TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jaksa ICC Cari Bukti Kejahatan Perang di Sudan

Ancaman kelaparan meluas di Darfur

Para pengungsi perang di Sudan mendapat bantuan PBB (Twitter.com/UNHCR Sudan)

Jakarta, IDN Times - Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) Karim Khan, pada Selasa (11/6/2024), meminta para saksi mengirim informasi dan bukti atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Sudan. Ini khususnya yang terjadi di al-Faseher, wilayah Darfur.

Khan merilis video pernyataan setelah ada laporan serangan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) yang memaksa penutupan rumah sakit utama di Darfur. Kelompok bantuan Doctors Without Borders mengatakan, kelompok tersebut menembaki dan menjarah rumah sakit.

1. Serangan terorganisir terhadap martabat manusia

Pada Bulan lalu, RSF telah meningkatkan serangan ke al-Fasher. Kota itu merupakan benteng terakhir militer Sudan yang digempur RSF. Pertempuran selama empat minggu telah menewaskan lebih dari 190 orang.

Dilansir Africa News, Khan menjelaskan bahwa penyelidikan yang berlangsung tampaknya mengungkap serangan yang terorganisir dan sistematis terhadap martabat manusia di kota tersebut.

"Peristiwa mengerikan di Darfur Barat, termasuk El-Geneina, pada tahun 2023 adalah salah satu prioritas investigasi utama kami. Selain itu, saya sangat prihatin dengan tuduhan meluasnya kejahatan internasional yang dilakukan di el-Fasher dan wilayah sekitarnya saat saya berbicara," katanya.

Baca Juga: PBB: Rakyat Sudan Hadapi Kekerasan Brutal dan Kelaparan

2. Seruan untuk mengirim bukti kejahatan RSF ke ICC

Khan juga mengatakan bahwa para penyelidiknya telah melihat tuduhan yang kredibel mengenai serangan bermotif etnis terhadap penduduk sipil. Kejahatan seperti pemerkosaan dan serangan terhadap rumah sakit telah dilakukan.

Dilansir Al Jazeera, Kepala Jaksa ICC itu menyerukan siapa pun yang memiliki bukti, materi video atau audio untuk diserahkan ke kantornya.

El-Fasher adalah satu-satunya ibu kota negara bagian Darfur yang tidak berada di bawah kendali RSF. Sekitar 1,8 juta penduduk dan pengungsi berada di kota tersebut.

Pada Bulan lalu, Wakil Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Sudan Toby Harward mengatakan, masyarakat di kota itu menyebutnya sebagai neraka di bumi, di mana mereka bisa kehilangan nyawa kapan saja.

Verified Writer

Pri Saja

Petani

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya