Georgia Tuduh AS Danai Upaya Revolusi di Negaranya

Disebut berniat lengserkan Georgian Dream

Jakarta, IDN Times - Badan Keamanan Georgia (SSG), pada Selasa (3/10/2023), menuduh US Agency for International Development (USAID) membiayai rencana revolusi di negaranya. AS dituduh mengadakan pelatihan kepada para relawan yang nantinya akan memberontak dan menggulingkan pemerintah. 

Pada akhir September, SSG menuduh terdapat beberapa tokoh yang berniat melancarkan kudeta di Georgia yang mirip dengan Euromaidan. Tokoh tersebut termasuk mantan Wakil Menteri Dalam Negeri Georgia, Giorgi Lortkipanidze, dan relawan Georgia di Ukraina, Georgia Legion. 

1. Terdapat tiga aktivis Serbia yang diundang ke Georgia

Georgia Tuduh AS Danai Upaya Revolusi di NegaranyaPersonel SSG di Georgia. (facebook.com/sssgeo)

Juru bicara SSG, Khvicha Begiashvili, mengklaim bahwa tudingannya ini berasal dari investigasi terkait rencana pemberontakan di Georgia. Ia dan pihaknya menemukan tiga anggota kelompok aktivis Serbia yang dipanggil oleh USAID. 

Warga negara Serbia itu bernama Sinisa Sikman, Jelena Stojsic, dan Slobodan Djinovic yang berkunjung ke Georgia pada 26-29 September 2023. Kunjungan mereka sebagai perwakilan dari Canvas, kelompok pro-demokrasi dan HAM yang berbasis di Serbia, dilaporkan OC Media.

Padahal, ketiga aktivis itu memiliki hubungan dengan peristiwa Revolusi Mawar di Georgia pada 2003 yang berhasil melengserkan eks Perdana Menteri, Eduard Shevardnadze. Peristiwa itu mirip dengan revolusi di Serbia, Ukraina, dan negara lain. 

SSG menekankan bahwa Sikman dan Djinovic merupakan mantan anggota organisasi Otpor!, yang dikenal luas atas perannya menggulingkan pemerintahan Slobodan Milosevic di Serbia pada 2000. 

Baca Juga: Serbia Kurangi Pasukan di Dekat Perbatasan dengan Kosovo

2. Diduga melatih aktivis untuk revolusi di Georgia

SSG mengatakan bahwa aktivis Serbia itu mengadakan pelatihan dalam melawan target spesifik, seperti pemerintah, Gereja Ortodoks, SSG, dan badan lainnya. Mereka memberikan instruksi dalam berbaris, memindahkan lalu lintas, dan mendirikan tenda. 

Mereka diduga sudah memberikan teknik dan arahan untuk meningkatkan tensi di lapangan kepada aparat keamanan, agar merespons dengan cara kekerasan. 

"Peserta sudah siap dalam mengantisipasi penangkapan dan mendapat pelatihan saat menghadapi masalah tersebut. Mereka juga menginstruksikan terkait bagaimana pendanaan partisipan demonstrasi tersebut," tutur perwakilan SSG, dikutip Civil.

SSG menyebut ketiga warga Serbia itu berusaha menghindar ketika diinterogasi terkait tujuan utamanya berkunjung ke Georgia. Mereka disebut mengatakan hal yang menyimpang dari bukti yang ditemukan aparat setempat. 

3. AS menolak tudingan dari pemerintah Georgia

Georgia Tuduh AS Danai Upaya Revolusi di Negaranyailustrasi bendera Amerika Serikat (pexels.com/@brett-sayles)

Kepala Partai Georgian Dream, Irakli Kobakhidze, mengatakan kekhawatirannya terkait pernyataan bahwa USAID membiayai pelatihan revolusi di negaranya. Ia pun meminta penjelasan lebih dari Amerika Serikat (AS) terkait temuan ini. 

"Skenario yang menyulut kekacauan, revolusi, dan hal yang terkait yang paling kami khawatirkan adalah munculnya front kedua yang telah digaungkan setelah pecahnya perang di Ukraina pada 2022," tutur Kobakhidze. 

Dilaporkan BNE Intellinews, USAID menolak tudingan dari pemerintah Georgia. Mereka menyebut bahwa program yang bekerja sama dengan Canvas hanya terkait dengan gerakan seni dan budaya, serta gerakan aktivis non-kekerasan. 

Kedutaan Besar AS di Tbilisi pun menyebut tudingan tersebut adalah salah dan menekankan komitmen Washington dalam mempertahankan nilai-nilai demokrasi serta kebebasan berpendapat di Georgia. 

Baca Juga: Georgia Tuduh Pejabat Ukraina Dukung Rencana Kudeta

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya