TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menlu Retno: Relasi Indonesia-AS Harus Didasari Prinsip Inklusivitas

AS salah satu mitra terpenting Indonesia

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi. (dok. Kemlu RI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, menegaskan Amerika Serikat (AS) adalah salah satu mitra terpenting Indonesia. Soal ekonomi, proyeksi 2024 hingga 2025 akan terus tumbuh 5 persen.

“Perdagangan bilateral tumbuh 9,03 persen dalam lima tahun terakhir. Penguatan kerja sama ekonomi ini harus terus ditingkatkan,” kata Retno, dalam pembukaan forum bisnis bertajuk Elevating Indonesia-US Economic Relations under the Comprehensive Strategic Partnership, di Washington DC, Senin (26/8/2024).

Retno juga sempat menyambangi Festival WOW Indonesia yang digelar di Washington DC, untuk merayakan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan AS.

“Saya yakin forum ini akan menghasilkan komitmen baru, memajukan lagi kerja sama konkret Indonesia dan AS. Saya juga percaya kemitraan kita dapat berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan,” tegas Retno.

1. Angkat soal rantai pasokan global

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi. (dok. Youtube Fisipol UGM)

Retno mengangkat sejumlaj prioritas yang ingin terus dijalin antara Indonesia dan AS, khususnya soal rantai pasokan global yang harus dipastikan ketahanannya.

“Sebagai produsen nikel terbesar di dunia, Indonesia bisa jadi mitra terpercaya AS, dalam pasokan mineral penting yang berkelanjutan,” ucap Menlu.

"Indonesia juga menilik Undang-Undang Pengurangan Inflasi (IRA) sebagai peluang besar untuk memperkuat kemitraan kita di bidang mineral penting, termasuk nikel,” sambungnya.

Oleh karena itu, kata Retno, pembentukan Perjanjian Mineral (CMA) dengan AS dinilai sangat penting, agar Indonesia bisa menjadi pemasok kebutuhan bateral EV di AS untuk jangka panjang.

Baca Juga: Menlu Retno Buka WOW INDONESIA! Festival di AS

2. Mendorong pertumbuhan ekonomi hijau

Menlu RI Retno Marsudi dan Menlu AS Antony Blinken. (dok. Gallery ASEAN 2023)

Retno menyebutkan upaya percepatan transisi energi memerlukan investasi yang sangat besar. Indonesia sendiri diperhitungkan bakal memerlukan 25-30 miliar dolar AS untuk mendanai energi transisi enam tahun ke depan.

“Kami berharap AS tetap menjadi mitra kami untuk mendukung perkembangan ekonomi hijau Indonesia, investasi dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan yang terjangkau di Indonesia, termasuk lewat kerangka JETP,” ungkap Retno.

JETP bakal memungkinkan adanya kolaborasi antara pemilik sumber daya alam teknologi dan investasi yang sangat dibutuhkan, sehingga perekonomian dapat dirasakan oleh masyarakat global secara adil.

 

Baca Juga: Pertamina Kenalkan Program Keberlanjutan di WOW Indonesia Festival

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya