AS Sukses Sabotase Alat Spionase Rusia di Beberapa Negara

Malware Snake dioperasikan FSB

Jakarta, IDN Times - Federal Bureau of Investigation (FBI) sukses menyabotase malware canggih Rusia yang tersebar di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS) pada Selasa (9/5/2023). Aksi ini jadi salah satu kesuksesan besar AS dalam mengungkap jaringan spionase Rusia. 

Selama ini, Rusia disebut menjadi dalang di balik kasus spionase di AS dan negara-negara Eropa Barat. Bahkan, Kremlin disebut membiayai kelompok peretas di negaranya untuk melancarkan serangan siber ke sejumlah negara. 

Baca Juga: Norwegia Usir 15 Diplomat Rusia karena Spionase

1. AS sebut spionase siber Rusia sudah berakhir

Departemen Kehakiman AS (DOJ) mengumumkan bahwa spionase siber yang dilancarkan Badan Keamanan Federal Rusia (FSB) resmi berakhir. Ia menyebut Rusia bergantung pada malware Snake yang disebar di komputer milik pemerintah AS dan negara NATO. 

"Selama 20 tahun, FSB bergantung pada malware Snake dalam melancarkan kampanye spionase siber kepada AS dan sekutunya. Mulai hari ini, spionase itu sudah berakhir," terang Asisten Jaksa Agung Matthew Olsen, dikutip Associated Press.

DOJ menambahkan bahwa malware Snake yang berhubungan dengan FSB itu sudah tersebar di lebih dari 50 negara. Bahkan, AS menyebut kampanye spionase siber Rusia sangat berdampak, karena peretas berhasil mengekstraksi dokumen sensitif dari negara anggota NATO. 

Baca Juga: Bos Wagner Sebut Tentara Rusia Kabur dari Bakhmut Ukraina 

2. AS lancarkan Operasi Medusa untuk mengungkap malware Snake

DOJ menyebut bahwa malware tersebut memiliki hubungan dengan kelompok peretas Turla yang ada di bawah FSB. Berdasarkan hasil pelacakan, menunjukkan bahwa malware Snake tersebut dioperasikan dari Kantor FSB di Ryazan, Rusia. 

Sebelumnya, pemerintah AS sudah melancarkan Operasi Medusa yang dilangsungkan oleh FBI dan rekanan lain untuk mengidentifikasi alat peretas bernama Snake. Malware Snake sudah disebarkan lewat internet untuk membangun perangkat lunak 'payload' yang merusak infrastrukturnya.

Dilaporkan Reuters, dalam menyabotase malware ini, FBI diharuskan melacak individu yang masuk dalam daftar buronan pemerintah dan mengakses komputer yang terdampak dari jarak jauh. Dari situ koneksi dengan malware Snake di seluruh AS dapat diputus. 

Sementara, FBI mengungkapkan bahwa alat tersebut didesain hanya untuk berkomunikasi dengan program spionase Rusia. Alat itu dapat berkomunikasi dengan protokol Snake tanpa mengakses data pribadi milik korban. 

Baca Juga: WNA Rusia Pelanggar Norma Adat di Pura Besakih Dideportasi

3. DOJ sukses mengungkap sejumlah kejahatan siber

AS Sukses Sabotase Alat Spionase Rusia di Beberapa NegaraIlustrasi Hacker (IDN Times/Mardya Shakti)

FBI rencananya akan memberikan notifikasi kepada seluruh pemilik dan operator komputer yang terdampak malware Snake. Mereka juga memastikan bahwa pemilik komputer dapat memahami apa yang terjadi. 

Dilansir The Hill, kabar ini menjadi kesuksesan terbaru DOJ dalam meringkus kejahatan siber dan aksi dari kelompok peretas yang beroperasi di AS. 

Pada Januari, DOJ sudah mengumumkan mengungkap jaringan ransomware internasional yang telah memeras lebih dari 100 juta dolar AS (Rp1,47 triliun) sejumlah perusahaan yang berbasis di AS dan seluruh dunia. 

Kelompok hacker bernama Hive itu sudah menargetkan lebih dari 1.500 korban yang tersebar di seluruh dunia. Bahkan, mereka ikut menyerang fasilitas umum krusial, seperti rumah sakit dan sekolah. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya