TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Korsel Krisis Tenaga Kardiologi di tengah Aksi Mogok Dokter

Berimbas pada 20 ribu operasi kanker jantung dan paru-paru

Ilustrasi tindakan operasi oleh dokter. (unsplash.com/Natanael Melchor)

Jakarta, IDN Times - Sistem perawatan kesehatan Korea Selatan (Korsel) sedang berjibaku menghadapi kekurangan dokter spesialis kardiologi parah. Ini merupakan imbas dari aksi mogok dokter nasional yang telah memasuki bulan ketujuh. 

Data terbaru dari Perhimpunan Bedah Toraks dan Kardiovaskular Korea melaporkan, hanya 12 dari 107 dokter residen kardiologi di Negeri Ginseng yang masih bertugas.

Studi yang dilakukan selama tiga hari pada pekan lalu menunjukkan, 75 residen telah mengundurkan diri dan 20 residen lainnya masih dalam proses pengajuan pengunduran diri. Bahkan, beberapa wilayah utama, seperti Provinsi Gangwon dan Chungcheong Utara, kini sama sekali tidak memiliki residen kardiologi, dilansir Korea Herald, pada Senin (29/7/2024).

1. Kepadatan jadwal kardiologi membuatnya kurang diminati

Di bawah sistem perawatan kesehatan terpusat di Korsel, Kementerian Kesehatan setiap tahun menetapkan kuota residensi nasional berdasarkan spesialisasi dan wilayah.

Spesialisasi dalam bidang kedokteran darurat dan perawatan kritis, secara tradisional kesulitan menarik minat kandidat karena jam kerja yang panjang dan prospek karier yang terbatas.

Menurut data dari Korean Intern Resident Association, dokter residen kardiologi menghadapi jadwal yang sangat padat. Mereka bekerja rata-rata 102,1 jam seminggu pada 2022, di mana jumlah tersebut 30 persen lebih tinggi dari dokter residen di semua spesialis medis.

"Dengan hanya 12 residen, mustahil untuk melakukan 20 ribu operasi kanker jantung dan paru-paru tahunan di negara ini. Langkah-langkah mendesak diperlukan, guna menciptakan kondisi yang akan membawa residen yang mogok kembali ke pasien mereka," kata perhimpunan tersebut dalam sebuah pernyataan.

Beban kerja yang berlebihan telah membuat residensi kardiologi menjadi kurang populer. Ini dapat terlihat dengan hanya 21 dokter yang melamar 56 posisi residensi kardiologi di rumah sakit besar untuk tahun ajaran mendatang.

Baca Juga: Ratusan Warga Korsel Tumbang Akibat Suhu Panas

2. Pemogokan dokter telah memperburuk masalah kekurangan staf yang sudah ada

Ilustrasi dokter. (pexels.com/Karolina Grabowska)

Pemogokan saat ini telah memperburuk masalah kekurangan staf yang sudah ada sebelumnya. Tanpa intervensi yang tepat, tercatat hanya enam dokter bedah jantung baru yang diproyeksikan akan memasuki dunia kerja tahun depan. Angka tersebut jauh di bawah jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan layanan perawatan jantung yang memadai.

Sementara itu, perhimpunan telah mengeluhkan tingkat staf yang saat ini sangat tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan medis nasional. Pihaknya juga menyerukan tindakan cepat pemerintah untuk menyelesaikan kebuntuan berkepanjangan ini.

Verified Writer

Rahmah N

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya