Tajikistan Tuduh Ada Ribuan Sekolah Militan di Afghanistan

Apa kata Taliban soal tuduhan ini?

Jakarta, IDN Times - Juru bicara Parlemen Tajikistan Rustam Emomali, pada Jumat (7/6/2024), menuduh sekolah keagamaan di Afghanistan mengajarkan muridnya untuk menjadi pasukan militan. Ia bahkan mengatakan siswa diajarkan untuk menjadi pasukan bunuh diri. 

Setelah insiden penembakan massal di Crocus City Hall, Moskow, Tajikistan terus menjadi sorotan. Pasalnya, hampir semua terduga pelaku terorisme di Rusia berasal dari negara Asia Tengah tersebut. Letaknya di dekat Afghanistan membuat rawan terkait rekrutmen pasukan teroris. 

1. Klaim ada lebih dari seribu sekolah keagaman di perbatasan

Emomali mengatakan bahwa terdapat lebih dari seribu sekolah keagamaan atau madrasah yang dibangun di sekitar perbatasan Tajikistan-Afghanistan. 

"Risiko masuknya paham ekstremisme dari Afghanistan terus meningkat dibanding sebelumnya. Situasi terkini di Afghanistan terus berdampak buruk pada negara Asia Tengah dalam jangka panjang," tuturnya, dikutip BNE Intellinews

"Afghanistan telah menjadi pusat aktivitas terorisme. Puluhan kelompok ekstremis dan teroris terus memperkuat posisinya di teritori Afghanistan. Selain itu, pertanian dan produksi narkoba di Afghanistan terus meningkat," sambungnya. 

Ia menyerukan agar  Collective Security Treaty Organization (CSTO) memperkuat pertahanan di perbatasan Tajikistan-Afghanistan. 

Baca Juga: Armenia Tolak Ancaman dan Intimidasi dari Rusia

2. Taliban tolak adanya infiltrasi teroris dari Afghanistan

Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menampik tudingan Tajikistan terkait infiltrasi terorisme dari Afganistan ke Asia Tengah. Ia mengatakan Taliban akan memastikan negaranya tidak digunakan untuk rekrutmen teroris. 

"Sejak Afghanistan diambil alih oleh Taliban, keamanan sudah dapat dijamin dan tidak ada aksi terorisme yang dilakukan di negara lain dari teritori Afghanistan selama hampir 3 tahun lamanya," tuturnya, dilansir Afghanistan International.

"Afghanistan sudah menahan perang panjang dan negara sudah tidak ingin lagi berada dalam konflik baik di dalam maupun luar negeri. Saya menekankan Taliban tidak akan memperbolehkan segala kelompok asing beroperasi di Afghanistan," sambungnya. 

3. Tajikistan setujui larangan menggunakan hijab

Parlemen Tajikistan pekan lalu sudah mengadopsi amandemen hukum terkait dengan tradisi dan perayaan di negaranya. Dalam amandemen ini, segala pakaian yang asing dari budaya Tajikistan akan dilarang, termasuk di antaranya menggunakan hijab. 

Dilaporkan RFE/RL, bagi warga yang terbukti melanggar hukum ini akan didenda hingga 740 dolar AS (Rp12 juta) hingga 5.400 dolar AS (Rp87,8 juta). Sementara, bagi pejabat pemerintahan dan pemuka agama akan mendapatkan hukuman denda antara 3.700 dolar AS (Rp60,2 juta) - 5.060 dolar AS (Rp82,3 juta). 

Sejumlah warga di Dushanbe mengungkapkan penolakan terhadap keputusan ini. Mereka percaya bahwa warga seharusnya boleh menggunakan pakaian apapun yang diinginkannya sebagai hak kebebasan. 

Baca Juga: Taliban Afghanistan Siap Kerja Sama dengan Jerman terkait Deportasi

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya