikan hingga ke akarnya. Ia mengklaim sudah ada berbagai cara, tapi masalah ini juga belum berhasil. 

"Libya berada di tengah-tengah situasi sulit. Kami berada di bawah tekanan UE untuk mengadang migran dan menghalanginya untuk bermigrasi ke Eropa," tuturnya, dilansir dari Al-Jazeera

Menteri Dalam Negeri Libya, Imad Trabelsi mengatakan, ini adalah saat yang tepat untuk menyelesaikan masalah migran. Ia menyebut Libya tidak lagi sanggup untuk membiayai ini semua. 

Pekan lalu, Libya mengungkapkan bahwa lebih dari 80 persen warga asing di negaranya masuk secara ilegal. Bahkan, IOM (International Organization for Migration) mencatat lebih dari 706 ribu migran sudah berada di Libya sejak awal 2024. 

3. Tunisia tangkap 38 migran asal Afrika Sub-Sahara

Pada Rabu (17/7/2024), petugas penjaga pantai Tunisia berhasil menangkap 38 migran asal Afrika Sub-Sahara ketika hendak berlayar ke Eropa menggunakan kapal. Mereka terpaksa menyerang petugas untuk pergi ke Eropa. 

"Ketika mereka berada di sekeliling kami, migran yang berusaha kabur melemparkan batu ke arah aparat penjaga pantai. Kami pun menyita kapal kecil yang sudah diisi oleh para migran," terang salah satu penjaga pantai, dikutip Euractiv.

"Sekelompok migran juga mendorong petugas ke dalam laut dan membuat salah satu di antaranya terluka di bagian dada karena terkena benda tajam. Untungnya, kondisinya sudah stabil saat ini," sambungnya. 

Belakangan ini, Tunisia dan Libya telah menjadi titik utama migran untuk menyeberang ke Eropa melalui jalur yang berbahaya. 

Baca Juga: Polandia: 50 Persen Migran Ilegal Berkurang karena Zona Penyangga

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya