TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Cerita WNI di Belanda: Warga Mulai Beraktivitas pada Musim Semi

Social dan physical distancing tetap berlaku cegah COVID-19

Kondisi Belanda saat pandemik virus corona atau COVID-19. (Dok. Istimewa)

Jakarta, IDN Times - Sebanyak 209 negara harus menghadapi pandemik virus corona atau COVID-19. Secara global, di seluruh dunia tercatat ada 1.600.984 kasus, dengan jumlah kematian 95.604 orang, dan jumlah pasien yang sembuh 355.671 orang.

Tak hanya Indonesia yang harus berjuang melawan COVID-19, banyak negara lain juga tengah berjuang melawan ancaman virus mematikan itu. Salah satu negara terdampak pandemi ini adalah Belanda.

Meski negara Kincir Angin tersebut tak masuk 10 negara dengan penyebaran virus corona tertinggi, namun suasana di Belanda saat ini sangat mirip dengan negara-negara lain yang sedang berperang melawan COVID-19.

Kepada IDN Times, Iqbal Triputra, seorang warga negara Indonesia (WNI) yang tengah menuntut ilmu di Belanda bercerita dan menggambarkan suasana di negara tersebut sekarang. Social distancing, panic buying, juga turut ia rasakan.

Kira-kira seperti apa suasana di Belanda saat pandemik virus coroan sekarang ini? Yuk Simak cerita salah satu WNI yang saat ini sedang berada di Belanda.

1. Pemerintah Belanda tak terapkan lockdown, tapi membatasi turis dan menerapkan social distancing

Ilustrasi (IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Iqbal yang tinggal di wilayah Delft itu bercerita bahwa suasana physical dan social distancing di Belanda sangat terasa. Saat ini pemerintah Belanda memang tidak menerapkan lockdown meski angka kasus sudah mencapai 20 ribu.

Namun, pemerintah Belanda tetap menerapkan aturan social distancing bagi warganya. Selain itu, pemerintah Belanda juga membatasi turis yang akan masuk ke negaranya. Hanya turis yang memiliki kepentingan krusial yang diiizinkan masuk.

Sementara, aturan social dan physical distancing yang diterapkan pemerintah Belanda tentu sama dengan negara lainnya. Penerapan social distancing dimulai sejak 16 Maret 2020. Hanya beberapa sektor yang masih dibuka seperti sektor untuk kebutuhan pokok dan kesehatan.

"Terus seluruh kegiatan performance yang lebih dari 100 orang akan di-postponed sampai 1 Juni 2020. Kemudian juga public transport itu dikurangi intensitasnya, jadi pemerintah benar-benar mengurangi persebaran virus ini melalui targetted measurement yang dianggap berpotensi tempat infeksi virus," cerita Iqbal, kepada IDN Times.

Baca Juga: Kisah WNI di Prancis, Stok Makanan untuk Satu Bulan karena COVID-19

2. Masyarakat menaati protokol untuk menjaga jarak hingga 1,5 meter

Kondisi Belanda saat pandemik virus corona atau COVID-19. (Dok. Istimewa)

Suasana di Belanda juga tak seperti dahulu, sebelum wabah virus corona menyerang. Masyarakat mulai menerapkan apa yang dianjurkan pemerintah, menjaga jarak satu sama lain.

Uniknya, bukannya berdiam di rumah lantaran kasus yang sudah mencapai 20 ribu, masyarakat Belanda justru sudah mulai beraktivitas di luar rumah saat memasuki musim semi ini.

Terkadang, warga banyak yang beraktivitas di luar rumah untuk berjemur dan menghirup udara musim semi. Namun, protokol jaga jarak tak pernah lupa dilakukan warga Belanda.

"Tapi yang menarik, mereka meskipun di luar ngobrol sama temannya, tapi tetap menerapkan aturan 1,5 meter itu. Jadi sekarang gak aneh kalau ngelihat orang ngobrol dengan jarak 1,5 meter, terlihat kayak musuhan, tapi sebenarnya gak," ujar pria 24 tahun itu.

Tak hanya itu, Iqbal yang menuntut ilmu di IHE Delft Institute for Water Education ini, juga bercerita tentang penegakan hukum di Belanda pada saat masa-masa physical distancing.

Menurut dia, polisi saat ini lebih banyak berpatroli dan menegur warga yang berkumpul lebih dari tiga orang, sesuai aturan pemerintah. Bahkan, warga Delft ada yang sempat didenda 400 euro atau setara Rp6,9 juta.

"Bahkan, sampai saya baca berita, polisi di Delft ini ngedatengin dan ngasih denda 400 euro (sesuai aturan) untuk suatu rumah yang ngadain housing party, dan yang menarik adalah yang ngelaporin itu tetangganya sendiri. Jadi, awareness dari warga Belanda itu sangat tinggi untuk mengikuti anjuran pemerintah terkait measurement ini," tutur Iqbal.

Untuk pembelajaran di Belanda pun saat ini tengah menerapkan pembelajaran online. Begitu juga Iqbal. Selama masa pandemik berlangsung, ia harus menahan diri bertemu dengan teman-temannya di kampus, karena harus melaksanakan kuliah online. Tidak hanya masa belajar, ujian juga dilakukan secara virtual.

(IDN Times/Arief Rahmat)

3. Pembeli di supermarket dibatasi dan harus mengantre hingga ke luar

Kondisi Belanda saat pandemik virus corona atau COVID-19. (Dok. Istimewa)

Saat ini kasus di Belanda memang mencapai puluhan ribu, namun masyarakat tetap terlihat tenang dan tidak panik. Menurut Iqbal, kepanikan masyarakat Belanda hanya terjadi pada pekan awal saat pengumuman social distancing diumumkan pemerintah.

Panic buying atau belanja kebutuhan secara berlebihan pun terjadi. Tetapi hanya berselang sepekan saja. Karena efek panic buying, Iqbal mengaku harus kehabisan kebutuhan sehari-hari di supermarket.

"Yang habis itu awal-awal kayak tisu toilet, sabun tangan, sama tepung. Beras sih aman untuk orang Indonesia. Sekarang stok makanan aman kok," kata dia.

Selama pemerintah Belanda menerapkan aturan menjaga jarak, supermarket di Belanda juga ikut melaksanakan aturan tersebut. Para pembeli di dalam supermarket dibatasi jumlahnya dan harus mengantre hingga di luar gedung supermarket.

Selain itu, protokol penggunaan masker, berbeda dengan di Indonesia, pemerintah Belanda rupanya justru tak mewajibkan warganya mengenakan masker saat di luar rumah, tapi utamanya warga tetap harus menjaga jarak.

"Gak sama sekali ada anjuran official kita keluar harus pakai masker kayak yang pemerintah Republik Ceko itu, tapi ada beberapa yang pakai juga," ucap Iqbal.

4. Belanda kekurangan ruang ICU dan akan ditambah 2.400 ruang ICU

(IDN Times/Teatrika Handiko Putri)

Saat berperang melawan COVID-19, sektor kesehatan tentu menjadi hal yang paling utama di seluruh negara. Pemerintah tentunya selalu mengutamakan kelengkapan medis yang ekstra guna menangani pasien COVID-19.

Begitu juga Belanda, kata Iqbal, hanya memiliki kapasitas ruang ICU sebanyak 1.400 unit. Sementara, saat ini pasien yang membutuhkan perawan intensif sudah mencapai 1.380 orang, sehingga pemerintah Belanda harus bekerja ekstra keras mencari tambahan ruang ICU untuk menangani pasien COVID-19.

"Jadi kayak sudah hampir menyentuh maksimal curve itu, tapi minggu ini lagi diusahain, katanya mau ditambah jadi 2.400 (ruang ICU)," kata Iqbal.

Baca Juga: Curahan Hati WNI di Turki yang Khawatir karena Terimbas COVID-19 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya