TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Berkonflik dengan Palestina, Israel Siap Rangkul Arab Saudi

Mereka dipersatukan oleh musuh bersama yang bernama Iran

ANTARA FOTO/REUTERS

Tel Aviv, IDN Times - Menteri Urusan Intelijen Israel, Yisrael Katz, berkata kepada media online Arab Saudi, Elaph bahwa negaranya mengundang Putra Mahkota Mohammad bin Salman untuk berkunjung ke Tel Aviv. Salah satu tujuannya adalah untuk mengawasi negosiasi damai antara Israel dan Palestina. Katz mengonfirmasi undangan tersebut kepada media Israel, Haaretz, pada Kamis (14/12).

Namun, seperti dilaporkan Haaretz, Elaph sengaja mengedit bagian tersebut. Pasalnya, Arab Saudi tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Arab Saudi sendiri adalah salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Palestina, tapi dalam beberapa tahun terakhir kerajaan tersebut menghadapi musuh yang sama dengan Israel: Iran.

Baca juga: OKI Akui Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Palestina

1. Israel membuka diri untuk bekerja sama lebih dekat dengan Arab Saudi.

ANTARA FOTO/REUTERS/Francois Lenoir

Katz menyanjung Arab Saudi sebagai "pemimpin dunia Arab". Ia juga menawarkan agar negosiasi damai antara Israel dan Palestina bisa diawasi oleh negara itu. Rekomendasi agar Arab Saudi ikut memasuki arena negosiasi bisa dilihat sebagai upaya Israel untuk semakin mendekatkan diri dengan kerajaan Islam tersebut. 

Padahal, pada level diplomatik, Arab Saudi baru saja mengungkapkan protesnya terhadap keputusan unilateral Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Raja Salman menyampaikan pernyataannya melalui sebuah siaran televisi.

"Kerajaan menyerukan adanya solusi politik untuk menyelesaikan krisis regional, terutama mengenai isu Palestina dan restorasi hak warga Palestina yang sah, termasuk untuk mendirikan negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota," kata Raja Salman, seperti dilansir dari Al Jazeera.

Meski begitu, Arab Saudi hanya mengirimkan menteri luar negerinya ke Konferensi Luar Biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul yang topik utamanya adalah kesepakatan untuk mendukung Palestina dan memprotes Amerika Serikat serta Israel.

2. Potensi mendekatnya kedua negara dilatarbelakangi oleh persepsi ancaman dari Iran.

ANTARA FOTO/Leader.ir/Handout via REUTERS

Situasi di Timur Tengah terbilang semakin rumit. Ketika Palestina sangat membutuhkan bantuan dari negara-negara lain, salah satunya Arab Saudi, di waktu yang sama posisi Iran di regional juga masih dianggap mengancam.

Haaretz melaporkan pejabat senior dari militer Israel berkata kepada koran Arab Saudi bahwa kedua negara sudah menyepakati Iran sebagai "ancaman terbesar untuk regional". Bagi sebagian orang, ini bukan pernyataan yang mengejutkan.

Iran mendanai kelompok Hezbollah di Lebanon yang berambisi untuk menghancurkan negara Israel. Amerika Serikat sendiri menyebut kelompok itu sebagai organisasi teroris. Di saat bersamaan, Arab Saudi terlibat dalam perang proksi di Yaman di mana jejak campur tangan Iran juga ditemukan di sana.

Yaacov Nagel, mantan penasihat keamanan nasional Benjamin Netanyahu, berkata bahwa Arab Saudi sebenarnya sangat bersedia untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel demi melawan Iran.

Bahkan, kata Nagel, Arab Saudi tidak peduli kesepakatan apa yang akan dicapai dengan warga Palestina asalkan bisa mengatasi ancaman Iran. "Mereka hanya harus berkata ada kesepakatan antara Israel dan Palestina, mereka tak peduli, mereka tak acuh dengan apa yang ada dalam perjanjian itu," ucapnya, dikutip dari The Telegraph.

Al Jazeera juga mempublikasikan artikel yang menyebutkan pejabat Arab Saudi dan Israel dilaporkan bertemu beberapa kali. Bahkan, Kepala Staf Perdana Menteri Israel Gadi Eizenkot berkata kepada Elaph bahwa negaranya siap membagi informasi intelijen tentang Iran kepada Arab Saudi.

Baca juga: Yerusalem Jadi Ibu Kota Israel, Negara Timur-Tengah Hanya Bisa Jadi Penonton

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya