TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Anak Muda Pilih Capres Progresif, Orang Tua Mau Pertahankan Status Quo

Terbelahnya suara pemilih Partai Demokrat jelang Pilpres AS

Bakal calon presiden Amerika Serikat 2020 Demokrat Bernie Sanders berbicara dalam sebuah reli di University of Michigan di Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat, pada 8 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Lucas Jackson

Washington DC, IDN Times - Pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk memilih kandidat Presiden yang akan mewakili partai tersebut berlangsung panas pada Selasa (10/3). Setelah 13 negara bagian dan satu teritori melangsungkan Super Tuesday pada minggu lalu, pemilihan kali ini diikuti oleh enam negara bagian.

Keenamnya adalah Michigan dan Washington (dengan ketersediaan jumlah suara terbanyak), lalu Idaho, Mississippi, Missouri dan North Dakota. Dari hasil sementara bisa diprediksi bahwa Joe Biden, mantan Wakil Presiden era Barack Obama, unggul dari rivalnya yaitu Bernie Sanders.

Baca Juga: Dalam 24 Jam, Bernie Sanders Dapat Donasi Rp83 Miliar untuk Pilpres

1. Kelompok pemilih muda mendukung Bernie, sedangkan orang tua memberikan suara untuk Biden

Bakal calon presiden Amerika Serikat 2020 Demokrat Bernie Sanders berbicara dalam sebuah reli di University of Michigan di Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat, pada 8 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Lucas Jackson

Berdasarkan data yang dikumpulkan The New York Times, mayoritas anak muda berusia 18 sampai 29 tahun mendukung Bernie untuk memenangkan tiket sebagai kandidat presiden yang akan menantang petahana Donald Trump pada November mendatang. Mereka yang berusia antara 30 hingga 39 tahun juga lebih banyak berada di kubu Bernie.

Perbedaannya pun sangat mencolok dengan Biden. Data yang sama memperlihatkan ia unggul di kalangan pemilih berumur 50 sampai 64 tahun, dan lebih tinggi lagi di kelompok usia di atas 65 tahun. Pemilih berusia 40 hingga 49 tahun hampir berbagi dukungan, meski Biden mendapatkan sedikit lebih banyak suara dibandingkan Bernie.

Anggota Kongres termuda dari Partai Demokrat sekaligus pendukung Bernie, Alexandria Ocasio-Cortez (AOC), menilai adanya jurang antar-generasi. Lewat Instagram Live, AOC mengatakan ini adalah "malam yang berat", tapi mengingatkan bahwa pihaknya tak menyalahkan para pemilih atas kekalahan Bernie.

2. Generasi muda menginginkan perubahan progresif, sedangkan generasi tua berniat mempertahankan status quo

Mantan Wakil Presiden Joe Biden yang mencalonkan diri untuk presiden Amerika Serikat dari Demokrat berorasi saat kampanye di Detroit, Michigan, Amerika Serikat, pada 9 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid

Sejumlah pandit politik Amerika Serikat pun berpandangan kemenangan Biden untuk sementara ini mengungkap sesuatu yang sudah cukup lama menjadi perdebatan. Bernie dianggap sebagai bakal calon yang progresif dan tidak tanggung-tanggung dalam mengkritik para petinggi Partai Demokrat dengan menyebut mereka melakukan politik gaya lama.

Sedangkan Biden dipandang sebagai representasi status quo yang menilai situasi politik dan ekonomi di Amerika Serikat tidak perlu banyak berubah, walau mereka ingin menyingkirkan Donald Trump dari Gedung Putih. Bernie populer di kalangan pemilih muda yang liberal serta sangat khawatir terhadap perubahan iklim, hak-hak reproduksi, layanan kesehatan hingga keadilan ekonomi, dan rasial.

Sementara Biden mendapat sokongan dana dari para konglomerat yang menguasai sektor energi berbasis fosil, farmasi, hingga Wall Street. Biden menegaskan ia menolak proposal layanan kesehatan gratis bagi semua warga Amerika Serikat yang diunggulkan oleh Bernie. Di bidang pendidikan, Bernie mendorong semua sekolah dan kampus publik gratis sehingga anak muda tak lagi berutang, sementara Biden sebaliknya.

Untuk kebijakan luar negeri, Bernie memamerkan catatan voting di Kongres bahwa selama ini ia menolak perang Irak. Biden, di sisi lain, mendukung keputusan Presiden George W. Bush untuk menginvasi negara tersebut dan menggulingkan Saddam Hussein walau kemudian diketahui tak ada ancaman senjata pemusnah massal seperti yang digaungkan pemerintah.

3. Identitas partai dianggap penting bagi mayoritas para pemilih Partai Demokrat

Bakal calon presiden Amerika Serikat 2020 Demokrat Senator Bernie Sanders menyapa pendukung di Springfield, Massachusetts, Amerika Serikat, pada 28 Februari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Jonathan Ernst

Faktor yang turut menjegal Bernie adalah status sebagai anggota Partai Demokrat atau bukan. Bernie selama ini berkarier di bidang politik lewat jalur independen, kecuali ketika mengajukan diri sebagai bakal calon presiden di mana ia bertarung mewakili partai biru itu.

Hanya saja, pernyataan dan sikap Bernie cukup kabur dalam hal ini. Ia secara terbuka menyerang Partai Demokrat dan Partai Republik yang dianggapnya sebagai bagian dari para penguasa yang menolak perubahan. Sayangnya, ini menimbulkan masalah tersendiri bagi Bernie dan menguntungkan untuk Biden.

Menurut survei Data for Progress dan YouGov yang dirilis pada Selasa (10/3), sebanyak 44 persen pemilih Partai Demokrat percaya keanggotaan partai "sangat penting", sedangkan 37 persen menilai "cukup penting". Hanya 15 persen yang menganggap "tidak terlalu penting" dan empat persen "tidak penting sama sekali". Mayoritas yang yakin identitas partai sangat penting berada di kubu Biden.

Baca Juga: Profil Joe Biden, Mantan Wapres yang Kini Nyapres

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya