TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Usai Penembakan Christchurch, Warga Serahkan Ribuan Senjata

Dalam sebulan, lebih dari 10.000 senjata telah diserahkan

ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Wellington, IDN Times - Ribuan senjata api diserahkan oleh warga Selandia Baru kepada pemerintah dalam satu bulan terakhir. Melalui skema buyback atau pembelian kembali, pemerintah mencoba mengurangi jumlah senjata api yang ada di masyarakat usai penembakan di Christchurch terjadi pada Maret lalu.

Ini merupakan skema buyback pertama yang dijalankan oleh Selandia Baru dan hasilnya cukup mengejutkan.

Tragedi Christchurch merupakan salah satu yang terkelam dalam sejarah Selandia Baru. Sebanyak 51 orang tewas dan 49 lainnya terluka ketika pelaku melakukan aksinya di dua masjid berbeda ketika salat Jumat sedang berlangsung.

1. Lebih dari 10.000 senjata sudah diserahkan

ANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su

Menurut keterangan otoritas berwenang yang dikutip The Guardian, sejak pertama kali program buyback dilangsungkan pada pertengahan Juli kemarin, sudah ada lebih dari 10.000 senjata api yang diserahkan kepada pemerintah. Perdana Menteri Jacinda Ardern mengatakan untuk melancarkan skema buyback tersebut, pemerintah membutuhkan anggaran hampir Rp1 triliun hingga Rp2 triliun.

Dengan ini, maka beberapa jenis senjata api, termasuk senjata semi-otomatis, berstatus ilegal. ABC News melaporkan warga Selandia Baru pertama kali menyerahkan senjata mereka dalam suatu acara khusus di Christchurch yang hanya berjarak beberapa kilometer dari tempat kejadian perkara. Setelahnya, lebih dari 70 acara yang sama diselenggarakan di berbagai lokasi.

Baca Juga: Penjual Senjata ke Pelaku Penembakan Christchurch Ingin Buka Toko Baru

2. Kepolisian Selandia Baru mengaku bahagia

ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Dalam sebuah pernyataan resmi, kepolisian Selandia Baru mengaku "sangat bahagia" dengan respons masyarakat dan para pemilik senjata api yang positif.

"Kami berharap, berdasarkan apa yang orang Australia katakan kepada kami soal pengalaman [pembelian senjata kembali] yang mereka alami di pertengahan 1990-an, bahwa kami akan menerima lonjakan besar di awal, menurun di tengah, kemudian melonjak lagi di akhir," ujar Deputi Komisioner, Mike Clement.

"Awalnya, beberapa orang mengeluh dan tidak begitu melihat perlunya perubahan hukum. Namun, saya kira mereka kini membuka diri terhadap fakta bahwa keputusan sudah dibuat dan ini adalah arah yang diambil oleh Selandia Baru," lanjut Clement.

3. Tak semua pihak senang dengan keputusan pemerintah

ANTARA FOTO/REUTERS/Edgar Su

Walau trennya terlihat baik, tapi ada juga kelompok masyarakat yang menganggap reformasi senjata ini tidak adil terhadap pemilik senjata. Misalnya, pemilik retail senjata terbesar di Selandia Baru, Gun City, yang justru membuka cabang di dekat lokasi penembakan. Polisi juga mengatakan bahwa di Gun City lah pelaku, Brenton Tarrant, memperoleh senjatanya.

Gun City pun sempat memprotes kebijakan ini dengan menyebutnya sebagai proses tak masuk akal dan tak demokratis. Pemiliknya, David Tipple, memimpin penandatanganan petisi pemilik senjata dan permintaan untuk pemerintah menginvestigasi bagaimana Tarrant bisa memperoleh izin. Dalam petisi itu, ia menyebut perlu ada periode konsultasi publik mendalam soal perubahan peraturan senjata api di Selandia Baru.

4. Beberapa lainnya mengaku tak diajak bicara

ANTARA FOTO/REUTERS/Jorge Silva

Pihak lainnya yang memprotes skema buyback ini adalah Nicole McKee dari Dewan Pemilik Senjata Api Berlisensi (COLFO). Menjelang acara pengumpulan senjata pertama pada bulan lalu, ia mengaku banyak pemilik senjata api yang patuh hukum tidak diajak bicara tentang perubahan peraturan maupun program pembelian kembali itu.

"Ada 250.000 orang anggota kami di Selandia Baru dan ketika Anda menambahkan anggota keluarga dan mereka yang terdampak (aturan) ini—kita bicara soal lebih dari satu juta orang— jadi saya pikir kami punya hak bicara," ucap McKee. "Kami sama sekali tak senang dengan paket kompensasi yang ditawarkan pemerintah. Ini tak adil dan tak masuk akal."

Baca Juga: PM Selandia Baru Umumkan Rencana Larangan Senjata Semi-Otomatis

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya