Bolivia Ngadu ke PBB Minta Dukungan soal Rencana Kudeta Evo Morales

Perpecahan di Bolivia semakin melebar

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Bolivia, pada Minggu (22/9/2024), mengirim surat kepada PBB dan Inter-American Commission on Human Rights (ICHR) soal mantan Presiden Evo Morales yang dituduh sedang merencanakan kudeta. Pihaknya meminta organisasi internasional ikut mengecam aksi Morales. 

Dalam sepekan terakhir, situasi di Bolivia masih belum kondusif imbas pemblokiran jalan menyusul larangan Morales untuk mencalonkan kembali sebagai presiden. Di sisi lain, Morales menyebut aksi long-march dari Caracollo ke La Paz bertujuan menyelamatkan Bolivia. 

1. Minta PBB dan IACHR mendukung pemerintahan Arce

Dalam surat tersebut, pemerintah Bolivia mengatakan akan terus berkomitmen mempertahankan demokrasi di negaranya. Ia meminta agar PBB dan IACHR ikut mendukung pemerintahannya. 

"Pemerintah kami berkomitmen besar kepada demokrasi, penghormatan kepada hak asasi manusia (HAM) dan kami ingin meyakinkan bahwa negosiasi adalah cara terbaik untuk menyelesaikan perbedaan pandangan di Bolivia," tuturnya, dilansir EFE.

Pemerintahan Presiden Luis Arce menyebut Morales merencanakan kudeta di Bolivia. Bahkan, pemerintah menuding Presiden Senat Bolivia, Andronico Rodriguez, ikut andil dalam rencana kudeta dan akan memperbolehkan kembali kandidasi Morales pada pilpres 2025. 

Baca Juga: Mantan Presiden Bolivia Dituding Akan Kudeta Pemerintah

2. Pendukung pro-pemerintah dan Morales terlibat bentrokan

Pada hari yang sama, pendukung pro-pemerintah Bolivia dan aparat keamanan terlibat bentrokan dengan simpatisan Morales di jalanan El Alto. Insiden ini merupakan yang kedua kali dalam sepekan terakhir di tengah rentetan demonstrasi anti-pemerintah. 

Melansir Associated Press, bentrokan berlangsung di tengah aksi long-march pendukung Morales begitu memasuki El Alto menuju ke La Paz. Aparat keamanan dan simpatisan pro-pemerintah membakar ban bekas dan menembakkan gas air mata untuk menghalangi masuknya pendukung Morales. 

Kedua pihak menuduh lawannya melakukan aksi kekerasan. Sementara, Morales menuding pemerintahan Arce mengirimkan kelompok paramiliter untuk menyulut aksi kekerasan di El Alto. 

Menteri Dalam Negeri Bolivia, Eduardo Del Castillo, mengatakan bahwa aksi long-march Morales ini menyulut kudeta di Bolivia. Ia menyamakan kasus ini dengan percobaan kudeta militer di negaranya beberapa waktu lalu. 

3. Arce meminta diadakan dialog dengan Morales

Bolivia Ngadu ke PBB Minta Dukungan soal Rencana Kudeta Evo  MoralesPresiden Bolivia, Luis Arce saat bertemu dengan Dubes Palestina di La Paz, Mahmoud Elalwani, Selasa (31/10/2023). (twitter.com/LuchoXBolivia)

Presiden Luis Arce sudah menyampaikan kepada Morales untuk menggelar dialog dalam menyelesaikan perselisihan keduanya. Ia pun mengatakan tidak akan membiarkan terjadinya perang saudara di Bolivia. 

"Mereka sudah mengatakan soal perang saudara di jalanan. Kami tetap menyerukan perdamaian dan menyembunyikan perpecahan politik yang tidak akan ditoleransi oleh pemerintahan mana pun. Maka, kami merespons ini dengan mengajak dialog," tutur Arce. 

Sejak 2021, Arce dan Morales sudah terlibat perbedaan pandangan meski berada di dalam partai yang sama, Movimiento al Socialismo (MAS). Perpecahan ini memunculkan simpatisan Morales atau evistas dan simpatisan Arce atau arcists. 

Dalam beberapa bulan terakhir, Arce dan Morales saling menyalahkan soal kondisi ekonomi Bolivia yang menghadapi krisis imbas kelangkaan dolar. Selain itu, terdapat masalah lonjakan harga bahan pokok dan bahan bakar. 

Baca Juga: Kebakaran Hutan Hebat, Bolivia Umumkan Darurat Nasional

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya