TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belanda Resmi Akui Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 

Kemerdekaan RI versi Belanda sebelumnya 27 Desember 1949

Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, ketika berkunjung ke Indonesia tahun 2016 (www.twitter.com/@NLIndonesia)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, akhirnya mengakui Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Rutte menegaskan hal ini dalam debat penyelidikan Perang Kemerdekaan Indonesia di Den Haag.

Dilansir Algemmen Dagblad, pada Kamis (15/6/2023) Rutte menegaskan bahwa Belanda mengakui sepenuhnya dan tanpa syarat bahwa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.

“Secara de facto, Belanda sudah mengakui kemerdekaan Indonesia. Hampir setiap tahun, Raja Belanda mengirim ucapan selamat ke Indonesia pada 17 Agustus,” kata Rutte.

Meski demikian, tanggal yang dirujuk oleh Belanda adalah 27 Desember 1949, ketika Belanda menyerahkan kedaulatan Indonesia.

Baca Juga: Belanda Tangkap Lebih dari 1.500 Aktivis Iklim

1. Perang kemerdekaan Indonesia sempat jadi perdebatan

Mark Rutte kembali terpilih sebagai Perdana Menteri Belanda setelah memenangkan Pemilu Belanda untuk yang keempat kalinya. (Instagram.com/minpres)

Sementara itu, DPR Belanda sempat memperdebatkan perang kemerdekaan Indonesia dari 1945 hingga 1949, yang diterbitkan pada Februari 2023.

Laporan ini menggambarkan kengerian perang saat itu, meski ditekankan bahwa tidak ada kekerasan insidental dari Belanda. Namun, kekerasan skala besar oleh Angkatan Bersenjata Belanda kala itu sengaja dikerahkan.

Pada 2011, kabinet Belanda sempat meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas penjajahan yang dilakukan di masa lampau.

2. Permintaan maaf dari Belanda ke Indonesia

Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral dengan PM Belanda, Mark Rutte (dok. Sekretariat Presiden)

Pada 2020, Rutte sempat menolak meminta maaf ke Indonesia atas penjajahan negaranya. Ia berpendapat bahwa hal tersebut malah akan akan mempertajam polarisasi di masyarakat Belanda.

Pemikiran Rutte kemudian berubah ketika melakukan kunjungan ke salah satu negara bekas koloni Belanda, Suriname. Melalui pidatonya tahun lalu, ia merasa perlu adanya pembicaraan mendalam tentang topik ini.

“Sebagian karena seluruh diskusi yang muncul seputar gerakan Black Lives Matter. Itu benar-benar membuat saya berpikir berbeda tentang topik ini,” ucap Rutte, kala itu.

Pada pernyataan resminya, Rutte berpendapat bahwa meskipun sudah tidak ada lagi orang yang hidup di masa tersebut, hal ini masih menjadi bab sejarah yang belum terselesaikan.

Oleh karena itu, pada peringatan 150 tahun penghapusan perbudakan di Belanda yang jatuh pada tahun depan, ia berharap topik besar ini dapat terus dibicarakan dan didiskusikan.

Baca Juga: Inggris-Belanda Sepakat Bikin Koalisi Internasional Dukung Ukraina

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya