TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

China Dituding Mata-matai AS dari Pangkalan Rahasia di Kuba

Kuba sebut AS menyebar fitnah

ilustrasi (Unsplash.com/Eye)

Jakarta, IDN Times - Pejabat administrasi pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang enggan menyebutkan namanya, mengatakan China telah mematai-matai negara itu dari Kuba selama bertahun-tahun. Dia menyampaikan hal terebut pada Sabtu (10/6/2023).

Laporan awal tentang dugaan aktivitas spionase China dari pangkalan di Kuba, pertama kali dilaporkan pada Kamis oleh media Wall Street Journal. Namun baik AS atau Kuba meragukan laporan itu.

Pejabat AS itu menyebutkan bahwa laporan media tidak sesuai dengan pemahaman pemerintah. Namun, dirinya tidak mau merinci bagaimana laporan itu salah atau keliru, atau memberi rincian upaya China membangun fasilitas penyadapan yang baru di Kuba.

Baca Juga: AS Sebut Kuba Tidak Mau Bekerja Sama Penuh Lawan Terorisme

Baca Juga: Kuba dan Rusia Resmikan Hubungan Ekonomi Baru

1. Pangkal China di Kuba telah ada sejak bertahun-tahun yang lalu

ilustrasi (Unsplash.com/Alexander Kunze)

Masalah dugaan aktivitas spionase China di pangkalan Kuba untuk memata-matai AS, telah berlangsung sejak sebelum era pemerintahan Joe Biden. Ini seiring dengan upaya Beijing memperkuat infrastruktur intelijen di seluruh dunia.

"Ini adalah masalah yang sedang berlangsung, dan bukan perkembangan baru. China melakukan peningkatan fasilitas pengumpulan intelijennya di Kuba pada tahun 2019. Ini didokumentasikan dengan baik dalam catatan intelijen," kata pejabat itu dikutip dari The Guardian.

Dalam penjelasan lanjutan, pejabat itu mengatakan pemerintahan Donald Trump telah mengetahui adanya pangkalan intelijen China di Kuba. Mereka telah melakukan upaya untuk mengatasi tantangan itu.

"Kami tidak membuat kemajuan yang cukup dan membutuhkan pendekatan yang lebih langsung," tambahnya.

Baca Juga: Ditutup Sejak 2017, AS Akhirnya Buka Layanan Visa-Konsuler di Kuba

2. Bantahan dari Kuba dan China

Wakil Menteri Luar Negeri Kuba, Carls Fernandez de Cossio, membantah laporan dari Wall Street Journal dan menyebutnya kabar bohong. Dia mengatakan bahwa itu merupakan rekayasa AS untuk membenarkan embargo ekonomi selama puluhan tahun terhadap negaranya.

"Spekulasi fitnah terus berlanjut, jelas dipromosikan oleh media tertentu untuk menimbulkan kerusakan dan kekhawatiran, tanpa mengikuti pola komunikasi minimal, dan tanpa memberikan data atau bukti untuk mendukung apa yang mereka sebarkan," kata Cossio dikutip dari Al Jazeera.

Pejabat Kedutaan China di Washington, mengatakan bahwa AS menyebarkan rumor dan fitnah. Dia merujuk hal itu pada seorang juru bicara kementerian Luar Negeri China yang mengomentari tentang tuduhan keberadaan pangkalan intelijen Beijing di Kuba.

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya