TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hari Keempat Perang Rusia vs Ukraina: Putin Siagakan Pasukan Nuklir

Pasukan nuklir Rusia dalam mode tempur 

ilustrasi ledakan bom (Pixabay.com/WikiImages)

Jakarta, IDN Times - Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Minggu (27/2/22) memerintahkan militer untuk menempatkan pasukan pencegah nuklirnya dalam kondisi 'siaga khusus'. Pernyataan itu disampaikan sebagai tanggapan Putin atas pernyataan 'agresif' Barat. 

Perintah Putin bukan berarti Rusia akan menggunakan senjata pemusnah massal tersebut.

Serangan Rusia ke Ukraina telah memasuki hari keempat. Sekitar 50 persen pasukan Moskow yang mengepung Ukraina telah dikirimkan, tapi mendapatkan perlawanan yang sengit. Menurut para analis, Rusia menginginkan perlawanan yang mudah dari Ukraina, tapi fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya.

 

Vladimir Putin Perintahkan Pasukan Nuklir untuk Siaga

Baca Juga: Daftar Negara yang Tutup Akses bagi Pesawat Rusia, Terus Bertambah!

1. Pasukan nuklir dalam mode tempur

Presiden Rusia, Vladimir Putin. (Twitter.com/President of Russia)

Sejak Januari 2022, diplomasi untuk mencegah agar tidak terjadi perang di Ukraina telah dilakukan. Tapi, diplomasi itu gagal dan secara mengejutkan, Rusia justru melancarkan serangan ke Ukraina.

Kini, tentara Rusia yang sudah berada di Ukraina mencoba menaklukkan beberapa kota, termasuk Kiev. Tapi perlawanan sengit ditunjukkan oleh pasukan Ukraina. Pertempuran telah memasuki hari keempat, korban tewas di pihak Ukraina mencapai 200 orang.

Barat telah menjatuhkan serangkaian sanksi ekonomi kepada Rusia untuk menghentikan Putin menggerakkan mesin militernya. Tapi, pada Minggu eskalasi justru meningkat, ketika Putin memerintahkan pasukan pencegah nuklirnya untuk waspada.

"Tidak hanya negara-negara Barat mengambil tindakan tidak bersahabat terhadap negara kita dalam dimensi ekonomi, maksud saya sanksi ilegal yang diketahui semua orang dengan sangat baik, tetapi juga para pejabat tinggi negara-negara NATO membiarkan diri mereka membuat pernyataan agresif berkaitan dengan negara kita," ujar Putin, dikutip dari BBC.

Pekan lalu, Putin telah memberi peringatakan, siapa pun yang mencoba menghalangi Rusia di Ukraina, akan melihat konsekuensi yang belum pernah terjadi dalam sejarah. 

Perintah Putin untuk pasukan nuklirnya dalam mode tempur telah mengungkap ketakutan yang telah lama dikubur sejak era Perang Dingin. Langkah Putin semakin meningkatkan ketegangan dengan Eropa dan AS. PBB menyebut gagasan penggunaan senjata nuklir sebagai hal yang tak terbayangkan. 

2. Doktrin penggunaan senjata nuklir Rusia

Baik Rusia dan NATO sama-sama memiliki persenjataan nuklir yang terdiri dari ribuan hulu ledak. Sebagian dari senjata itu berada dalam mode siap sedia, yang menurut pakar proliferasi nuklir di Pusat Kebijakan Keamanan Jenewa Marc Finaud, dapat diluncurkan dalam waktu 10 menit.

Meski begitu, Finaud tidak mengetahui bagaimana kondisi senjata nuklir itu, apakah hulu ledaknya sudah terpasang di rudal, atau bomnya suda ada di atas pesawat pengebom atau kapal selam, dilansir Al Jazeera. 

Dalam analisa para pengamat, langkah Putin semakin membingungkan karena Rusia memiliki doktrin pencegahan nuklir yang sudah mapan sejak lama. Pada 2020, Putin juga menyetujui prinsip-prinsip dasar doktrin itu.

Rusia dapat menggunakan senjata nuklir jika rudal balistik ditembakkan ke wilayah Rusia atau sekutu, ketika musuh menggunakan senjata nuklir, ketika serangan terhadap situs senjata nuklir Rusia atau serangan yang mengancam keberadaan negara Rusia.

Berdasar kriteria tersebut, tidak ada satu pun yang terpenuhi dalam konflik Rusia-Ukraina.

Menurut Finaud, ancaman verbal Presiden Rusia yang terbaru itu menunjukkan ambiguitas, bahkan mungkin kemunafikan.

Baca Juga: Rudal Rusia Hantam Pipa Gas dan Kilang Minyak Ukraina

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya