TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

OKI Sambut Posisi Prancis Tak Standar Ganda soal Palestina

Prancis jadi tujuan terakhir para menlu OKI

Presiden Prancis, Emmanuel Macron. (twitter.com/Emmanuel Macron)

Jakarta, IDN Times - Dari London, Inggris, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi beserta 6 menteri luar negeri negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) terbang ke Paris, Prancis untuk bertemu dengan Presiden Emmanuel Macron.

Paris menjadi destinasi terakhir dari Retno dan menlu OKI guna mencari solusi dari kondisi Gaza saat ini yang masih digempur Israel.

“Diskusi dengan Presiden Macron cukup lama dan dilakukan sangat terbuka. Para menlu menyambut ucapan Presiden Macron bahwa “tidak ada double standard bagi Prancis (soal Gaza),” kata Retno dalam keterangannya, Kamis (23/11/2023).

“Para menlu mengharapkan agar Prancis menggunakan pengaruhnya terhadap negara lain untuk tidak terapkan double standard untuk kasus Palestina. Para menlu OKI kembali menekankan pentingnya gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan yang aman,” lanjut dia.

Baca Juga: Ratusan Pasien RS Indonesia Dievakuasi ke Gaza Selatan

1. Resolusi DK PBB diharapkan lebih kuat

Selain bertemu Macron, para menlu OKI dan juga Retno juga bertemu dengan Menlu Prancis Catherine Colonna. Dalam pertemuan ini, ditekankan lagi bahwa resolusi DK PBB soal Palestina harus lebih kuat.

“Dibahas lebih lanjut mengenai harapan para Menlu OKI mengenai perlunya sebuah Resolusi DK PBB yang lebih kuat dan komprehensif, terutama mengenai masalah bantuan kemanusiaan, dan OKI sangat mengharapkan dukungan dari Prancis,” ungkap Retno.

2. Tur 4 negara anggota tetap DK PBB untuk bicarakan soal Gaza

Pertemuan Menlu Retno Marsudi dan menlu negara OKI dengan Menlu Inggris David Cameron. (dok. X @Menlu_RI)

Kunjungan Retno ini adalah bagian dari mandat OKI kepada dirinya dan 6 menlu lain untuk membantu Palestina menemukan solusi dari kondisi saat ini di Gaza. Kunjungan ini dimulai dari China, Rusia, Inggris, dan terakhir adalah Prancis.

“Kita sangat berharap dengan diskusi yang terbuka ini, maka upaya untuk melakukan de-eskalasi akan dapat terus dilanjutkan, walaupun kita tahu masih terdapat perbedaan pandangan, terutama mengenai isu gencatan senjata,” ucap Retno.

“Dalam diskusi-diskusi tersebut, semua sepakat mengenai pentingnya bantuan kemanusiaan yang lebih besar dan cepat dari yang ada saat ini, mengingat situasi kemanusiaan di Gaza sudah sangat buruk,” katanya lagi.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya