TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Yunani Anggarkan 1 Miliar Euro untuk Atasi Krisis Populasi

Beberapa negara lain juga diketahui punya kendala sama

ilustrasi bayi (unsplash.com/@bullmoose)

Intinya Sih...

  • Yunani meluncurkan rencana senilai 1 miliar euro untuk mengatasi krisis populasi dengan insentif finansial dan dukungan keluarga.
  • Para ahli skeptis terhadap kebijakan tersebut, menyatakan bahwa solusi finansial saja tidak cukup untuk mengatasi masalah populasi yang menurun.
  • Negara-negara lain juga mengalami penurunan jumlah warga usia produktif dan peningkatan populasi lansia, seperti Amerika Serikat dan Korea Utara.

Jakarta, IDN Times - Yunani telah meluncurkan rencana ambisius senilai 1 miliar euro (Rp16,5 triliun) untuk menghadapi krisis populasi yang semakin memburuk. Negara ini berupaya membalikkan tren penurunan angka kelahiran dengan serangkaian kebijakan insentif finansial dan dukungan keluarga, seperti pengurangan pajak, peningkatan tunjangan perawatan anak, dan voucer penitipan anak.

Dengan salah satu tingkat kesuburan terendah di Eropa, pemerintah Yunani khawatir akan dampak jangka panjang dari populasi yang menua dan menurunnya jumlah warga usia produktif. Meski begitu, para ahli tetap skeptis, dengan menyatakan bahwa solusi finansial saja tidak akan cukup untuk mengatasi masalah ini secara mendasar.

1. Yunani tidak sendirian dalam menghadapi ketakutan ini

ilustrasi bayi (unsplash.com/@ignaciocampo)

Para anggota parlemen di Yunani yang panik berusaha mengatasi krisis populasi yang mengancam dengan serangkaian insentif tunai yang dirancang untuk membalikkan angka kelahiran yang terus menurun di negara tersebut.

Dilansir Newsweek, kebijakan-kebijakan yang dirancang untuk memfasilitasi kehidupan keluarga—termasuk voucer khusus, tunjangan perawatan anak, dan pengurangan pajak—diumumkan oleh pemerintah pada 12 September. Namun, beberapa kritikus mengecam rencana tersebut, dengan mengatakan bahwa hal itu tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap bom waktu demografis yang mendekat. 

Istilah "bom waktu demografi" kerap digunakan untuk melukiskan penurunan populasi yang dihadapi negara-negara seperti Inggris dan Amerika Serikat, seperti yang dilaporkan BBC.

Yunani tidak sendirian dalam menghadapi ketakutan ini, dengan negara-negara anggota Uni Eropa bertemu pekan lalu untuk membahas laporan yang mengungkapkan tekanan yang akan terjadi pada sistem kesejahteraan dan keuangan publik akibat penurunan tajam jumlah warga usia produktif dan peningkatan populasi lansia.

Amerika Serikat menghadapi masalah serupa, dengan para ahli memperingatkan tentang "tsunami perak" setelah Biro Sensus AS mengatakan bahwa data menunjukkan pada tahun 2035 jumlah orang dewasa yang lebih tua akan melebihi jumlah anak-anak—pertama kalinya dalam sejarah Amerika.

Melansir Investopedia, "tsunami perak" atau silver tsunami mengacu pada pergeseran demografi yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah orang dewasa yang lebih tua di masyarakat, yang dipimpin oleh generasi baby boom. Populasi yang menua menimbulkan tantangan ekonomi dan sosial, termasuk biaya perawatan kesehatan yang lebih besar. Pengusaha juga menghadapi tantangan saat para pekerja ini pensiun.

2. Negara Asia seperti Jepang, China, Korea Selatan dan Utara diketahui mengalami kendala serupa

Stroller bayi (unsplash.com/@marslady)

Populasi China juga mengalami penurunan, sementara angka kelahiran di Jepang terus merosot. Korea Utara dilaporkan memberikan hukuman kepada pengecer yang menjual alat kontrasepsi sebagai upaya untuk menangani penurunan populasi mereka sendiri.

Namun, beberapa negara justru mengalami lonjakan populasi, dengan pertumbuhan populasi yang diperkirakan melonjak di Afrika; populasi Afrika Sub-Sahara diproyeksikan akan berlipat ganda pada tahun 2050, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meskipun sebagian besar pembuat kebijakan khawatir akan dampak populasi yang menua, dengan semakin sedikitnya pekerja untuk membayar perawatan orang tua atau menyediakan staf rumah sakit, sebagian pihak mengklaim bahwa tren ini pada akhirnya bisa mendatangkan manfaat. Beberapa aktivis lingkungan, misalnya, berpendapat bahwa pengurangan populasi global dapat membantu memerangi perubahan iklim.

Verified Writer

Tamara Rangkuti

Living proof that overthinking can be a full-time hobby.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya