TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ribuan Pelayat Iringi Pemakaman Atlet Olimpiade Uganda

Pemakaman dilakukan secara militer

Rebecca Cheptegei di Budapest 2023 di Kejuaraan Atletik Dunia (Narnabi, CC BY-SA 4.0, via Wikimedia Commons)

Intinya Sih...

  • Ribuan orang di Uganda menghadiri pemakaman Rebecca Cheptegei, atlet Olimpiade yang meninggal karena dibakar oleh pasangannya di Kenya.
  • Cheptegei mendapat penghormatan militer dan diberikan upacara pemakaman dengan khidmat serta tembakan salvo dari para perwira militer yang hadir.
  • Kematian tragis Cheptegei menyoroti perlunya perlindungan bagi atlet perempuan di Afrika Timur yang rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi.

Jakarta, IDN Times - Ribuan orang di Uganda berkumpul pada Sabtu (14/9/2024) untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Rebecca Cheptegei, atlet Olimpiade yang meninggal pekan lalu di Kenya setelah dibakar oleh pasangannya. Pemakaman dengan upacara militer ini berlangsung di sebuah kota terpencil dekat perbatasan Kenya.

Rebecca Cheptegei, yang juga menjabat sebagai sersan di angkatan darat Uganda, mendapat penghormatan khusus dari militer. Upacara ini menjadi momen duka mendalam bagi masyarakat Uganda dan komunitas olahraga dunia yang kehilangan sosok inspiratif.

1. Dilakukan upacara pemakaman militer

Upacara pemakaman Rebecca Cheptegei berlangsung khidmat, dengan kehadiran ribuan pelayat di lapangan olahraga distrik Bukwo. Sebagai anggota militer dengan pangkat sersan, Cheptegei mendapat penghormatan penuh, termasuk tembakan salvo dari para perwira militer yang hadir. Juru bicara militer, Brigadir Felix Kulayigye, menyatakan bahwa penghormatan ini sesuai dengan pangkat dan jasa Cheptegei.

Selain keluarga dan kerabat, banyak atlet dan tokoh masyarakat yang hadir memberikan penghormatan terakhir. Ajilong B Modestar, Komisaris Distrik Bukwo, menyampaikan belasungkawa mendalam dan mengecam keras kekerasan yang menimpa Cheptegei. "Sebagai bangsa, kita berada dalam masa yang sangat kelam. Kita harus menghentikan tindakan kekerasan terhadap perempuan," tegasnya, dilansir dari The Guardian.

2. Sudah ada 4 atlet perempuan yang tewas karena kekerasan dari pasangan

Cheptegei (33 tahun), mengalami luka bakar hingga 80% di tubuhnya setelah disiram bensin oleh Dickson Ndiema pada 3 September di rumahnya di Trans-Nzoia County, Kenya barat. Pelaku, yang juga menderita luka bakar hingga 30%, kemudian meninggal karena lukanya. Menurut laporan kepala desa setempat, mereka bertengkar mengenai sebidang tanah yang dibeli oleh Cheptegei di Kenya.

Kematian tragis Cheptegei menjadi peringatan akan perlunya perlindungan lebih baik bagi atlet perempuan yang rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan. Dilansir dari Associated News, kasus ini menambah daftar panjang kekerasan berbasis gender di Kenya, yang telah menewaskan empat atlet perempuan dalam beberapa tahun terakhir akibat kekerasan dari pasangannya.

Verified Writer

Sanggar Sukma

Mahasiswa

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya