TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

RI Gelar Konferensi Perempuan Afghanistan, Ini Poin Pentingnya!

Konferensi ini pertama kalinya digelar

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Asisten Menteri Luar Negeri Qatar, Lolwah Rashid Al-Khater dalam Conference on Afghan Women's Education (ICAWE) di Bali. (IDN Times/Sonya Michaella)

Jakarta, IDN Times - Untuk pertama kalinya, Indonesia menggelar International Conference on Afghan Women’s Education atau konferensi pendidikan perempuan Afghanistan. Konferensi ini digelar di Bali, Kamis (8/12/2022).

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menekankan kembali bahwa Indonesia selalu mendukung pembangunan kembali Afghanistan, salah satunya lewat konferensi ini.

Sebanyak 38 negara, 4 organisasi internasional, 9 LSM dan bisnis serta 9 tokoh perempuan dan akademisi hadir dalam acara ini.

Baca Juga: 15 Orang Tewas Akibat Serangan Bom di Sekolah Islam Afghanistan

1. Mendukung penuh pendidikan perempuan di Afghanistan

Retno membeberkan lima poin penting yang diangkat dalam konferensi ini. Melalui pertemuan ini, Indonesia juga mendapatkan situasi terbaru terkait Afghanistan.

“Kami juga menegaskan kembali dukungan kepada seluruh rakyat Afghanistan tanpa kecuali. Indonesia juga menegaskan kembali dukungan terhadap hak-hak perempuan, khususnya pendidikan,” kata Retno, dalam konferensi pers hari ini.

Selain itu, Indonesia juga berusaha mengidentifikasi kesenjangan dan mengumpulkan sumber daya untuk mendukung pendidikan perempuan di Afghanistan serta merancang rencana ke depan untuk negara tersebut.

2. Lebih dari 11 juta perempuan dan anak di Afghanistan butuh bantuan

Retno, mengutip data dari UN Women, membeberkan bahwa lebih dari 11 juta perempuan dan anak peremuan di Afghanistan sangat butuh bantuan kemanusiaan.

“Dari UNDP menyebutkan bahwa pembatasan terhadap perempuan dapat merugikan ekonomi Afghanistan sebesar 1 miliar dolar AS atau lima persen dari PDB-nya,” tutur Retno.

Sementara, Indeks Kesenjangan Gender pada 2021 menempatkan Afghanistan di urutan terakhir dari 156 negara.

“Dengan situasi ini, kita tidak bisa memilih untuk diam. Kita harus melakukan sesuatu,” ujar Retno.

Baca Juga: Menlu Retno dan Menlu China Bahas Penguatan Kerja Sama ASEAN

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya