TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Filipina dan Taiwan Tolak Keras Peta Baru China

Laut China Selatan jadi sengketa Filipina dan China

Personel penjaga pantai Filipina sedang mengamati armada milik China di daerah Sabina Shoal, Kepulauan Spratly, Laut China Selatan pada 27 April 2021. (Facebook.com/Philippines Coast Guard)

Jakarta, IDN Times - Setelah India dan Malaysia, kini giliran Filipina yang menolak keras perilisan peta baru China. Filipina menuding Beijing mengklaim wilayah mereka.

Filipina menolak peta tersebut karena mencantumkan garis putus-putus di sekitar wilayah Laut China Selatan yang disengketakan. Padahal kasus arbitrase di Mahkamah Internasional ini dimenangkan oleh Filipina pada 2016.

“Peta ini adalah upaya terbaru untuk melegitimasi kedaulatan dan yuridiksi China atas wilayah dan zona maritim Filipina dan tidak memiliki dasar berdasarkan hukum internasional,” kata Kementerian Luar Negeri Filipina dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Channel News Asia, Jumat (1/9/2023).

Baca Juga: Peta Baru China Diprotes Malaysia, Ada Laut China Selatan

1. Klaim China ditolak Mahkamah Internasional pada 2016

China mengklaim kedaulatan di hampir seluruh bagian Laut China Selatan, yang menjadi jalur perdagangan internasional senilai triliunan dolar setiap tahunnya. Namun, pada 2016 lalu, klaim China ini ditolak oleh Mahkamah Internasional.

Kasus ini diajukan oleh Filipina ke Mahkamah Internasional karena klaim China tersebut tidak sesuai dengan konvensi PBB tentang hukum laut.

Pernyataan China sebelumnya datang berdasarkan sebuah peta yang diterbitkan pada 1947, yang menunjukkan adanya nine dash line atau sembilan garis yang terhubung dari selatan China, tepatnya di Pulau Hainan.

2. Taiwan juga keberatan dengan peta baru China

Bendera Taiwan. (Pixabay.com/Chickenonline)

Peta baru China ini juga mendapat keberatan dari Taiwan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Jeff Liu mengatakan bahwa China tidak pernah memerintah Taiwan.

“Ini adalah fakta yang diakui secara universal dan status quo di komunitas internasional,” kata Liu.

Baca Juga: Rivalitas China-AS, Uni Lubis: China Lebih Serius Dekati Indonesia

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya