Rusia Tunjuk Sergey Surovikin sebagai Jenderal Perang Baru di Ukraina
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Rusia baru saja menunjuk seorang jenderal baru untuk memimpin perang melawan Ukraina, setelah Moskow mengalami serangkaian kemunduran militer yang memicu kritik. Pengumuman yang disampaikan pada Sabtu (8/10/2022) itu adalah penunjukan militer senior ketiga Moskow dalam waktu seminggu.
Dilansir Al Jazeera, perubahan itu menyusul pemecatan yang dilaporkan awal pekan ini terhadap komandan dua dari lima wilayah militer Rusia, karena pasukannya mengalami kemunduran dramatis di timur laut dan selatan Ukraina dalam beberapa pekan terakhir.
“Jenderal Sergey Surovikin ditunjuk sebagai komandan Pasukan Gabungan di bidang operasi militer khusus,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
1. Sekilas tentang Surovikin
Menurut situs Kementerian Pertahanan, Surovikin yang berusia 55 tahun lahir di wilayah Novosibirsk, Siberia. Dia telah memimpin Angkatan Udara dan Luar Angkasa Rusia sejak 2017.
Surovikin memiliki pengalaman tempur dalam konflik 1990-an di Tajikistan dan Chechnya, serta baru-baru ini di Suriah, di mana Moskow melakukan intervensi pada 2015 untuk membela pemerintahan Bashar al-Assad.
Hingga saat ini, Surovikin memimpin pasukan “Selatan” di Ukraina.
Nama pemimpin perang sebelumnya tidak pernah secara resmi diungkapkan, tetapi beberapa media Rusia mengatakan itu adalah Jenderal Alexander Dvornikov, yang merupakan seorang jenderal perang Chechnya kedua dan komandan Rusia di Suriah.
Baca Juga: Ukraina Temukan Kuburan Massal di Lymann, Jadi Bukti Kejahatan Rusia
3. Operasi militer Rusia diprediksi akan menyusut
Editor’s picks
Alexandre Vautravers, dari Swiss Military Review, mencatat bahwa invasi Rusia tidak dimulai dengan komando terpadu, karena ada lima kelompok tentara berbeda yang masing-masing dipimpin secara otonom. Dia memprediksi hal itu akan berubah di bawah kepemimpinan Surovikin.
“Alasan mengapa tidak mungkin untuk memiliki komando terpadu dari semua pasukan Rusia adalah jarak dan kurangnya teknologi informasi untuk menyatukan semua fasilitas dan kemampuan komando dan kontrol,” kata Vautravers.
“Apa yang kita lihat sekarang adalah satu orang dan satu markas akan merencanakan dan mengarahkan operasi. Tapi itu juga merupakan sinyal bahwa mulai sekarang operasi akan berkonsentrasi pada satu area tertentu. Mungkin Luhansk, mungkin Donetsk, mungkin di selatan. Apa yang kami lihat adalah menyusutnya operasi Rusia,” tambahnya.
Sebagai informasi, pasukan Rusia telah diusir dari sebagian besar wilayah timur laut Kharkiv pada awal September, imbas serangan balasan Ukraina yang memungkinkan Kiev untuk merebut kembali ribuan kilometer persegi wilayah.
Pasukan Rusia juga kehilangan wilayah di wilayah Kherson selatan, serta pusat transportasi Lyman di Ukraina timur.
3. Kremlin dikecam karena kemundurannya
Kemunduran tersebut menyebabkan meningkatnya kritik terhadap kepemimpinan militer, termasuk dari elite Rusia.
Pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, menyerukan pemecatan seorang jenderal tinggi pekan lalu. Sementara, anggota parlemen senior, Andrei Kartapolov, mendesak para pejabat militer untuk berhenti berbohong tentang situasi di medan perang.
Pada Sabtu, pejabat yang didukung Kremlin di wilayah Kherson, Kirill Stremousov, mengumumkan evakuasi sebagian warga sipil dari provinsi selatan. Alasan pemindahan, kata Stremousov, adalah wilayah itu sedang bersiap untuk menghadapi masa-masa yang sulit. Fokus pemindahan adalah orang tua dan anak-anak.
Sebelumnya, Stremousov juga mengkritik Menteri Pertahanan Rusia atas sejumlah kemunduran, karena dianggap tidak memahami medan perang di Ukraina.
Baca Juga: Ukraina Bangkit, Pemimpin Kherson: Menhan Rusia Silakan Bunuh Diri!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.