TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Junta Militer Chad dan Oposisi Berdamai di Qatar

Upaya mencapai rekonsiliasi komprehensif 

Personel militer Chad sedang istirahat. (Twitter.com/Mr Fredrick)

Jakarta, IDN Times - Pemerintahan militer Chad yang dipimpin oleh Mahamat Idris Debby, putra mendiang Presiden Chad yang meninggal, telah bersepakat untuk berdamai dengan lebih dari 40 kelompok oposisi.

Mereka melakukan pertemuan di Doha, Qatar, dan perjanjian damai yang ditandatangani pada Senin (8/8/2022). Tujuan utama perdamaian itu adalah membuka jalan pemilihan presiden yang akan dimulai pada 20 Agustus.

Meski banyak kelompok oposisi berangkat dan menandatangani perjanjian damai, tapi kelompok oposisi utama Chad menolak hadir. Front for Change and Concord in Chad (FACT) adalah oposisi utama yang dalam salah satu pertempurannya, berhasil melukai Presiden Chad yang akhirnya meninggal karena luka-luka tersebut.

Baca Juga: Chad Akan Kirim Seribu Tentara ke Mali untuk Hadapi Teroris

Baca Juga: 9 Fakta Negara Chad, Negara Afrika yang Memiliki Danau Super Cantik

1. Kelompok yang terlibat senang dengan perjanjian damai

Mahamat Idriss Deby, putra almarhum Presiden Republik Chad (Twitter.com/thom_faraja)

Mahamat Idirs Deby Itno adalah seorang jenderal yang merebut kekuasaan Chad setelah ayahnya meninggal terluka dalam pertempuran melawan FACT tahun lalu. Idris Deby Itno kemudian memimpin pemerintahan transisi yang didominasi militer.

Sejak bulan Maret, Qatar menginisiasi sebagai penengah antara pemerintahan militer dengan kelompok oposisi yang sebagian memiliki pasukan bersenjata.

"Kami sangat optimis. Kami senang hari ini bahwa kami menandatangani perjanjian damai," kata Fadoul Hissein dari Dewan Nasional untuk Reformasi, salah satu kelompok yang menandatangani kesepakatan itu dikutip Al Jazeera.

"Semua orang Chad akan senang dengan kesepakatan ini," imbuhnya berujar.

Dari 47 kelompok yang yang terlibat pembicaraan di Doha, 42 di antaranya sepakat untuk menandatangani perjanjian damai tersebut.

Baca Juga: Pemerintah Chad Tak Akan Negosiasi dengan Pemberontak

2. Upaya mencapai rekonsiliasi komprehensif

Qatar telah secara aktif menjadi penengah di antara pihak-pihak yang saling berlawanan di Chad. Kementerian Luar Negeri Qatar mengatakan bahwa keberhasilan perjanjian damai itu berasal dari peran aktif Qatar di wilayah regional dan internasional sebagai mediator.

"Kesepakatan ini membuka jalan bagi dimulainya dialog nasional, inklusif, dan berdaulat di Chad di ibu kota, N'Djamena, yang bertujuan untuk mencapai rekonsiliasi nasional yang komprehensif," kata Kemenlu Qatar dilansir CNN.

Acara itu didahului dengan pidato Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani. Mereka yang hadir adalah delegasi pemerintah transisi, perwakilan kelompok oposisi dan Uni Afrika serta beberapa lembaga internasional.

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya