Belarus Berniat Membebaskan Tahanan Politik yang Sakit

Disebut sudah ada empat tahanan yang dibebaskan

Jakarta, IDN Times - Presiden Belarus, Alexander Lukashenko, pada Rabu (3/7/2024), mengungkapkan akan membebaskan tahanan politik di negaranya saat perayaan Hari Kemerdekaan dari Nazi ke 80 tahun. Tahanan politik tersebut dapat dibebaskan karena mengidap sakit keras. 

Sejak demonstrasi akbar menolak hasil pilpres 2020, sudah ribuan tahanan politik yang ditangkap di negara Eropa Timur tersebut. Tahanan politik tersebut diklaim ditaruh di tempat yang tidak layak dan menerima perlakuan buruk dari aparat keamanan. 

1. Lukashenko klaim memperlakukan tahanan dengan manusiawi

Belarus Berniat Membebaskan Tahanan Politik yang SakitPresiden Belarus, Alexander Lukashenko saat bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. (president.gov.by)

Dalam pertemuan di Istana Republik, Presiden Lukashenko mengatakan bahwa dia tidak akan menampik kemungkinan membebaskan tahanan politik yang dijerat karena terlibat dalam demonstrasi akbar pada 2020. 

"Jangan terkejut bahwa tahanan yang sakit parah akan dibebaskan dalam beberapa hari ke depan. Orang tersebut tidak berniat melarikan diri dari penjara dan sekarang masih berada di dalam penjara. Mereka berniat merusak negara pada 2020," tuturnya, dikutip Belta

"Orang-orang ini benar-benar sakit. Mayoritas di antaranya mengidap kanker. Kami mendekati dan merawat semuanya secara manusiawi. Saya percaya bahwa orang ini tertekan karena tidak memiliki kewarganegaraan dan kami harus membantu mereka. Karena kita sama-sama ras Slavik. Kami tidak berperang dan tidak ingin berkonflik, tapi kami harus merespons," tambahnya. 

Dalam publikasi yang dimuat pada Rabu, selain pembebasan tahanan yang sakit, aturan baru ini juga merilis kategori individu yang tidak berhak menerima amnesti. Mereka adalah orang yang sudah diberi amnesti pada 2021-2024, tapi kembali melakukan aksi kriminal. 

2. Oposisi Belarus menyambut baik keputusan Lukashenko

Pemimpin oposisi Belarus, Svetlana Tikhanovskaya mengaku senang dengan keputusan amnesti yang ditetapkan oleh rezim Lukashenko. 

"Saya senang melihat orang-orang bebas dan dapat kembali bertemu dengan keluarga maupun orang tercintanya. Sayangnya, masih banyak orang yang berada di balik jeruji besi di Belarus," terangnya, dikutip Kyiv Post.

"Lebih dari 200 tahanan politik di Belarus yang kondisi kesehatannya tidak baik. Bahkan, sudah ada enam orang yang tewas di balik jeruji besi. Mereka harus dibebaskan tanpa syarat. Mereka harus segera dibebaskan bukan karena masalah politik melainkan demi kemanusiaan," sambungnya. 

Sementara, organisasi kemanusiaan, Viasna mengatakan ada empat orang yang dibebaskan pada amnesti kali ini. Namun, diperkirakan masih ada 1.400 tahanan politik di Belarus, termasuk peraih Nobel Perdamaian, Ales Bialiatski.

3. Belarus resmi bergabung dengan SCO

Pada hari yang sama, pemerintah Belarus resmi bergabung dengan SCO (Shanghai Cooperation Organization). Peresmian masuknya Belarus ditetapkan dalam pertemuan kepala negara SCO di Astana, Kazakhstan. 

"Keputusan menjadi anggota penuh Republik Belarus di SCO sudah dibuat. Saya menyatakan selamat atas ini. Saya yakin bahwa hari ini akan menjadi lembaran baru sejarah Belarus," ungkap Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. 

Tokayev menambahkan bahwa, Belarus akan memberikan dampak signifikan dan berkontribusi besar dalam penguatan keamanan SCO. 

Dengan ini, Belarus menjadi anggota kesepuluh SCO, bersama dengan India, Iran, Kazakhstan, China, Kyrgyzstan, Pakistan, Rusia, Tajikistan, dan Uzbekistan. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Ernia Karina

Berita Terkini Lainnya