Pilpres Diwarnai Dugaan Kecurangan, Guatemala Diwanti-wanti AS

Ingin hasil pilpres tetap diumumkan

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperingatkan Guatemala terkait dengan masalah hasil pilpres. Kejaksaan Agung Guatemala menduga adanya kecurangan dan menunda pengumuman hasil pemenang pilpres putaran pertama. 

Penyelenggaraan pilpres Guatemala pada 25 Juni lalu dirundung insiden dan sempat terganggu di ratusan wilayah. Otoritas setempat mengemukakan bahwa pilpres terganggu di San Jose de Golfo setelah petugas penyelenggara menerima ancaman dari orang tak dikenal. 

Dilansir La Prensa Latina, insiden juga terjadi di San Martin Zapotitlan, sejumlah kotak suara dibakar oleh warga setempat. Mereka mengklaim bahwa orang yang tidak punya hak pilih dibawa dari daerah lain untuk memilih di daerah mereka. 

Baca Juga: Presiden Guatemala Kunjungi Taiwan, Bikin China Berang!

1. Blinken minta tidak ada keraguan pada hasil pilpres

Pilpres Diwarnai Dugaan Kecurangan, Guatemala Diwanti-wanti ASMenlu Amerika Serikat, Antony Blinken. (twitter.com/SecBlinken)

Menteri Luar Negeri, Antony Blinken, mengungkapkan agar Kejaksaan Agung Guatemala mengulas kembali keputusannya. Ia pun mendorong agar pengawas pemilu, termasuk OAS (Organization of American States) memvalidasi hasil pilpres Guatemala. 

"Meragukan hasil pilpres adalah upaya pengrusakan hasil pilpres akan menjadi sebuah ancaman kepada demokrasi dengan implikasi yang amat besar di Guatemala," ungkap Blinken pada Senin (3/7/2023), dilansir Reuters

Sementara, Uni Eropa (UE) yang ikut memantau jalannya pilpres turut mendukung pengumuman hasil dari otoritas elektoral di Guatemala. UE juga meminta agar institusi Guatemala dan partai politik menghormati proses elektoral dan semua yang diharapkan oleh masyarakat.  

Baca Juga: Oposisi Diblokir Ikut Pilpres, Demokrasi Guatemala di Ujung Tanduk

2. Partai sayap kanan Guatemala sebut pilpres diliputi kecurangan

Pada Minggu (3/7/2023), sebanyak 10 partai sayap kanan Guatemala meragukan hasil pilpres yang berdampak pada penundaan pengumuman. Kejaksaan Konstitusional pun bersedia mengadakan persidangan kembali dalam lima hari ke depan. 

Dilaporkan Mercopress, salah satu pihak yang meragukan hasil pilpres adalah calon dari Partai Valor, Zury Rios, yang dikenal sebagai anak diktator Efrain Rios Montt. Ia mengumumkan sebuah kecurangan dalam pilpres dan menyebut adanya perubahan dari ribuan surat suara. 

Pada pemilu yang digelar akhir Juni, menunjukkan bahwa Sandra Torres unggul dengan perolehan 15,86 persen suara. Sedangkan pesaing utamanya, Bernardo Arevalo memperoleh 11,77 persen suara. Keduanya pun akan maju ke putaran kedua pada 20 Agustus nanti. 

Baca Juga: Acuhkan China, Taiwan Tegaskan Hubungan Diplomatik dengan Guatemala

3. OAS akan kembali memantau pilpres Guatemala

OAS menyatakan akan datang kembali ke Guatemala untuk memonitor aturan dan mengulas kembali hasil pilpres secara nasional. Keputusan ini diambil di tengah situasi yang terus menegang di negara Amerika Tengah tersebut. 

Sandra Torres dan sejumlah partai sayap kanan mengklaim terdapat kecurangan dalam pilpres tersebut. Namun, Bernardo Arevalo menolak bahwa proses pilpres harus diulas kembali dan menyebut prosesnya sudah benar dan adil. 

"Ketakutan kami adalah ketika semuanya telah dilakukan untuk menenggelamkan proses yang benar," tutur Arevalo ketika diwawancara dalam siaran CNN

Pada Sabtu malam, puluhan orang mengadakan demonstrasi di luar pengadilan untuk meminta agar hasil pilpres dihargai dan tidak ditentukan oleh pengadilan. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya