Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Serbia menjadi perhatian dunia setelah lebih dari 100 ribuan orang turun ke jalan untuk menolak proyek tambang lithium terbesar di Eropa yang diusulkan oleh perusahaan tambang multinasional, Rio Tinto. Ketakutan yang mengiringi proyek ini telah memicu demonstrasi besar-besaran di seluruh negeri.
Proyek yang sebelumnya dibatalkan pada tahun 2022 setelah gelombang protes nasional tersebut, kini telah kembali diberi izin untuk dilanjutkan. Rencana penambangan ini menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat, termasuk petani, penduduk lokal, dan aktivis lingkungan, yang khawatir bahwa tambang tersebut dapat mengakibatkan bencana kemanusiaan dan lingkungan. Mengutip Notebook Check dan NPR, berikut ini adalah ringkasan alasan di balik eskalasi protes yang terjadi di Serbia.
1. Proyek tambang lithium dinilai jadi ancaman terhadap kesehatan lingkungan dan kemanusiaan
ilustrasi lahan tambang (unsplash.com/Albert Hyseni) Salah satu kekhawatiran terbesar bagi para aktivis dan warga lokal Serbia adalah kemungkinan pencemaran lingkungan akibat penambangan lithium. Proses penambangan yang direncanakan akan memerlukan penggunaan ribuan ton dinamit dan asam sulfat setiap harinya untuk mengekstrak lithium dari batu, yang berpotensi mencemari air tanah, sumber air minum bagi komunitas setempat.
Vladan Jakovljevic, seorang peternak lebah di Lembah Jadar, merasa cemas bahwa pencemaran air dapat memusnahkan populasi lebah yang mana berperan penting dalam penyerbukan tanaman dan menjaga keseimbangan ekosistem. Ironisnya, meskipun lithium digunakan dalam baterai untuk perangkat elektronik dan mobil listrik guna mengurangi emisi karbon. Tujuan tersebut bisa saja terhambat jika lingkungan lokal menjadi rusak dan kesehatan masyarakat terancam.
Lithium adalah komponen penting dalam baterai yang digunakan di berbagai perangkat elektronik dan kendaraan listrik, yang permintaannya meningkat di tengah transisi global menuju penggunaan energi rendah karbon. Tambang di Lembah Jadar diperkirakan mampu memenuhi sekitar 90 persen kebutuhan lithium Eropa, sehingga sangat strategis bagi industri kendaraan listrik di benua ini. Namun, ketergantungan pada tambang ini menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan dalam menjawab kebutuhan global tersebut.
2. Proyek tambang lithium akan melibatkan pembukaan sekitar 800 hektar hutan dan penghancuran lahan pertanian
ilustrasi lahan pertanian (unsplash.com/Lucas Gallone) Proyek tambang lithium di Jadar Valley akan melibatkan pembukaan sekitar 800 hektar hutan dan penghancuran lahan pertanian yang produktif. Selain itu, ratusan keluarga akan dipaksa untuk pindah dari rumah mereka, yang menambah dimensi kemanusiaan pada masalah ini.
Masyarakat setempat yang telah lama menggantungkan hidup pada pertanian dan lingkungan sekitarnya memandang proyek ini sebagai ancaman langsung terhadap mata pencaharian dan kehidupan mereka. Pengrusakan alam secara besar-besaran ini menjadi salah satu alasan kuat di balik protes, dengan slogan-slogan seperti "You will not dig" dan "Rio Tinto, leave Serbia" menggema di seluruh negeri.
Baca Juga: Ormas Keagamaan Diberi Izin Tambang, Prabowo: Apa Salahnya?
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
3. Dibangunnya proyek tambang juga didorong oleh faktor politik dan ekonomi
Proyek tambang ini juga dipengaruhi oleh faktor politik dan ekonomi internasional. Serbia sedang dalam proses untuk bergabung dengan Uni Eropa, dan proyek tambang ini mendapat dukungan dari Jerman, negara dengan ekonomi terbesar di Eropa yang memiliki industri kendaraan listrik besar.
Bagi banyak kritikus, dukungan ini mencerminkan tekanan politik dan ekonomi terhadap Serbia untuk memprioritaskan kebutuhan industri Eropa, sementara dampak lokal diabaikan. Banyak yang mempertanyakan mengapa tambang ini ditempatkan di Serbia, padahal negara-negara Eropa lainnya juga memiliki cadangan lithium.