TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta-Fakta Kunjungan Presiden Assad China, Suriah Merapat

Seiring meningkatnya jangkauan Beijing di Timur Tengah

Ilustrasi bendera Suriah. (unsplash.com/engin akyurt)

Jakarta, IDN Times - Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tiba di China menggunakan maskapai China Air pada Kamis (21/9/2023). Assad datang memenuhi undangan resmi dari Presiden Xi Jinping dengan didampingi istrinya serta delegasi politik dan ekonomi.

Lawatan Assad tersebut menjadi kunjungan pertamanya ke negara itu, sejak dimulainya konflik Suriah selama lebih dari satu dekade, di mana Beijing menjadi salah satu pendukung utamanya.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan Assad akan menghadiri pembukaan Asian Games di Hangzhou pada 23 September. Dia juga akan mengikuti jamuan makan malam serta kegiatan bilateral lainnya, bersama dengan beberapa pejabat asing, termasuk Raja Kamboja Norodom Sihamoni dan putra mahkota Kuwait Sheikh Meshal Al Ahmed Al Jaber.

"Kunjungan Presiden Assad ke China akan semakin memperdalam rasa saling percaya politik dan kerja sama di berbagai bidang antara kedua negara, serta mendorong hubungan bilateral ke tingkat yang baru," kata Mao, seraya menambahkan bahwa kedua negara memiliki tradisi persahabatan yang mendalam, yang mempertahankan perkembangan yang sehat dan stabil selama bertahun-tahun, dikutip dari AP News.

Baca Juga: Erdogan Siap Bertemu Presiden Suriah Assad untuk Dialog Damai 

Baca Juga: Presiden Suriah Kunjungi China, Minta Bantuan Dana?

1. Tentang kunjungan Assad ke China

Beijing melaporkan, Assad dan Xi dijadwalkan bertemu pada Jumat, untuk pembicaraan mendalam mengenai berbagai masalah. Sementara itu, pihak Damaskus mengatakan bahwa Presiden Suriah juga akan mengadakan pertemuan lainnya di Beijing pada Minggu dan Senin.

Kunjungan Assad ini disebut sebagai upaya mencari dukungan finansial, guna membantu membangun kembali negaranya yang hancur.

Assad terakhir kali mengunjungi China pada 2004, untuk bertemu dengan Presiden saat itu, Hu Jintao. Lawatan Assad ini menjadi kunjungan pertama kepala negara Suriah ke Negeri Tirai Bambu, sejak kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada 1956, Reuters melaporkan.

2. Dukungan Beijing untuk Assad dalam konflik di Suriah

Beijing bersama Rusia dan Iran, telah mempertahankan hubungan dan menunjukkan dukungan, ketika negara-negara lain mengisolasi Assad.

Ini terkait dengan konflik yang meletus di Suriah pada 2011, yang bermula dari protes prodemokrasi dan menjadi perang saudara. Konflik tersebut pun telah menewaskan lebih dari 500 ribu orang, membuat jutaan orang mengungsi, serta merusak infrastruktur dan industri negara tersebut.

Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Beijing telah menggunakan hak vetonya sebanyak delapan kali guna menghentikan resolusi mengenai pemerintahan Assad, yang terbaru pada Juli 2020. Ini juga termasuk beberapa resolusi yang memperluas operasi bantuan lintas batas ke wilayah barat laut yang dikuasai pemberontak.

Pada Juni di Majelis Umum PBB, Beijing bersama Damaskus, Moskow, dan Teheran mengajukan keberatan atas pembentukan badan independen untuk memperjelas nasib ribuan orang yang hilang, sejak konflik berkecamuk.

3. Suriah tergabung dalam Belt and Road Initiative China

Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

Di sisi lain, dukungan yang diberikan oleh China adalah dengan memainkan peran utama dalam rekonstruksi Suriah, yang diperkirakan menelan biaya fantastis. Pada Januari 2022, Suriah bergabung dengan program infrastruktur dan perdagangan 'Belt and Road Initiative'. 

Ini merupakan tindak lanjut dari pembahasan Assad dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) China, Wang Yi, setahun sebelumnya. Pada 2019, Wang mengatakan kepada Menlu Suriah saat itu, Walid Muallem, bahwa China dengan tegas mendukung rekonstruksi ekonomi suriah dan upayanya untuk memerangi terorisme.

Sejak konflik terjadi di negara itu, Suriah dilanda krisis ekonomi yang parah. Hal tersebut menyebabkan protes di wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah, khususnya di provinsi selatan Sweida. Damaskus menuding krisis itu disebabkan sanksi Barat serta pejuang pimpinan Kurdi dukungan Amerika Serikat yang menguasai ladang minyak terbesar di negara itu, di wilayah timur dekat perbatasan dengan Irak.

Baca Juga: Krisis Ekonomi Suriah kian Parah, PBB Minta Bantuan Donatur

Verified Writer

Rahmah N

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya