Meski Diveto, Parlemen Georgia Kekeh Sahkan RUU Anti-Agen Asing

Dapat kecaman dari AS

Jakarta, IDN Times - Parlemen Georgia, pada Selasa (28/5/2024), mengungkapkan niat untuk mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) anti-agen asing melalui pemungutan suara. Tindakan itu untuk membatalkan veto dari Presiden Georgia Saloume Zourabichvili. 

Belakangan ini, situasi di Georgia semakin tidak menentu imbas rencana pengesahan RUU anti-agen asing. Bahkan, Amerika Serikat (AS) sudah menyatakan akan menjatuhkan sanksi kepada sejumlah pejabat di Georgia yang mendorong pengesahan RUU kontroversial tersebut. 

1. Mayoritas anggota parlemen setuju pembatalan veto Presiden Georgia

Mayoritas anggota parlemen Georgia yang dikuasai Partai Georgian Dream menyetujui proses pembatalan veto RUU anti-agen asing. Diketahui sebanyak 84 anggota parlemen menyetujui usulan tersebut dan hanya 4 yang menolak, serta sisanya tidak memilih. 

"Semua ini dilakukan setelah Presiden Zourabichvili menolak menandatangani RUU tersebut menjadi hukum dan menuduhnya sebagai hukum Rusia. Namun, veotnya akan dibatalkan dengan mayoritas suara di parlemen dan akan disahkan menjadi hukum," tutur juru bicara Perlemen Georgia, Shalva Papuashvili, dikutip Politico.

Perwakilan dari Partai Georgian Dream mengatakan, hukum ini penting untuk mencegah pengaruh asing. Pihaknya pun menuding organisasi non-profit telah mempromosikan propaganda LGBTQ+ di Georgia.

Baca Juga: Presiden Georgia: Kita Harus Merapat ke Amerika Serikat dan Uni Eropa

2. Zourabichvili serukan referendum untuk rakyat Georgia

Presiden Zourabichvili yang berada di luar gedung parlemen menyapa demonstran untuk mempersiapkan pemilu parlementer pada Oktober mendatang. Ia menyebut hasil pemilu akan menjadi respons pada hari ini. 

"Apakah Anda marah saat ini? Marahlah, tetapi mari kita bekerja. Kita harus menggunakan energi ini untuk memperoleh tanda tangan. Bawa itu kepada saya dan saya akan menandatanganinya untuk mengadakan referendum di mana kami menginginkan masa depan Eropa bukan menjadi budak Rusia," ungkapnya, dilansir Jam News.

"Sebanyak 84 anggota parlemen tidak akan menentukan masa depan kita. Kita akan menentukannya bersama. Puluhan anggota parlemen itu tidak ada apa-apanya dibanding seluruh orang yang hadir hari ini untuk masa depan Georgia dan Georgia yang baru," tambahnya. 

Ia menambahkan bahwa seluruh rekan dari Barat akan mendukungnya dalam mempertahankan demokrasi di Georgia. 

3. AS kecam Parlemen Georgia imbas pembatalan veto

Meski Diveto, Parlemen Georgia Kekeh Sahkan RUU Anti-Agen Asingilustrasi bendera Amerika Serikat (unsplash.com/benjaminlehman)

Menanggapi keputusan Parlemen Georgia, AS kembali mengecam tindakan pembatalan veto dari Presiden Zourabichvili. Ia menilai parlemen gagal mempertahankan norma-norma demokrasi Eropa dan bersikukuh meresmikan RUU anti-agen asing. 

"Partai Georgian Dream membawa negaranya menjauh dari jalur integrasi Eropa dan menghiraukan aspirasi Euro-Atlantik yang diharapkan rakyat Georgia hingga mereka harus turun ke jalan untuk menolak hukum tersebut," terang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Matthew Miller, dikutip Civil.

"Partai penguasa sudah menunjukkan aksi anti-Barat dan mengancam jejak demokrasi di Georgia, kemaanan ekonomi di masa depan, aksesi keanggotaan Uni Eropa (UE), dan bahkan membuat hubungan AS-Georgia memanas," sambungnya. 

Ia menegaskan bahwa Washington akan terus bersama rakyat Georgia dan bekerja keras agar demokrasi di negara Kaukasus Selatan tersebut tetap berjalan. 

Baca Juga: PM Georgia Mengaku Diancam Serangan Fisik oleh Uni Eropa

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya