Swiss Larang Denmark Kirimkan Senjata Buatannya ke Ukraina

Demi mempertahankan netralitas Swiss

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Swiss pada Rabu (1/6/2022), memutuskan untuk melarang Denmark untuk mengirimkan kendaraan lapis baja ke Ukraina. Keputusan ini dilatarbelakangi keinginan Swiss untuk tetap menjaga netralitas dalam konflik bersenjata yang terjadi di Ukraina. 

Dilansir Reuters, Swiss selama ini memberlakukan aturan ketat bagi setiap negara yang membeli peralatan militernya. Maka dari itu, setiap negara yang hendak mengirimkan persenjataan buatan Swiss harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu. 

Baca Juga: Interpol: Kiriman Senjata ke Ukraina Bisa Berakhir di Pasar Gelap

1. Berniat untuk tetap netral dalam konflik Rusia-Ukraina

Keputusan ini diungkapkan oleh State Secretariat for Economic Affairs (SECO) yang bertugas dalam menangani ekspor persenjataan buatan Swiss. Sementara, penolakan ini terkait dengan status netralitas Swiss dalam konflik bersenjata di seluruh dunia. 

Pasalnya, Pemerintah Denmark berniat untuk mengirimkan 20 kendaraan lapis baja Piranha III untuk disumbangkan ke Ukraina dalam melawan agresi Rusia. Kabar rencana pengiriman itu diungkapkan oleh media lokal di Denmark. 

Meski begitu, Kementerian Pertahanan Denmark menolak memberikan komentar apapun terkait kabar penolakan. "Menanggapi pertanyaan yang bersifat pribadi tersebut, maka Kemenhan tidak dapat menjelaskan lebih lanjut soal isu terkait donasi persenjataan," tulis kementerian.

Menurut keterangan dari parlemen, Kopenhagen sudah mengirimkan peralatan tempur, seperti pelindung tubuh, persenjataan, dan perlengkapan militer lainnya yang senilai dengan 2 miliar kroner atau setara Rp4,2 triliun ke Ukraina, dilaporkan The Local

Baca Juga: Menlu Retno Bantu Koordinasi RI-Swiss Cari Anak Ridwan Kamil

2. Swiss sudah memblokir beberapa negara Eropa untuk mengirim senjatanya ke Ukraina

Pada April lalu, Swiss juga sudah memblokir pengiriman amunisi anti-pesawat tempur buatannya yang digunakan untuk senjata Gepard buatan Jerman. Selain itu, negara terkunci di Eropa itu juga menolak permintaan Polandia untuk mengirimkan senjata ke Ukraina. 

Setelah pecahnya perang di Ukraina, Jerman diketahui mendapatkan tekanan dari dalam maupun luar negeri untuk mengirimkan persenjataan ke Ukraina. Sedangkan, Swiss yang memberikan dukungannya pada Ukraina dan UE juga menolak mengirimkan senjata dan terus bersikap netral, dikutip Politico

Akan tetapi, sikap netral Swiss mendapatkan ujian besar dan tekanan dari dalam maupun luar negeri. Padahal kebijakan netralitas Swiss yang membuatnya terhindar dari dua peperangan besar di abad ke-20.  

Baca Juga: Uni Eropa Janji Gak Akan Tinggalkan Ukraina Tanpa Senjata dan Uang 

3. Swiss ikut memberlakukan sanksi kepada Rusia

Dilaporkan RT, Dewan Federal Swiss masih dapat merubah ketentuannya dalam masalah ini pada hari Jumat. Hal ini setelah beberapa anggota parlemen mengungkapkan kebebasan dalam hukum War Material Act. Maka dari itu, Bern mungkin bisa mengizinkan negara lain untuk mengirimkan senjata ke area konflik dalam situasi tertentu.

Meski mengungkapkan netralitasnya dalam peperangan, Swiss juga ikut memberikan sanksi kepada Rusia soal invasi Ukraina. Sanksi yang diberikan Swiss kepada Rusia berupa pembekuan aset milik sejumlah pejabat Rusia dan larangan perjalanan. 

Pada Mei lalu, senator Rusia, Andrei Klishas dilarang masuk ke Swiss dan rumah mewahnya di pinggir danau disita oleh pemerintah setempat. Pasalnya, ia disebut sudah ikut dalam politik sejak 2014 dan ikut mendukung Kremlin dalam aneksasi Krimea. 

Senator yang aktif di Telegram dengan lebih dari 6 ribu pengikut itu juga mengungkapkan dukungannya terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Ia menyebut Ukraina tanpa denazifikasi tidak memiliki masa depan sebagai negara. 

"Tanpa denazifikasi, Ukraina tidak seharusnya tidak memiliki masa depan sebagai negara berdaulat. Aksi yang dilakukan negara-negara Barat tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa adanya pembalasan" tutu Klishas, dikutip Swiss Info

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya