Jakarta, IDN Times - Saudara perempuan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mengecam kedatangan kapal selam bertenaga nuklir Amerika Serikat (AS) di Korea Selatan (Korsel). Ia berjanji pada Selasa (24/9/2024) untuk 'secara terus-menerus dan tanpa batas' meningkatkan penangkal perang nuklir Korut terhadap apa yang disebutnya sebagai ancaman AS.
"Penangkal perang nuklir Korut untuk mengatasi dan menahan berbagai ancaman dari luar harus ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas secara terus-menerus, dan tanpa batas. Sebab, keamanan negara terus-menerus dihadapkan pada ancaman nuklir dan pemerasan AS," kata Kim dalam sebuah pernyataan yang dilansir oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).
1. Ambisi AS mengeluarkan aset strategis dan pamer kekuatan
Dilansir Yonhap, pernyataan Kim Yo Jong itu muncul sehari setelah USS Vermont berbobot 7.800 ton memasuki pangkalan angkatan laut utama di Busan, 320 km sebelah tenggara Seoul, guna mengisi kembali perbekalan dan menyediakan tempat beristirahat bagi para awak kapalnya.
Kim juga mengatakan kunjungan tersebut merupakan 'bukti bahwa ambisi Washington untuk sering mengambil alih aset strategis nuklir, membanggakan kekuatannya, meningkatkan ancamannya terhadap saingannya, dan menikmati hak istimewa hegemoniknya dengan menggunakan kekuatan jahatnya dengan cara apapun menjadi semakin ekstrem'.
"Aset strategis AS tidak akan pernah menemukan tempat peristirahatannya di kawasan Semenanjung Korea," ujarnya, seraya menekankan bahwa kapal selam bertenaga nuklir seperti itu tidak akan pernah bisa menjadi objek yang ditakuti.
2. Pernyataan Kim muncul setelah pertemuan Korsel, AS, dan Jepang di New York
Kim mengatakan Badan Pengintaian Dirgantara Korut, sebuah badan intelijen independen yang berada langsung di bawah kepala negara, mendeteksi kedatangan kapal selam AS tersebut dan melaporkannya.
Meski begitu, KCNA tidak memuat foto yang mendukung laporan pengawasan itu.
Pernyataan Kim yang dipublikasikan tersebut datang setelah menteri luar negeri Korsel, AS, dan Jepang mengadakan pertemuan pada Senin di sela-sela Majelis Umum PBB di New York.
Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan bahwa para menteri menyatakan kekhawatiran mereka mengenai pengungkapan fasilitas pengayaan uranium oleh Pyongyang baru-baru ini dan kelanjutan kerja sama militer yang melanggar hukum dengan Rusia. Mereka juga sepakat untuk bekerja sama mewujudkan pertemuan puncak trilateral pada tahun ini, dilansir The Straits Times.
3. Korut luncurkan rudal baru dalam unjuk kekuatan militernya pekan lalu
Pada 18 September, Pyongyang meluncurkan rudal balistik dalam unjuk kekuatan terbarunya, hanya beberapa hari setelah rilis foto yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menunjukkan fasilitas pengayaan uraniumnya yang mampu memproduksi bahan senjata nuklir.
Militer Korsel mendeteksi Korut meluncurkan beberapa rudal balistrik jarak pendek ke arah timur laut di wilayah Kaechon, Provinsi Pyongan Selatan. Rudal itu menempuh jarak sekitar 400 km.
Keesokan harinya, media pemerintah Korut melaporkan bahwa uji coba tersebut bertujuan untuk memverifikasi kinerja peluncur roket ganda 600 mm baru, yang disebut oleh AS sebagai KN-25. Dalam peluncurannya tersebut, Kim Jong Un turut mengawasi, dilansir Korea Herald.
Baca Juga: Imbas Balon Sampah Korut, Operasi Bandara Incheon Korsel Terganggu