Marcos: Filipina Pantang Mundur dalam Sengketa Laut China Selatan

Marcos berkomitmen temukan cara redakan ketegangan di LCS

Jakarta, IDN Times - Presiden Filipina, Ferdinand Marcos, menyatakan bahwa negaranya tidak akan menyerah dalam sengketa wilayah, setelah serangkaian konfrontasi yang meningkat dengan Beijing di Laut China Selatan dalam beberapa bulan terakhir.

Pernyataan Marcos pada Senin (22/7/2024) muncul usai Filipina dan China menyetujui pengaturan sementara untuk misi pasokan pasukan Manila di Second Thomas Shoal. Marcos mengatakan, pihaknya akan terus menemukan cara untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut tanpa mengorbankan posisi dan prinsip-prinsip negaranya, dilansir dari CNA.

Hubungan Manila dan Beijing bergejolak sejak Marcos menjabat pada 2022 dan bersumpah untuk membela klaim negaranya atas perairan yang disengketakan tersebut.

Serangkaian bentrokan antara kapal kedua negara menjadi titik konflik yang memicu kekhawatiran dapat menyeret Amerika Serikat (AS) karena perjanjian pertahanannya dengan Filipina.

1. Filipina bakal terus tegaskan haknya di Laut China Selatan

Kementerian Luar Negeri Filipina akan terus menegaskan haknya di Laut China Selatan setelah kesepakatan dengan China pada Minggu tercapai. Pihaknya menolak saran Beijing bahwa perjanjian tersebut mengharuskan Manila untuk memberikan pemberitahuan terlebih dahulu dan verifikasi pengiriman pasokan ke Negeri Tirai Bambu tersebut.

Manila menyatakan bahwa pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengenai pemberitahuan dan konfirmasi misi pengiriman pasokan tidak akurat

"Kami ingin meredakan ketegangan di Laut China Selatan guna mengatasi perbedaan secara damai, kami menekankan bahwa perjanjian tersebut dilakukan dengan itikad baik dan Filipina tetap siap untuk melaksanakannya. Kami mendesak China untuk melakukan hal yang sama," kata Kementerian, dikutip dari Reuters.

Manila dengan sengaja mendamparkan kapal angkatan laut pada 1999 untuk memperkuat klaimnya atas perairan yang disengketakan tersebut. Sejak saat itu, negara tersebut mempertahankan kontingen kecil pelautnya yang sering membutuhkan pasokan makanan, air dan kebutuhan lainnya, serta transportasi untuk rotasi personel.

Baca Juga: China Naikkan Batas Usia Pensiun Secara Bertahap, Ini Alasannya!

2. China tolak pendirian pos permanen pasukan Filipina

Marcos: Filipina Pantang Mundur dalam Sengketa Laut China Selatanilustrasi bendera China (unsplash.com/Yan Ke)

Beijing mengklaim, hampir seluruh bagian di Laut China Selatan, termasuk Second Thomas Shoal, yang terletak sekitar 200 km dari pulau Palawan di Filipina barat dan lebih dari 1.000 km dari daratan besar terdekat China, yakni pulau Hainan. Negeri Tirai Bambu itu tetap teguh pada klaim teritorialnya mengenai perairan yang disengketakan tersebut.

"Jika Filipina perlu mengirimkan kebutuhan hidup kepada personel yang tinggal di kapal perang tersebut, China bersedia mengizinkannya dalam semangat kemanusiaan jika Filipina memberitahu China terlebih dahulu dan setelah verifikasi di tempat dilakukan," kata juru bicara Beijing, dilaporkan VOA.

Namun, negara rival Barat itu sepenuhnya menolak pengiriman sejumlah besar bahan konstruksi dan upaya untuk membangun fasilitas tetap atau pos permanen di wilayah yang disengketakan tersebut.

3. Beijing-Manila saling menyalahkan soal konfrontasi di Laut China Selatan

Marcos: Filipina Pantang Mundur dalam Sengketa Laut China Selatanilustrasi bendera China dan Filipina (twitter.com/ChinaEmbinCH)

Sebagai informasi, penjaga pantai China dan pasukan lainnya telah menggunakan meriam air dan manuver pemblokiran yang berbahaya untuk mencegah pengiriman makanan dan pasokan lainnya ke personel angkatan laut Filipina di Second Thomas Shoal. Perselisihan wilayah selama bertahun-tahun itu telah berulang kali terjadi sejak tahun lalu.

Dalam konfrontasi terburuk kedua negara, pasukan Beijing yang menaiki perahu motor berulang kali menabrak dan kemudian menaiki dua kapal angkatan laut Filipina pada 17 Juni lalu. Mereka berusaha mencegah personel Manila mengirimkan pasokannya ke pos terdepan di perairan tersebut.

China juga menyita kapal angkatan laut Filipina, serta merusaknya dengan parang dan tombak rakitan. Mereka juga menyita tujuh pucuk senapan M4 yang dikemas dalam peti, dan perbekalan lainnya. Bentrokan tersebut melukai beberapa personel angkatan laut Manila, termasuk seorang personel yang kehilangan ibu jarinya. 

Beijing dan Manila saling menyalahkan atas konfrontasi tersebut dan masing-masing menegaskan hak kedaulatan mereka atas wilayah yang disengketakan tersebut.

Baca Juga: China-Filipina Capai Kesepakatan Sementara soal Laut China Selatan

Angga Kurnia Saputra Photo Verified Writer Angga Kurnia Saputra

Self-proclaimed foreign policy enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Rama

Berita Terkini Lainnya